Gugurnya Prabu Arimba

Dengan disaksikan oleh Arimbi dan para prajurit pengawal Pringgadani, perang tanding dahsyat antara Bimasena dan Prabu Arimba berlangsung di pinggiran hutan Waranata. Keduanya saling mengeluarkan kesaktian yang luar biasa.

Pertempuran semakin sengit dan Arimbi pun semakin cemas. Arimbi mencemaskan keduanya, baik Prabu Arimba yang tak lain adalah kakak yang sangat disayanginya, dan juga Bimasena, yang merupakan lelaki yang sangat dicintainya. Arimbi tak henti-hentinya meminta agar perang dihentikan, namun tak ada yang menghiraukannya.

Pertandingan berlangsung semakin sengit dan dahsyat. Setelah beberapa lama, tiba-tiba Bimasena terlempar dari arena pertandingan. Bimasena tergeletak lemas tidak berdaya. Arimbi pun segera mendekati dan menangisi Bimasena. Ia tahu bahwa tenaga Bimasena telah tersedot habis oleh ilmu andalan yang dimiliki kakaknya.

Sementara Arimba masih menunggu musuhnya hingga sadarkan diri. Sebenarnya ia bisa saja langsung menghabisi nyawa Bimasena saat itu.Tetapi sebagai ksatria sejati ia tidak akan melakukan hal itu. Ia tetap akan menunggu musuhnya hingga sadar.

Arimbi masih setia menunggui tubuh Bima yang tak berdaya, ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dikipasinya tubuh Bima yang tak sadarkan diri. Apa yang dilakukan Arimbi ternyata memang tepat. Bimasena yang sebenarnya adalah putera Bathara Bayu, dewa penguasa angin, pulih tenanganya dengan kipasan Arimbi.

Prabu Arimba iba melihat ketulusan cinta adiknya kepada Bimasena. Namun di lain sisi, ia masih teringat dengan gugurnya Prabu Tremboko di tangan Pandudewanata,raja Hastinapura di perang Pamukswa. Prabu Tremboko adalah ayah Prabu Arimba dan Pandudewanata adalah ayah Bimasena.Prabu Arimba akhirnya terpaksa naik takhta untuk menggantikan ayahnya.

Tubuh Bima yang sudah pulih segera menghampiri  Prabu Arimba di arena pertandingan. . Pertandingan pun berlangsung semakin sengit. Prabu Arimba mulai menggunakan ajian andalannya yang bisa menyedot tenaga lawan dengan cepat, selain itu kulitnya pun menjadi alot, tidak luka oleh segala macam senjata tajam termasuk kuku pancanaka Bima.

Bima dua kali menjadi korban ajian andalan Prabu Arimba. Dan pada pertandingan kali ini, Bima menyadari bahwa Prabu Arimba menggunakan ajian andalannya yang bisa mencuri tenaga lawan secara diam-diam. Kali ini prabu Arimba tidak menampakkan sifat ksatrianya, ia tidak lagi tenang dan mantap, tetapi ia menonjokan sifat ganasnya sebagai bangsa raksasa.

Bima pada pertandingankali in sudah mempelajari bagaimana cara menghadapi ajian andalan prabu Arimba. Bima tahu bahwa semakin sering ia bersentuhan dengan badan prabu Arimba, maka tenaganya akan semakin susut. Maka ia pun mengurangi sentuhan dengan langsung dengan badan Arimba.

Bima juga menggunakan ajian Angkasuprana, dengan ajian tersebut ia bisa menghimpun kekuatan angin dari Sembilan saudara tunggal bayu termasuk dirinya, yaitu : Dewa bayu, Dewa Ruci, Anoman, Wil Jajagwreka, Gajah Situbanda, Naga Kuwara, Garuda Mahambira an Begawan Mainaka. Sembilan kekuatan angin tersebut dihimpun menjadi satu, dan membuat tenaga Bima mampu bertahan dan mengimbangi ajian Arimba.

Setelah perang berlangsung cukup lama, Prabu Arimba meningkatkan serangannya dan terlihat sangat berambisi untuk menghabisi Bima. Berkali-kali Bima mendapat hantaman dan tendangan dari Prabu Arimba, hingga akhirnya ia pun terdesak. Saat Arimba siap untuk menghabisi Bima, tepat matahari bertahta pada puncaknya, Arimbi tiba-tiba berteriak nyaring, meminta Bimasena menusuk Arimba di bagian pusarnya dengan Kuku Pancanakanya.

Keduanya terkejut mendengar teriakan Arimbi. Arimba dengan penuh kemarahan memaki Arimbi karena telah memberitahukan kelemahannya kepada lawannya. Arimba kemudian memandang matahari yang tepat berada di atas kepalanya. Kesempatan itu segera digunakan Bima, kuku ditangannya keluar dan segera ditusukkannya kuku pusaka itu ke pusar Prabu Arimba.

Raja Pringgadani tersebut mengerang keras dengan luka menganga di pusarnya. Dalam keadaan sekarat, ia berusaha mendekati adiknya, Arimbi. Arimbi menanti dengan penuh kesedihan dan kepasrahan, entah apa yang akan dilakukan kakaknya kepadanya.

Kunthi yang melihat peristiwa itu mencemaskan akan keselamatan Arimbi, maka ia pun meminta Arjuna untuk waspada. Namun dugaan mereka salah, dengan nada berat dan patah-patah ia justru berpesan kepada Arimbi, bahwa ia menitipkan Negara Pringgadani kepadanya dan merestui hubungannya dengan Bimasena.

Tangis Arimbi pecah mengiringi gugurnya Prabu Arimba, yang sebenarnya sangat sia hormati dan sayangi.

Siang hari itu, para pengwal Pringgadani pun segera membawa pulang Sang Raja Prabu Arimbaka yang sudah tidak bernyawa ke Pringgadani.

Kunthi kemudian mendekati Arimbi.Kunthi membisikan mantra sakti ditelinganya. Dengan sepenuh hati Arimbi mendengarkan dan mengucapkan apa yang dibisikan Kunthi.

Tak lama kemudian, wajah Arimbi berubah menjadi puteri yang sangat cantik. Bima pun terpana dengan kecantikan Arimbi. Ia mendekati Arimbi, danArimbi pun menghaturkan sembah kepada lelaki yang sangat dicintainya itu.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Contact

Nama

Email *

Pesan *