Tampilkan postingan dengan label C. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label C. Tampilkan semua postingan

CITRANGGADA

CITRAGADA sering pula disebut Citranggada adalah putra sulung Prabu Santanu, raja negara Astina dengan permaisuri Dewi Durgandini/Dewi Setyawati, putri Prabu Basuketi dengan Dewi Yukti dari negara Wirata.

Citragada mempunyai adik kandung bernama Wicitrawirya. Ia juga mempunyai saudara tua satu ayah bernama Resi Bisma/Dewabrata, putra Prabu Santanu dengan Dewi Gangga/Dewi Jahnawi, dan saudara tua satu ibu, yaitu Bagawan Abiyasa, putra Dewi Durgandini dengan Resi Palasara dari pertapaan Retawu.

Citragada kawin dengan Dewi Ambika, putri kedua dari tiga bersaudara putri Prabu Darmahumbara dengan Dewi Swargandini dari negara Kasi, yang berhasil diboyong ke Astina oleh Resi Bisma setelah memenangkan sayembara tanding di negara Kasi.

Citragada tidak lama memerintah negara Astina.Ia meninggal dalam usia muda tanpa meninggalkan keturunan. Citragada tewas dalam peperangan melawan raja gandarwa yang mempunyai nama seperti dirinya, Citragada.
Baca SelengkapnyaCITRANGGADA

CITRAKSA

CITRAKSA adalah putra Prabu Drestarasta, raja negara Astina dengan Dewi Gandari, putri Prabu Gandara dengan permaisuri Dewi Gandini dari negara Gandaradesa. Ia mempunyai saudara sebanyak 100 orang (99 orang laki-laki dan 1 orang wanita) yang disebut Sata Kurawa.

Diantara saudara-saudaranya yang dikenal dalam pedalangan adalah ; Duryudana (raja negara Astina), Bogadatta (raja negara Turilaya), Bomawikata, Wikataboma, Citraksi, Citraboma, Citrayuda, Carucitra, Dursasana (Adipati Banjarjumut), Durmagati, Durmuka, Durgempo, Gardapati (raja negara Bukasapta), Gardapura, Kartamarma (raja negara Banyutinalang), Kartadenta, Surtayu, Surtayuda, Windandini (raja negara Purantara) dan Dewi Dursilawati.

Sebagai murid Resi Drona, Citraksa juga mahir dalam olah keprajuritan, khususnya mempermaikan senjata panah dan lembing. Ia memiliki sifat dan perwatakan ; ladak/galak, congkak, licik, mau menangnya sendiri dan agak pengecut. Citraksa sangat erat hubungannya dengan Citraksi dan Citrayuda.Pada saat berlangsungnya perang Bharatayuda, Citraksa bersama beberapa orang saudaranya tampil pada awal pertempuran sebagai komandan pasukan balatentara Kurawa.

Citraksa bersama - sama dengan Citrayuda, Surtayu, Citrakundala dan Dirgalasara tewas dalam peperangan melawan Arya Wratsangka, senapati perang Pandawa, putra Prabu Matswapati dari negara Wirata
Baca SelengkapnyaCITRAKSA

CITRAGADA

PRABU CITRAGADA adalah raja negara Magada, putra Prabu Citradarma dengan permaisuri Dewi Citraresmi. Ia mempunyai kakak kandung bernam Dewi Citrawati, yang kemudian menjadi permaisuri Prabu Arjunasasra/ Arjunawijaya, maharaja negara Maespati.

Prabu Citragada menjadi raja negara Magada dalam usia masih sangat muda, karena Prabu Citradarma moksa. Ia bukan saja bertanggung jawab pada kelangsungan negara Magada, juga kehidupan Dewi Citrawati yang pada saat itu menjadi lamaran/pinangan raja-raja seribu negara. Akibat Dewi Citrawati belum bisa menentukan pilihan, karena dalam hatinya masih menunggu titisan Bathara Wisnu, para raja pelamar lengkap dengan prajuritnya dipimpin Prabu Darmawasesa raja negara Widarba membuat perkemahan di luar kota Magada yang sewaktu-waktu dapat menyerang kota Magada.

Kedatangan Bambang Sumantri sebagai utusan resmi Prabu Arjunasasra untuk meminang Dewi Citrawati, telah berhasil memecahkan keruwetan yang dihadapi Prabu Citragada. Sumantri berhasil mengalahkan Prabu Darmawasesa dan sekutunya.

Dewi Citrawati pun diboyong ke negara Maespati untuk dipersembahkan kepada Prabu Arjunasasra. Prabu Citragada terus memerintah negara Magada sampai usia lanjut. Ia hidup brahmacari (tidak kawin) sehingga tidak meninggalkan keturunan.
Baca SelengkapnyaCITRAGADA

CANDRA

BATHARA CANDRA adalah Dewa Bulan. Ia adalah putra ke-tujuh Sanghyang Ismaya dengan Dewi Senggani. Ia mempunyai sembilan orang saudara kandung, masing-masing bernama; Bathara Wungkuam, Bathara Tambora, Bathara Wrahaspati, Bathara Siwah, Bathara Kuwera, Bathara Surya, Bathara Yama/Yamadipati, Bathara Kamajaya dan Dewi Darmanasti.
Bathara Candra tinggal di Kahyangan Ekacakra bersama Bathara Surya, kakaknya. Ia bertugas menerangi arcapada pada waktu malam hari, bergantian dengan Bathara Surya, yang betugas pada siang hari. Dalam menerangi dunia itu, Bathara Candra bersama-sama dengan Bathara Kartika memberikann sinar kesejukan pada perasaan dan pandangan makhluk di bumi pada malam hari.

Dalam lakon ruwatan yang lasim disebut ―Kala Rahu‖, Bathara Candra mengetahui raksasa Kala Rahu/Pracinti bersembunyi pada malam hari, setelah mencuri air kehidupan/tirta amrta --- dalam peristiwa pengeboran laut Lavana/laut susu ---, dan memberi tahu kepada Dewata. Akhirnya raksasa Kala Rahu dapat dipenggal lehernya dengan senjata Cakra oleh Bathara Wisnu.

Konon badannya jatuh ke bumi dan bergati rupa menjadi lesung penumbuk padi, sedang kepalanya terus mengembara di angkasa serta mengancam akan menelan Bathara Candra (dan Bathara Suya). Apabila hal ini sampai terjadi, bumji akan menjad gelap gulita pada malam hari.

Peristiwa ini disebut Gerhana Bulan. Namun karena takut menghadapi Bathara Wisnu, maka setiap Kala Rahu berhasil menelan Bathara Candra, segera dilepaskannya kembali.
Baca SelengkapnyaCANDRA

CAKRA

SANGHYANG CAKRA adalah dewa yang menguasai hampir seluruh seluk-beluk yang ada dan terjadi di Tribuana, yaitu jagad Mayapada (dunia Kadewatan), jagad Madyapada (dunia makhluk halus) dan jagad Arcapada (dunia fana/dunia manusia di bumi). Ia seorang cendekiawan, teliti, tetap pendiriannya, hatinya bening dan cermat. Karena pengetahuannya itu, Sanghyang Cakra ditetapkan menjadi pendamping pribadi Sanghyang Manikmaya. Ia selalu mencatat segala pembicaraan Sanghyang Manikmaya dan disimpannya didalam pembendaharaan Kadewatan.

Sanghyang Cakra bersemayam di kahyangan Jongmeru. Ia adalah putra sulung Sanghyang Manikmaya dengan permaisuri kedua Dewi Umarakti/Umaranti. Ia mempunyai dua orang adik kandung masing-masing bernama : Sanghyang Mahadewa dan Sanghyang Asmara.

Sanghyang Cakra juga mempunyai enam saudara seayah lain ibu, putra Dewi Umayi, masing-masing bernama : Sanghyang Sambo, Sanghyang Brahma, Sanghyang Indra, Sanghyang Bayu, Sanghyang Wisnu dan Sanghyang Kala.Oleh Sanghyang Manikmaya, Sanghyang Cakra dipercaya untuk memberikan anugerah Dewa berupa surat kepada umat di Arcapada, seperti surat Kalimasada kepada Prabu Puntadewa, raja negara Amarta dan Kitab Jitapsara kepada Bagawan Parasara dari pertapaan Retawu.

Sanghyang Cakra pula yang ditugaskan memberi wejangan kepada Brahmana Sutiksna, brahmana suci di Gunung Citrakuta/Kutarunggu mengenai ilmu ketatanegaraan dan ketentaraan yang disebut Asthabrata. Oleh Brahmana Sutiksna, Asthabrata kemudian diajarkan kepada Ramawijaya.
Baca SelengkapnyaCAKRA

CAKIL

CAKIL atau Gendirpenjalin, berwujud raksasa dengan gigi tonggos berpangkat tumenggung. Tokoh Cakil hanya dikenal dalam ceruita pedalangan Jawa dan selalu dimunculkan dalam perang kembang, perang antara satria melawan raksasa yang merupakan lambang nafsu angkara murka.

Cakil memiliki sifat; pemberani, tangkas, trengginas, banyak tingkah dan pandai bicara. Ia berwatak kejam, serakah, selalu menurutkan kata hati dan mau menangnya sendiri. Cakil selalu ada dan hidup di setiap negara raksasa.


Ia merupakan raksasa hutan (selalu tinggal di hutan) dengan tugas merampok para satria atau merusak dan mengganggu ketenteraman kehidupan para brahmana di pertapaan.

Dalam setiap peperangan Cakil mesti menemui ajalnya, karena ia dan anak buahnya merupakan lambang nafsu angkara murka manusia yang memang harus dilenyapkan
Baca SelengkapnyaCAKIL

Popular Posts

Contact

Nama

Email *

Pesan *