Tampilkan postingan dengan label P. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label P. Tampilkan semua postingan

PRABASINI

DEWI PRABASINI adalah bidadari keturunan Sanghyang Triyarta. Ia mempunyai saudara kembar yang bernama Dewi Gagarmayang yang dipilih oleh Bathara Guru masuk dalam kelompok Bidadari Upacara Suralaya yang terdiri dari tujuih bidadari.

Dewi Prabasini pernah turun ke arcapada dan menjadi istri Prabu Niwatakawaca, raja raksasa dari negara Manikmantaka. Perjodohan ini terjadi ketika Arya Nirbita, raksasa keturunan dari Prabu Pracona raja negara Gowabarong yang tewas dalam peperangan melawan Bambang Tutuka/Gatotkaca di Suralaya, berhasil menjadi raja di Negara Manikmantaka bergelar Prabu Niwatakawaca, datang ke Suralaya minta dijodohkan dengan Dewi Gagarmayang.

Karena para dewa merasa takut menghadapi Niwatakaca yang sangat sakti setelah memiliki Aji Gineng Sukaweda, sedangkan bidadari upacara tidak dipekenankan hidup di arcapada, Bathara Guru kemudian melakukan penipuan, menyerahkan Dewi Prabasini yang wajah dari bentuk tubuhnya persis sama dengan Dewi Gagarmayang, saudara kembarnya, kepada Niwatakawaca. Beberapa tahun kemudian, ketika Niwatakawaca menyadari bahwa yang diperistri bukan Dewi Gagamayang tetapi Dewi Prabasini, saudara kembarnya, ia kembali lagi ke Suralaya untuk meminang Dewi Supraba.

Namun pinangannya itu ditolak Batahara Guru, dan Niwatakawaca akhirnya tewas dalam peperangan melawan Arjuna.
Baca SelengkapnyaPRABASINI

PRABAKUSUMA

BAMBANG PRABAKUSUMA di dalam pedalangan Jawa disebut dengan nama Bambang Priyambada. Ia adalah putra Arjuna, satria Pandawa putra Prabu Pandu, raja negara Astina dengan permaisuri Dewi Kunti, dengan Dewi Supraba, putri Bathara Indra. Prabakusuma lahir di Kahyangan Kainderan saat Arjuna menjadi raja di Suralaya bergelar Prabu Kariti sebagai anugerah Sanghyang Jagadnata/Sanghyang Manikmaya atas jasanya membunuh Prabu Niwatakawaca, raja raksasa dari negara Manikmantaka.

Prabakusuma mempunyai sifat dan perwatakan; halus, tenang, jatmika, baik tingkah lakunya, besar tanggung jawabnya, juga ahli dalam ilmu pengobatan. Ia mempunyai 13 orang saudara lain ibu, yaitu; Abimanyu, Sumitra, Bratalaras, Kumaladewa, Kumalasakti, Wisanggeni, Wilugangga, Bambang Irawan, Endang Pregiwa, Endang Pregiwati, Wijarnaka, Antakawulan dan Bambang Sumbada.
Prabakusuma pernah menjadi penyelamat keluarga Pandawa. Ia berhasil merebut kembali pusaka Jamus Kalimasada dari tangan si pencuri, Dewi Mustakaweni, putri Prabu Niwatakawaca dari negara Manikmantaka, Dewi Mustakaweni kemudian menjadi istri Prabakusuma.

Akhir riwayatnya diceritakan, Prabakusuma gugur pada awal perang Bharatayuda bersama-sama dengan Sumitra, Wilugangga, Wijanarka dan Antakadewa saat melawan Resi Bisma.
Baca SelengkapnyaPRABAKUSUMA

PRABAKESA

ARYA PRABAKESA atau Prabakeswa (Mahabharata) adalah putra ke-empat Prabu Arimbaka, raja raksasa negara Pringgandani dengan Dewi Hadimba. Ia mempunyai tujuh saudara kandung, bernama; Arimba/Hidimba. Dewi Arimbi, Brajadenta, Brajamusti, Brajalamatan, Brajawikalpa dan Kalabendana.

Prabakesa mempunyai sifat dan perwatakan; jujur, setia, berbakti dan teguh dalam pendirian. Ia dan adik bungsunya, Arya Kalabendana menentang rencana pemberontakan Brajadenta dan tiga saudaranya yang akan merebut kekuasaan dan tahta kerajaan Pringgandani dari tangan Dewi Arimbi.
Ketika Gatotkaca naik tahta menjadi raja Pringgandani mengantikan ibunya, Dewi Arimbi, Prabakesa diangkat menjadi patih negara Pringgandani. Akhir riwayatnya diceritakan, gugur dalam perang Bharatayuda bersama–sama Gatotkaca melawan Adipati Karna, raja negara Awangga.
Baca SelengkapnyaPRABAKESA

PETRUK

PETRUK dikenal pula dengan nama Dawala, Kantongbolong, Dublajaya dan Pentungpinanggul. Petruk lazim disebut sebagai anak Semar, masuk dalam golongan panakawan. Sebelumnya ia benama Bambang Pecrukpanyukilan, ,putra Bagawan Salantara dari padepokan Kembangsore. Ia sangat gemar bersendagurau, baik dengan ucapan maupun tingkah laku dan senang berkelai.

Bamban Pecrukpanyukilan pergi berkelana untuk menguji kesaktian. Di tengah jalan ia bertemu dengan Bambang Sukskati , putra Resi Sukskadi dari padepokan Blubluktba, yang pergi dari padepokannya di atas bukit untuk mencoba kekebalannya. Karena mempunyai maksud yang sama, maka terjadilah perang tanding. Mereka berkelai sangat lama, berhantam, bergumul, tarik-menarik, tendang-menendang, injak-menginjak, hingga tubuhnya menjadi penuh cacad dan beda sama sekali dari wujud aslinya yang tampan. Perkelaian mereka berhenti setelah dilerai oleh Sanghyang Ismaya/Semar dan Bagong.

Setelah diberi fatwa dan nasehat, Bambang Sukskati dan Bambang Pecrukpanyukilan menyerahkan diri dan berguru kepada Semar, dan mengabdi kepada Sanghyang Ismaya. Karena perubahan wujud tersebut, mereka masing-masing beganti nama, Bambang Sukskati menjadi Nala Gareng, sedangkan Bambang Pecrukpanyukilan menjadi Petruk.

Petruk menikah dengan Dewi Ambarawati, putri Prabu Ambararaya, raja Negara Pandansurat yang didapatnya dengan melauli perang tanding mengalahkan para pelamar lainnya, diantaranya : Kalagumarang, Prabu Kalawahana, raja raksasa di Gowa Siluman. Perkawinannya berlangsung di pertapaan Girisarangan, salah satu dari puncak gunung Saptaarga, dengan Resi Parikenan bertindak sebagai pemangku perkawinan. Petruk berumur sangat panjang. Ia hidup sampai jaman Madya.
Baca SelengkapnyaPETRUK

PARTAWIJAYA

PRABU PARTAWIJAYA adalah raja negara Tabelasuket. Permaisurinya bernama Dewi Pratini. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh serang putri tunggal yang diberi nama Dewi Sati.

Karena kecintaannya terhadap putri tunggalnya, Prabu Partawijaya pergi meninggalkan negara Tabelasuket, berkelana mencari seorang satria yang bentuk dan perawakannya sesuai dengan gambaan mimpi Dewi Sati, karena satria itulah yang oleh Dewa telah dijodohkan dengan putrinya. Prabu Partawijaya akhirnya dapat bertemu dengan Bambang Sakri, putra Resi Sakutrem dengan Dewi Nilawati dari pertapaan Retawu yang saat itu sedang berkelana di tengah hutan.

Dalam suatu peperangan, Pabru Partawijaya berhasl mengalahkan Bambang Sakri dan memboyongnya ke negara Tabelasuket untuk dijodohkan dengan Dewi Sati. Dari perkawinan itu lahir seorang putra yang diberi nama Palasara.

Dalam masa pemerintahannya, negara Tabelasuket pernah terserang pagebluk .Rakyatnya dilanda berbagai macam penyakit, kekeringan yang berkepanjangan yang mengakibatkan kekurangan pangan dan timbulnya bahaya kelaparan. Untuk mengatasinya, Prabu Patawijaya bermaksud pergi ke pertapaan Retawu meminta pertolongan Resi Manumayasa. Namun perjalannya nyasar ke padepokan Resi Dwapara seorang guru besar di Atasangin, yang bersedia menolongnya dengan syarat Prabu Partawijaya dapat membunuh Resi Manumayasa. Prabu Partawijaya kemudian menyerang padepokan Retawu, tapi dapat dikalahkan oleh Resi Sakutrem. Karena peristiwa itulah ia akhirnya dapat bertemu dan bekenalan dengan ayah dari menantunya sendiri, Bambang Sakri.
Baca SelengkapnyaPARTAWIJAYA

PARIKESIT

PARIKESIT adalah putra Abimanyu/Angkawijaya satria Plangkawati dengan permaisuri Dewi Utari, putri Prabu Matswapti dengan Dewi Ni Yustinawati dari negara Wirata.

Ia seorang anak yatim, karena ketika ayahnya gugur di medan perang Bharatayuda, ia masih dalam kandungan ibunya. Parikesit lahir di istana Astina setelah keluarga Pandawa boyong dari Amarta ke Astina.

Parikesit naik tahta negara Astina menggantikan kakeknya Prabu Karimataya, nama gelar Prabu Yudhistira setelah menjadi raja negara Astina. Ia berwatak bijaksana, jujur dan adil.
Prabu Parikesit mempunyai 5 (lima) orang permasuri dan 8 (delapan) orang putra, yaitu ;

1. Dewi Puyangan, berputra ; Ramayana dan Pramasata
2. Dewi Gentang, berputra ; Dewi Tamioyi
3. Dewi Satapi/Dewi Tapen, berputra ; Yudayana dan Dewi Pramasti
4. Dewi Impun, berputra ; Dewi Niyedi
5. Dewi Dangan, berputra ; Ramaprawa dan Basanta.

Dalam kitab Adiparwa, akhir riwayatnya diceritakan : Prabu Parikesit meninggal karena digigit Naga Taksaka sesuai dengan kutukan Brahmana Granggi yang merasa sakit hati karena Prabu Parikesit telah mengkalungkan bangkai ular hitam di leher ayahnya. Bagawan Sarmiti.
Baca SelengkapnyaPARIKESIT

PARIKENAN

BATHARA PARIKENAN atau Bambang Parikenan adalah putra Bathara Brahmanaresi/Bremani (pedalangan jawa) dengan Dewi Srihuna/Srihunon, putri Sanghyang Wisnu dengan permaisuri Dewi Sripujayanti. Ia mempunyai dua orang saudara seibu lain ayah, putra Dewi Srihuna dengan Bathara Brahmanasadewa/Brahmanaraja, kakak kandung Bathara Brahmanaresi, masing-masing bernama ; Dewi Srini dan Dewi Satapi.

Sejak kecil Bambang Parikenan tinggal di kahyangan Untarasagara dalam asuhan Sanghyang Wisnu dan Dewi Sripujayanti, karena ayahnya Bathara Brahmanaresi turun ke Arcapada hidup sebagai brahmana di pertapaan Paremana, pegunungan Saptaarga. Sedangkan ibunya Dewi Srihuna tinggal di kahyangan Daksinageni, kahyangannya Bathara Brahma.

Bambang Parikenan menikah dengan saudara sepupunya sendiri, Dewi Bramaneki, putri Prabu Basurata/Bathara Srinada raja negara Wirata dengan Dewi Bremaniyuta (Bathara Srinada adalah putra Sanghyang Wisnu dengan Dewi Srisekar/Sri Widowati, sedangkan Dewi Bremaniyuta adalah putri Bathara Brahma dengan Dewi Rarasyati). Dari perkawinan tersebut ia memperoleh empat orang putra masing-masing bernama ; Dewi Kanika. Kariyasa/Resi Manumayasa, Resi Manobawa dan Resi Paridarma. Resi Manumayasa kelak turun ke Arcapada membuat pertapaan di puncak Retawu, gunung Saptaarga, menikah dengan Dewi Kaniraras, turun-temurun menurunkan keluarga Pandawa dan Kurawa.
Baca SelengkapnyaPARIKENAN

PARAMESWARA

SANGHYANG PARAMESWARA dikenal pula dengan nama Sanghyang Pracetas.
Menurut kitab Mahabharata , Sanghyang Parameswara termasuk satu dari delapam dewa yang lahir dari Antiga Mahadwipa‖ berujud sebuah telur ajaib. Ketujuh dewa lainnya adalah Sanghyang Pitamaha, Sanghyang Prajapati, Sanghyang Sutaguru, Sanghyang Stanu, Sanghyang Manu, Sanghyang Ka dan Sanghyang Daksa.

Sanghyang Parameswara sangat sakti namun berwatak penyabar dan memilki sifat murah hati. Karena itu ia dikenal sebagai dewa lambang kemulian dan kejayaan dan menjadi tumpuhan pemujaan dan persembahan umat arcapada yang ingin mendapatkan kemuliaan dan kejayaan dalam hidupnya.
Sanghyang Parameswara adalah dewa yang telah menganugrahkan Ilmu Sanjiwani kepada Resi Sukra, seorang brahmana sakti yang karena ketekunannya bertapa memujanya selama l.000 tahun. Ilmu Sanjiwani merupakan mantra sakti yang dapat menghidupkan orang yang sudah mati, walau telah menjadi abu sekalipun.

Sanghyang Parameswara juga pernah menganugrahkan Ajian  Putergiling  kepada Sukasrana, raksasa kerdil putra Resi Suwandagni dari pertapaan Argasekar. Dengan mantra Ajian ―Putergiling‖ inilah Sukasrana berhasil memindahkan Taman Sriwedari, taman milik Bathara Wisnu dari kahyangan Untarasegara ke kerajaan Maespati sebagai persyaratan Bambang Sumantri, kakaknya dapat diterima mengabdi pada Prabu Arjunasasrabahu.
Baca SelengkapnyaPARAMESWARA

PANYARIKAN

BATHARA PANYARIKAN adalah putra Sanghyang Parma, yang berarti cucu Sanghyang Taya, adik Sanghyang Wenang. Ia mempunyai saudara kandung bernama Bathara Darma yang dikenal sebagai dewa keadilan. Bathara Panyarikan mempunyai suatu keahlian yang tidak dimilki para dewa lainnya, yaitu tulisannya sangat bagus serta pandai menulis cepat.

Bathara Panyarikan memiliki daya ingatan yang sangat tajam. Apa saja yang pernah didengar dan dilihatnya akan selalu diingatnya dengan baik. Selain itu ia juga pandai menyimpan rahasia. Oleh Bathara Guru, Bathara Panyarikan ditugaskankan sebagai juru tulis kadewatan. Mencatat dan mendukumentasikan semua hasil persidangan dan keputusan yang telah diambil para dewa.

Menjelang pecah perang Bharatayudha di tegal Kurusetra antara keluarga Pandawa melawan keluarga Kurawa, Bathara Panyarikan mempunyai tugas dan peranan yang sangat penting. Bersama Bathara Kuwera, ia ditugaskan mencatat hasil sidang para dewa yang memutuskan lawan-lawan yang akan saling berhadapan dalam perang Bharatayuda, serta rahasia kematian setiap senapati perang, baik yang berpihak pada keluarga Pandawa maupun berpihak pada keluarga Kurawa.

Sebagaimana para dewa lainnya, karena berwujud akyan/badan halus, maka hidup Bathara Panyarikan bersifat abadi.
Baca SelengkapnyaPANYARIKAN

PANDU

PANDU adalah putra Prabu Kresnadwipayana/Bagawan Abiyasa, raja negara Astina dengan permaisuri kedua Dewi Ambiki/Ambalika, putri Prabu Darmahambara dengan Dewi Swargandini dari negara Kasi. Ia mempunyai saudara lain ibu, yaitu ; Drestarasta dan Yamawidura. Ia naik tahta kerajaan Astina menggantikan ayahnya, yang kembali kepertapaan Retawu hidup sebagai brahmana.

Pandu mempunyai istri 2 (dua) orang. Pertama, Dewi Kunti/Dewi Prita, putri Prabu Basukunti dengan Dewi Dayita, dari negara Mandura, dan berputra tiga orang, yaitu ; Puntadewa, Bima/Werkudara dan Arjuna. Istri kedua bernama Dewi Madrim, Putri Prabu Mandrapati dari negara Mandaraka, dan berputra kembar 2 (dua) orang, yaitu ; Pinten/Nakula dan Tansen/Sadewa.

Pandu banyak jasanya kepada Dewata dan Suralaya. Ia mendapat anugrah pusaka Hrudadali, Minyak/Lenga Tala dan gelar Dewanata. Tapi Pandu dua kali melanggar ketentuan Dewata. Pertama, membangun taman Kadilengleng istana Astina, dengan mengambil pola Taman Tejamaya di Suralaya tanpa seijin Sanghyang Manikmaya. Kedua, karena menuruti keinginan Dewi Madrim, ia berani meminjam lembu Andini, kendaraan Bathara Guru.

Pandu meninggal dalam usia muda karena kutukan Resi Kimindana. Dengan amanat Bagawan Abiyasa, negara Astina dipercayakan kepada Drestarasta dengan syarat diserahkan kembali kepada putra-putra Pandu setelah mereka dewasa.
Baca SelengkapnyaPANDU

PANCAWALA

PANCAWALA dalam cerita pedalangan Jawa dikenal sebagai putra tunggal Prabu Yudhistira/Puntadewa raja negara Amarta dengan Dewi Drupadi, putri sulung Prabu Drupada dengan Dewi Gandawati dari negara Pancala. Sebagai putra mahkota negara Amarta, ia sangat dimanja oleh orang tuanya. Pancawala mempunyai perwatakan ; halus , tenang, pemberani, baik tingkah lakunya dan sangat berbakti.

Pancala menikah dengan Endang Pregiwati, adik kembar Endang Pregiwa, istri Gatotkaca. Mereka masih bersaudara sepupu karena Endang Pregiwati adalah putra Arjuna, adik Prabu Puntadewa, dengan Dewi Manuhara, putri Bagawan Sidik Wacana dari pertapaan Andong Sumiwi.

Pada waktu berlangsungnya perang Bharatayuda, Pancawala ikut pula terjun ke medan peperangan. Ia meninggal setelah berakhirnya perang Bharatayuda, tewas dibunuh oleh Aswatama, putra Resi Drona dengan Dewi Krepi, yang menyeludup masuk ke dalam Istana Astina dalam upaya membunuh bayi Parikesit, putra Abimanyu dengan Dewi Utari.
Baca SelengkapnyaPANCAWALA

PANCATNYANA

DITYA PANCATNYANA adalah patih negara Surateleng pada masa pemerintahan Prabu Narakasura. Selain sakti, ia juga cerdik dan mahir dalam tata gelar perang. Ketika Prabu Narakasura tewas dalam peperangan melawan Bambang Sitija, putra Prabu Kresna, raja negara Dwarawati dengan Dewi Pretiwi, dan Bambang Sitija menjadi raja Surateleng, Pancatnyana tetap menduduki jabatan patih.

Pancatnyana pula yang mengatur strategi perang dan menghancurkan angkatan perang negara Prajatisa di bawah pimpinan Prabu Bomantara yang menyerang negara Surateleng. Prabu Bomantara tewas dalam peperangan melawan Prabu Sitija/Narakasura. Ketika negara Prajatisa disatukan dengan Surateleng, kekuasaan Pancatnyana semakin besar, ia menjadi patih Surateleng/Prajatisa dan orang kepercayaan Prabu Bomanarakasura (nama gelar Bambang Sitija setelah menjadi raja Surateleng dan Prajatisa).

Akhir riwayatnya diceritakan, Pancatnyana tewas dalam peperangan melawan Prabu Gatotkaca, raja negara Praiggandani dalam peristiwa persengketaan hutan Tunggarana.
Baca SelengkapnyaPANCATNYANA

PANCARESI

SANGHYANG PANCARESI adalah putra sulung dari enam bersaudara putra Sanghyang Wening/ Sanghyang Darmajaka dangan Dewi Sikandi. Kelima orang saudara kandungnya masing-masing bernama; Sanghyang Narada, Canghyang Caturkana, Sanghyang Triyarta, Sanghyang Drermana dan Dewi Dremani yang menjadi istri Sanghyang Tunggal.

Sanghyang Pancaresi sangat sakti dan berwatak penyabar. Karena itu ia disebut pula sebagai dewa lambang kejayaan, kebaktian dan kemanusiaan. Ia bertugas memberi petunjuk, fatwa, anugrah dan perlindungan serta pertolongan kepada umat di Arcapada. Karena itu Sanghyang Pancaresi sering menjadi tumpuhan pemujaan dan persembahan umat arcapada yang ingin mendapatkan kejayaan dan kemuliaan dalam hidupnya.

Pada jaman Lokapala Sanghyang Pancaresi pernah menitis pada Resi Dewasana putra dari Bathara Dewanggana yang hidup sebagai pertapa untuk memberi wejangan baik kepada golongan sura (manusia) ataupun asura (raksasa) tentang ajaran kepemimpinana yang diilhami kebesaran dan keseimbangan alam dan seluruh isinya. Sedangkan pada jaman Mahabharata, Sanghyang Pancaresi pernah menitis pada Resi Padmanaba, pertapa sakti di pertapaan Untarayana yang pernah menjadi guru Sri Kresna dan Arjuna. Juga pernah menitis pada Resi Seta, putra Prabu Matswapati raja Wirata, yang hidup sebagai pertapa di pertapaan Cenarasewu dan memberikan Aji Narantaka kepada Gatotkaca.
Baca SelengkapnyaPANCARESI

PALUPI

Adalah tokoh wayang cerita Mahabarata, Dewi Palupi atau Dewi Ulupi adalah putri tunggal Bagawan Jayawilapa di pertapaan Yasarata. Dewi Ulupi seorang putri cantik jelita, luhur budinya, bijaksana, sabar, cinta kasih terhadap sesama, setia dan sangat bebakti baik terhadap suami maupun orang tuanya.

Dewi Palupi menikah dengan Raden Arjuna satria Pandawa. Pertemuannya terjadi tatkala Arjuna yang dalam keadaan pinsan jatuh di pertapaan Yasarata dari udara. Ketika itu Arjuna sedang diminta bantuannya oleh Dewata untuk mengusir Prabu Pracona dan patihnya Sakipu dari negara Gilingwesi yang sedang mengamuk di Suralaya akibat lamarannya ingin memperistri Dewi Gagarmayang ditolak Bathara Guru. Arjuna yang kalah dalam peperangan dalam keadaan tak sadarkan diri tubuhnya dilempar ke angkasa oleh Prabu Pracona melayang-layang dan akhirnya jatuh di pertapaan Yarasata.
Dari perkawinannya dengan Arjuna Dewi Ulupi memperoleh seorang putra lelaki yang berwajah sangat tampan dan diberi nama Bambang Irawan.

Dewi Ulupi sangat kasih dan sayang terhadap putranya. Sejengkalpun tak pernah berpisah. Ia baru berpisah dengan Bambang Irawan menjelang pecah perang Baratayudha. Irawan pergi ke Amarta untuk menemui ayahnya, Arjuna karena ingin mengabdikan diri pada keluaga Pandawa dalam perang melawan keluarga Kurawa. Itulah perpisahan pertama dan terakhir Dewi Ulupi dengan putranya karena Bambang Irawan tewas dalam pertempuran melawan Ditya Kalasrenggi, raja raksasa negara Gowabarong pada awal pecah perang Baratayuda.
Baca SelengkapnyaPALUPI

PALASARA

PALASARA adalah putra tunggal Bambang Sakri, dari pertapaan Retawu, dengan Dewi Sati, putri Prabu Partawijaya, raja negara Tabelasuket. Ia diberi nama Palasara oleh kakeknya, Resi Manumayasa, yang berarti ; senjata yang ampuh. Nama tersebut merupakan anugrah Sanghyang Jagadnata yang disampaikan oleh Sanghyang Narada.

Sejak kecil Palasara tekun bertapa dan mempelajari ilmu pengobatan. Wataknya halus, penuh semangat, pendiam, cinta dan kasih kepada sesama makluk. Ia memiliki ilmu kesaktian yang dapat menciptakan apa saja sesuai yang dikehendaki. Ketekunannya bertapa pernah diuji oleh Dewata yang beralih rupa menjadi sepasang burung pipit yang bersarang dan menetas di kepalanya, yang menjadi sarana ia bertemu dengan Dewi Durgandini, putri Prabu Basuketi, raja Wirata. Saat itu Dewi Durgandini sedang melakukan ruwat ngrame untuk mengobati penyakitnya, menjadi pendayung perahu di Sungai Gangga dengan nama Dewi Lara Amis.

Dengan kesaktiannya Palasara berhasil menyembuhkan penyakit Dewi Durgandini. Mereka kemudian kawin dan berputra seorang lelaki yang diberi nama Abiyasa. Palasara kemudian menciptakan negara baru Gajahoya, sedangkan prajurit dan rajyatnya diciptakan dari semua mahluk yang hidup di hutan tersebut. Palasara dan Dewi Durgandini juga mempunyai 6 (enam) orang putra angkat yang tercipta dari mala penyakit Dewi Durgandini dan pecahan perahunya, yaitu ; Dewi Ni Yutisnawati, Setatama, Gandawana, Rajamala, Kecakarupa dan Rupakenca.

Atas keluhuran budinya, Palasara merelakan Dewi Durgandini diperistri Prabu Santanu, raja Astina. Ia kemudian membawa Abiyasa kembali ke pertapaan Retawu. Ia meninggal dalam usia lanjut di pertapaan Srungga, masih dalam kawasan gunung Saptaarga.
Baca SelengkapnyaPALASARA

Popular Posts

Contact

Nama

Email *

Pesan *