Prabu Matswapati, Prabu Puntadewa, Prabu Kresna, dihadap oleh Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa, Drestajumena dan Setyaki. Mereka masih bersedih dengan gugurnya Gatotkaca oleh senjata Kunta milik Adipati Karna. Prabu Matswapati menasehati keluarga Pandawa, hendaknya rasa sedih itu harus secepatnya dihilangkan, sebah Bharatayuda belum selesai. Yang harus dipikirkan sekarang, ialah menetapkan siapa yang akan diangkat menjadi senapati perang Pandawa menghadapi Adipati Karna besok. Prabu Kresna kemudian mengusulkan Arjuna sebagai Senapati perang Pandawa menggantikan Gatotkaca. Arjuna menerima mengangkatannya sebagai senapati perang, dan tetap akan menggunakan gelar perang Garuda Nglayang, dengan senapati pendamping Bima dan Dretajumena.
Dewi Drupadi menyambut kedatangan Prabu Puntadewa. Menjawab pertanyaan Dewi Drupadi tentang hasil pertemuan hari itu, Prabu Puntadewa menjawab, keluarga Pandawa telah menenerapkan Arjuna sebagai senapati perang yang menggantikan Gatotkaca. Mereka kemudian masuk ke sanggar pemujaan untuk memohon anugrah Dewata agar keluarga Pandawa menang dalam perang Bharatayuda.
Sadewa mengadakan pertemuan dengan Sentyaki, Udawa dan Pragota. Sadewa meminta agar mereka tetap meningkatkan kewaspadaan, sebab mendekati saat-saat yang menentukan dalam perang Bharatayuda, tidak menutup kemungkinan lawan menggunakan cara-cara yang tidak baik untuk bisa memenangkan peperangan.
Prahu Ajibanjaran mengadakan pertemuan dengan patih Kalagupita dan para punggawa lainnya. Prahu Ajibanjaran mengemukakan niatnya untuk membantu keluarga Kurawa dalam peperangan melawan keluarga Pandawa, sebagai balas dendam atas kematian saudara seperguruannya, Dursala putra Dursasana yang mati dalam peperangan melawan Gatotkaca dulu. Prabu Ajibanjaran kemudian memerintahkan patih Kalagupita untuk mengerahkan pasukan Goabarong menyerang perkemahan Pandawa dimalam hari, karena baginya tidak terikat dengan aturan peperangan.
Peperangan terjadi antara Setyaki, Udawa dan Pragota melawan prajurit dari Goabarong pimpinan patih Kalagupita, Ketika pajuritnya banyak yang mati, Kalagupita menyuruh sisa prajuritnya menarik mudur dari peperangan.
Prabu Biswarna dihadap oleh patih Tribsata dan para pungawa lainnya. Prabu Biswarna merasa sangat menyesal karena baru sekrang ia mendengar kabar kalau perang Bharatayuda antara keluarga Pandawa melawan keluarga Kurawa telah lama berlangsung di Kurusetra, padahal sudah sejak semula ia ingin membantu keluarga Pandawa. Prabu Biswarna kemudian memerintahkan patih Tribasata menyiapkan segenap prajuritnya untuk menyertainya ke Kurusetra, bergabung dengan keluarga Pandawa.
Prabu Duryudana, Prabu Salya dihadap patih Sakuni dan Adipati Karna, Prabu Salya berusaha menghibur Prabu Duryudana yang masih larut dalam kesetlihan akibat gugurnya Dursasana dan Wikataboma serta beberapa anak-anak Kurawa lainnya. Namun demikian Kurawa harus merasa sedikit lega, sebab dengan matinya Gatotkaca, maka kekuatan Pandawa mengalami kerugian yang sangat besar. Dalam pertemuan itu Prabu Duryudana juga sedikit meminta pertanggungan jawab Adipati Karna, kenapa membuang kesempatan untuk membunuh Bima, padahal dengan matinya Bima, berarti mati semua keluarga Parnlawa sesuai sumpah mereka. Adiparti Karna menjelaskan, sebagai satria apalagi senapati perang, ia harus taat pada peraturan peperangan. Saat itu ia tidak langsung membunuh Bima, walau kesempatan itu ada, karena ia telah mendengar suara sangkakala tanda perang selesai. Namun Adipati Karna berjanji ia akan menghabisi keluarga Pandawa dalam peperangan berikutnya.
Adipati Karna memanggil patihnya, Adimanggala, dan menyuruhnya kembali ke Awangga mememui Dewi Surtikanti, memintakan sedah (sirih) sebagai bekal dalam peperangan melawan Arjuna besok..
Dewi Surtikanti menerima kedatangan Adimanggala yang menyampaikan pesan Adipati Karna. Tapi celaka, Adimanggala salah mengucapkan kata-kata. Seharusnya ia mengucapkan "Adipati Karna minta sedah (sirih)" tapi yang terucap "Adipati Karna minta pejah (mati)". Akibat salah ucap itu, Dewi Surtikanti yang mengira Adipati Karna suaminya telah gugur di medan perang, tanpa pikir panjang lagi langsung bela pati, bunuh diri dengan menancapkan keris pusakanya ke dalam perutnya. Kajadian itu mengejutkan Adimanggala yang segera lari kembali ke Astina menemui Adipati Karna.
Adimanggala menemui Adipati Karna dan menceritakan kejadian yang menimpa Dewi Surtikanti. Adipati Karna yang marah dan menganggap kematian istrinya akihat kesalahan Adimanggala, langsung menghunus keris Kiai Jalak dan menancapkan langsung ke perut Adimanggala yang mati seketika.
Batara Guru dihadapan Batara Narada, Indra, Yamadipati dan dewa lainnya, mendengarkan besok akan berhadapan kedua satria tangguh kesayangan dewa. Batara Guru kemudian memerintahkan Batara Narada untuk mengerakan para dewa dan bidadarl menyaksikan pertandingan kedua satria tersehut sambil membawa air setaman dan bunga-bunga sorga untuk pengormatan mereka yang gugur.
Prabu Biswarna yang akan, menuju perkemahan Pandawa bertemu dengan Adipati Karna. Terjadi peperangan yang berakhir dengan tewasnya Prabu Biswarna.
Peperangan terjadi antara pasukan Kurawa melawan pasukan Pandawa. Puncaknyn, Adipati Karna yang naik kereta perang dengan sais Prabu Salya, berhadapan dengan Arjuna yang naik kereta perang dengan sais Prahu Kresna. Perang herlangsung seru dan lama, keduanya saling mengeluarkan ilmu andalannya masing masing. Adipati Karna mengeluarkan Aji Kalakupa, maka munculah raksasa ganas langsung menyerang Arjuna, yang langsung dilayani Arjuna dengan Aji Mayabumi. Sehingga raksasa itu menjadi lemas tak bertenaga. Ketika Adipari Karna mengeluarkan Aji Naracabala, Arjuna mengeluarkan Aji Tunggengmaya. yang meluluhkan semua daya kekuatan Aji Naracahala. Karena tak ada lagi pusaka yang bisa digunakan untuk membunuh Arjuna, Adipati Karna kemudian mengeluarkan panah Wijayacapa yang langsung diimbangi Arjuna dengan panah Pasopati. Keadaan menjadi sangat tegang karena haik Adipati Karna maupun Arjuna telah siap untuk membunuh lawannya. Pada saat yang menentukan itu berlakulah kutukan Resi Parasurama terhadap Adipati Karna. Adipati Karna mendadak lupa dengan bacaan mantranya, akibatnya panah Wijayacapa meluncur tanpa kendali, hingga meleset dari sasaran, hanya menyerempet sedikit mahkota Arjuna. Bersamaan dengan lepasnya panah Wijayacapa, Arjuna melepaskan panah Pasopati, yang melesat cepat, tepat menebas putus leher Adipati Karna. Dan gugurlah senapati perang Kurawa.
Prahu Matswapati, Prabu Puntadewa, Prabu Kresna dihadap keluarga Pandawa serta Dewi Drupadi. Prabu Puntadewa mengemukakan rasa duka citanya atas gugurnya Adipati Karna, Karena meski ia berperang untuk Kurawa, namun ia masih saudara tua Pandawa. Prabu Matswapati kemudian mengajak mereka semua untuk berdoa bersama, memohon kepada Dewata agar kejayaan selalu menyertai keluarga Pandawa.
Popular Posts
-
ADIPATI KARNA yang nama lengkapnya Basukarna, adalah putra Dewi Kunti/Dewi Prita --- Putri Prabu Basukunti, raja Negara Mandura, dengan B...
-
PANCAWALA dalam cerita pedalangan Jawa dikenal sebagai putra tunggal Prabu Yudhistira/Puntadewa raja negara Amarta dengan Dewi Drupadi, p...
-
ARYA SETYAKI juga dikenal dengan nama Arya Wresniwara, yang berarti perwira dari suku Wresni. Sedangkan julukan Singamulangjaya, karena a...
-
PUNTADEWA adalah putra sulung Prabu Pandudewanata, raja negara Astina dengan permaisuri Dewi Kunti, putri Prabu Basukunti dengan Dewi Dayi...
-
DEWI ERAWATI adalah putri sulung Prabu Salya raja negara Mandaraka dengan permaisuri Dewi Pujawati/Setyawati putri tunggal Bagawan Bagasp...
0 komentar:
Posting Komentar