Banjaran Bima

Prabu Pandudewanata bersedih hati, karena putra keduanya lahir dalam keadaan terbungkus kulit yang tidak dapat dipecahkan dengan senjata apa pun.

Atas nasihat Begawan Abiyasa, sesuai dengan petunjuk dewa, bayi bungkus itu dibawa ke hadapan gajah Sena. Pada saat itu Batara Bayu menyusup ke dalam tubuh Gajah Sena, yang menendang bungkus bayi itu hingga pecah.

Bersamaan dengan itu datanglah badai yang menerbangkan bungkus bayi itu, hingga sampai ke Kerajaan Sindureja, dan jatuh di pangkuan Begawan Sapwani. Bungkus bayi itu dicipta menjadi seorang ksatria perkasa, dan diberi nama Jayadrata.

Sementara itu Bima tumbuh menjadi ksatria bertubuh tinggi dan besar. Ia sering bertengkar dan berkelahi dengan para Kurawa, terutama dengan Duryudana dan Dursasana.

Pada suatu saat Kurawa hendak mecelakakan Bima dengan cara meracuni makanannya. Setelah tidak sadarkan diri, Bima diangkat beramai-ramai, dimasukkan ke dalam Sumur Jalatunda, yang penuh dengan ular berbisa. Namun, Bima bukan mati, melainkan justru bertambah kuat dan tahan segala macam racun.

Atas hasutan Patih Sengkuni, Kurawa kemudian berniat membunuh seluruh Pandawa dan Dewi Kunti, dengan membakar Bale Sigala-gala. Bima menyelamatkan semua, dan setelah peristiwa itu Bima kawin dengan Dewi Nagagini. Perkimpoian ini membuahkan seorang putra yang diberi nama Antareja.

Bima kemudian juga kawin dengan Dewi Arimbi, dan berputra Gatotkaca, raja Pringgadani.

Pada suatu saat Bima disuruh gurunya, Resi Drona, untuk mencari air suci Tirta Prawita Sari. Berbekal tekad yang bulat, Bima berkelana menunaikan perintah gurunya itu. Berbagai halangan serta cobaan ia lalui, sampai akhirnya ia bertemu dengan Dewaruci, seorang dewa kerdil. Dari Dewaruci, Bima mendapat ajaran Ilmu Sejati.

Bima juga pernah teribat dalam perkelahian menghadapi Suratimantra dan Rajamala, semuanya untuk membantu yang berada di pihak yang benar.

Pada waktu pecah Baratayuda, Bima banyak mengalahkan musuh-musuhnya. Di antaranya Bima membunuh Patih Sengkuni dengan mengulitinya hidup-hidup terlebih dahulu. Ia juga membunuh Dursasana dan menghirup darahnya guna dipakai berkeramas oleh Dewi Drupadi.

Terakhir Bima membunuh Duryudana pada hari terakhir Baratayuda, setelah sebelumnya meremukan paha kiri lawannya dengan gada Rujakpolo.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Contact

Nama

Email *

Pesan *