Kelahiran Arjuna

 Dikisahkan Prabu Basudewa, raja Mandura sedang duduk di atas singhasana, dihadap oleh Raden Ugrasena, Raden Arya Prabu Rukma dan Patih Saragupita. Mereka membicarakan keinginan Dewi Badraini, isteri raja yang minta dicarikan Kidangwulung. Oleh karena itu raja ingin pergi ke hutan Tikbrasara untuk mencari Kidangwulung. Mereka lalu bubaran, bersiap-siap menghantar keberangkatan raja.

Raja Basudewa menemui Dewi Mahendra dan Dewi Badraini, untuk memberi tahu tentang rencana kepergiannya ke hutan Tikbrasara. Raja bersemadi dan berkemas akan pergi berburu. Arya Prabu Rukma, Arya Ugrasena dan patih Saragupita memimpin perajurit pengawal raja. Ugrasena tinggal di negara menjaga keamanan istana.

Di hutan Bombawirayang, Dewi Maherah dihadap oleh Suratimantra, abdi Kepetmega Togog dan Sarawita. Mereka membicarakan perihal kerisauan Dewi Maherah karena kematian Gorawangsa dan bayi dalam kandungannya. Ia minta dicarikan Waderbang Sisik Kencana (Ikan badar merah bersisik emas), pusaka kerajaan Mandura yang diperoleh sejak kelahiran Kakrasana. Suratimantra minta diri bersama Togog, lalu menghimpun perajurit dan menuju ke negara Mandura. Kemudian perajurit raksasa bertemu dengan perajurit Mandura. Terjadilah pertempuran. Perajurit raksasa menyimpang jalan.

Bagawan Abiyasa dihadap oleh Pandu, Yamawidura, Patih Kuruncana dan Kunthi. Kunthi mengajukan permohonan supaya dicarikan Kitiran Seta (Baling-baling Putih) sebagai syarat kelahiran bayi kandungannya. Pandhu ditugaskan untuk mencarikannya. Pandhu segera minta diri. Di tengah perjalanan Pandu bertemu dengan Suratimantra, lalu terjadi perkelahian. Suratimantra menyimpang jalan.

Pandu datang di Karangdhempel, disambut oleh Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. Pandhu mengajak para panakawan pergi mencari Kitiran Seta. Mereka berangkat meninggalkan Karangdhempel. Perjalanan mereka masuk ke hutan. Seekor harimau datang menghadangnya. Terjadilah perkelahian antara harimau dengan Pandhu. Harimau musnah dan menjelmalah Dewa Kamajaya. Pandhu menghormat, Kamajaya memberitahu bahwa Kitiran Seta dimiliki oleh Ditya Kalapisaca yang tinggal di Krendhasara. Dewa Kamajaya kembali ke Suralaya. Pandhu dan Panakawan menuju ke Krendhasara.

Raja Basudewa, Arya Prabu dan Patih Saragupita berada di tengah hutan Tikbrasara. Mereka berunding tentang usaha menghalau binatang supaya masuk ke Pagrogolan. Perajurit beramai-ramai menghalau binatang buruan. Banyak binatang terperangkap dalam Pagrogolan, antara lain Kidangwulung. Kemudian Kidangwulung dibawa pulang ke negara Mandura.

Suratimantra berhasil masuk ke taman Randhugumbala di negara Mandura, dan berhasil mencuri Waderbang Sisik Kencana, lalu dibawa ke hutan Bombawirayang

Suratimantra dan Togog menghadap Dewi Maherah. Waderbang Sisik Kencana diserahkan kepada Dewi Maherah. Tak beberapa lama bayi dalam kandungan Dewi Maherah lahir dan diberi nama Kangsa. Kangsa dibawa oleh Suratimantra, agar diakui anak oleh raja Basudewa. Suratimantra dan Kangsa berangkat ke Mandura.

Disebuah gua di hutan Krendhasara tinggalah sepasang raksasa dan raseksi bernama Ditya Pisaca dan Pisaci tinggal di gua. Ditya Pisaci bercerita kepada Kala Pisaca, suaminya, bahwa semalam ia bermimpi kehilangan sebelah matanya. Tiba-tiba datang raja Pandu bersama panakawan, dan minta Kitiran Seta kepada Kala Pisaca. Kala Pisaca mempertahankan Kitiran Seta, terjadilah perkelahian. Kala Pisaca kalah, Pandu berhasil membawa Kitiran Seta, dibawa pulang ke Ngastina. Petruk diminta membawanya. Raja Basudewa, Pandhu dan Arya Prabu kembali ke kerajaan Mandura.

Bagawan Abyasa, Yamawidura, Kunthi, Madrim, Puntadewa dan Bima sedang di istana. Mereka menanti kehadiran Pandhu. Tak lama kemudian Petruk utusan Pandu datang menyerahkan Kitiran Seta, dan memberi tahu, bahwa raja Pandu sedang mengantar raja Basudewa ke Mandura.

Kunthi yang sedang hamil tua menerima kitirn seta, dan kemudian lahirlah bayi didalam kandungan. Mereka yang ada di ruangan itu gugup dan bingung, Bima kemudian membawa bayi yang sedang lahir ke Mandura menyusul Pandu. Begawan Abyasa dan Petruk mengawal dari belakang.

Ugrasena menghadap Dewi Mahendra dan Dewi Badraini. Mereka menanti kedatangan raja Basudewa. Kemudian datang raja Basudewa, Pandu dan Arya Prabu. Merela membawa Kidangwulung , seperti yang diminta Dewi Badraini. Kidangwulung diberikan kepada Dewi Badraini, tak lama kemudian lahirlah bayi di dalam kandungannya. Bayi tersebut lahir perempuan dan diberi nama Sumbadra.

Bima datang membawa bayi, Bagawan Abyasa dan Petruk mengikutinya. Bayi diserahkan kepada Pandu. Pandhu menerima, bayi diberi nama Parmadi. Bagawan Abyasa memberi nama Palguna. Bima memberi nama panggilan Jlamprong.

Bayi perempuan sembadra dan bayi laki-laki Parmadi dipangku oleh raja Basudewa. Sumbadra pada paha kiri dan Parmadi pada paha kanan. Basudewa berkata, kedua bayi ditunangkan, kelak supaya hidup sebagai suami isteri dan menurunkan raja besar.

Tiba-tiba datang Suratimantra membawa bayi bernama Kangsa. Suratimantra memberi tahu, bahwa bayi itu anak Dewi Maherah. Bagawan Abyasa menyuruh agar Suratimantra bersama bayi Kangsa menungu di alun-alun. Raja Basudewa menolak penyerahan bayi itu. Raja Basudewa ingat bahwa bayi itu anak dari Dewi Maherah isterinya dengan Gorawangsa.

Maka diutuslah Ugrasena untuk datang di alun-alun, memberi tahu, bahwa raja tidak mau menerima Kangsa sebagai putra raja. Suratimantra marah dan terjadilah perkelahian. Suratimantra tidak mampu melawan, Kangsa membelanya. Semua kalah oleh perlawanan Kangsa. Raja Basudewa terpaksa mau mengakui Kangsa sebagai anak, dan diberi tempat tinggal di Sengkapura. Suratimantra ditugaskan untuk mengasuhnya. Suratimantra memberi nama Kangsadewa.

Perajurit Bombawirayang mengira Suratimantra dan Kangsa mati di Mandura. Mereka berbondong-bondong menyerang negara Mandura. Bima ditugaskan melawan serangan musuh, dan berhasil baik. Musuh telah lenyap.

Setelah negara menjadi aman, mereka sidang di istana. Raja Basudewa cemas dan khawatir bahwa Kangsa yang sakti akan menguasai kerajaan dan mengkhawatirkan kedua putranya yang akan menjadi sasaran ambisi Kangsa. Bagawan Abyasa menyarankan agar dua putra raja disembunyikan ke Widarakandang. Raja setuju, agar kedua putranya yang bernama Kakrasana dan Narayana terhindar dari ancaman pembunuhan Kangsa, mereka berdua dititipkan kepada Nyai Sagopi dan Ki Antagopa di Widarakandhang.

Raja Basudewa mengadakan pesta, menjamu para tamu yang hadir di istana Mandura.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Contact

Nama

Email *

Pesan *