Tampilkan postingan dengan label B. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label B. Tampilkan semua postingan

BURISRAWA

ARYA BURISRAWA adalah putra ke-empat Prabu Salya, raja negara Mandaraka dengan permaisuri Dewi Pujawati/Setyawati, putri tunggal Bagawan Bagaspati dari pertapaan Argabelah.

Burisrawa mempunyai empat orang saudara kandung masing-masing bernama ; Dewi Erawati, Dewi Surtikanti, Dewi Banowati dan Bambang Rukmarata.

Burisrawa berwujud setengah raksasa, gagah perkasa dan sangat sakti. Ia berwatak sombong, senang menurutkan kata hatinya, pendendam, ingin selalu menang sendiri, senang membuat keonaran dan membuat peristiwa - peristiwa yang penuh dengan kekerasan.

Burisrawa menikah dengan Dewi Kiswari, putri Prabu Kiswaka, raja negara Cedisekar/Cindekembang dan berputra Arya Kiswara.Burisrawa sangat akrab hubungannya dengan Prabu Baladewa, raja Mandura, Prabu Duryudana, raja Astina dan Adipati Karna, raja Awangga karena hubungan saudara ipar.

Dalam perang Bhratayuda, Burisrawa berada di pihak keluarga Kurawa. Ia gugur dalam peperangan melawan Arya Setyaki, putra Prabu Setyajid/Ugrasena, raja negara.
Baca SelengkapnyaBURISRAWA

BREMANI

BATHARA BRAHMANARESI dikenal pula dengan nama Bathara Bremani (pedalangan).

Bathara Brahmanaresi adalah putra ke-lima Sanghyang Brahma dengan permaisuri Dewi Sarasyati. Ia mempunyai empat orang saudara kandung masing-masing bernama; Bathara Brahmanasa, Bathara Brahmanasadewa, Bathara Brahmanaraja dan Bathara Brahmanakanda. Ia juga mempunyai 16 orang saudara seayah lain ibu, putra-putri Dewi Saci dan Dewi Rarasyati. Diantara mereka yang dikenal adalah Dewi Bramanisri yang dianugerahkan kepada Garuda Briawan dan menurunkan golongan Garuda, Dewi Dresanala yang dianugerahkan kepada Arjuna, satria Pandawa dan berputra Wisanggeni, dan Dewi Bremani yang menikah dengan Prabu Banjaranjali dan menurunkan raja-raja Alengka termasuk Prabu Dasamuka.

Bathara Brahmanaresi menikah dengan Dewi Srihuna, putri Sanghyang Wisnu dengan Dewi Pujayanti, menggantikan kakaknya, Bathara Brahmanaraja yang semula dijodohkan tetapi menolak. Namun setelah Dewi Srihuna hamil dan diboyong ke Kahyangan Daksinageni, Bathara Brahmanaraja jatuh cinta pada Dewi Srihuna. Karena cintanya pada sang kakak, Dewi Srihuna diserahkan kepada Bathara Brahmanaraja dengan syarat menunggu setelah Dewi Srihuna melahirkan.

Bayi kemudian lahir laki-laki yang setelah dibawa ke Kahyangan Untarasegara, oleh Sanghyang Wisnu diberi nama Bambang Parikenan. Bathara Brahmanaresi kemudian turun ke Arcapada, hidup sebagai brahmana di pertapaan Paremana, salah satu dari tujuh puncak Gunung Saptaarga.
Baca SelengkapnyaBREMANI

BRATALARAS

BAMBANG BRATALARAS adalah putra Arjuna, salah satu dari lima satria Pandawa, putra Prabu Pandu, raja negara Astina dengan Dewi Kunti, putri Mandura. Ibunya bernama Dewi Rarasati/Larasati, putri Prabu Bismaka/Arya Prabu Rukma, raja Kumbina dengan Ken Yusida/Ken Sagupi, seorang swarawati kraton Mandura yang kemudian menjadi isti Demang Antagopa di padepokan Widarakanda/Widarakandang.

Ia mempunyai kakak kandung bernama Bambang Sumitra.

Bratalaras mempunyai sifat dan perwatakan, halus, tenang, pemberani, sangat berbakti dan rasa tanggung jawab yang besar. Sebagai putra Arjuna yang dikenal memiliki banyak istri, Bratalaras mempunyai l1 orang saudara seayah lain ibu, yaitu : Abimanyu, Kumaladewa, Kumalasakti, Wusanggeni, Wilugangga, Bambang Irawan, Prabakusuma/Priyambada, Endang Pregiwa, Endang Pregiwati, Wijanarka, Antakadewa dan Bambang Sembada.

Seperti putra-putra Pandawa lainnya, Bratalaras ikut terjun ke medan perang Bharatayuda. Ia gugur bersam-sama dengan kakaknya, Bambang Sumitra dan keempat saudara lainnya yaitu; Wilugangga, Wijanarka, Prabakusuma dan Antakadewa saat melawan Resi Bisma.
Baca Selengkapnya BRATALARAS

BRAJAMUSTI

BRAJAMUSTI adalah putra ke-lima Prabu Arimbaka, raja raksasa negara Pringgandani dengan Dewi Hadimba.

Brajamusti mempunyai tujuh orang saudara kandung bernama;

Arimba/Hidimba,
Dewi Arimbi,
Arya Prabakesa,
Brajadenta,
Brajalamatan,
Brajawikalpa dan
Kalabendana.


Brajamusti mempunyai sifat mudah naik darah, agak bengis, keras hati dan ingin menang sendiri.
Brajamusti sangat sakti. Bersama kakaknya, Brajadenta dan kedua adiknya, Brajalamatan dan Brajawikalpa, ia melakukan pemberontakan merebut tahta negara Pringgandani dari kekuasaan Dewi Arimbi.Ketika pemberontakan gagal dengan tewasnya Brajalamatan dan Brajawikalpa oleh Gatotkaca, Brajamusti dan Brajadenta melarikan diri, berlindung pada kemenakannya Prabu Arimbaji, putra mendiang Prabu Arimba yang telah menjadi raja negara Guwasiluman di hutan Tunggarana.

Dengan bantuan Bathari Durga, Brajamusti kembali beraniat membunuh Gatotkaca melalui tangan ketiga.

Brajamusti menjelma menjadi Gatotkaca palsu dan menganggu Dewi Banowati, istri Prabu Duryudana, raja negara Astina.

Namun perbuatanya terseburt dapat dibongkar oleh Gatotkaca.

Akhirnya Brajamusti tewas dalam petempuran melawan Gatotkaca, dan arwahnya menjadi ajian/kesaktian merasuk/menunggal dalam tangan kanan Gatotkaca.
Baca SelengkapnyaBRAJAMUSTI

BRAJALAMATAN

BRAJALAMATAN adalah putra keenam Prabu Arimbaka, raja raksasa negara Pringgandani dengan Dewi Hadimba.
Brajalamtan mempunyai tujuh orang saudara kandung, masing-masing bernama:

Arimba/Hidimba,
Dewi Arimbi,
Brajadenta,
Arya Prabakesa,
Brajamusti,
Brajawikalpa dan
Kalabendana.

Brajalamatan berwatak keras hati dan agak berangasan, mudah marah, pemberani dan sangat sakti.
Brajalamatan sangat menentang keputusan Dewi Arimbi yang akan menyerahkan tahta kerajaan Pringgandani kepada Gatotkaca, putranya dengan Bima.

Karena itu Brajalamatan ikut mendukung dan terlibat langsung gerakan pemberontakan yang dilakukan Brajadenta dan Brajamusti dalam upaya merebut tahta kerajaan Pringgandani dari tangan Gatotkaca.

Dalam peperangan perebutan kekuasaan itu, Brajalamatan akhirnya mati di tangan Gatotkaca.
Arwahnya kemudian menjelma menjadi ajian/kesaktian manunggal di tangan kiri Gatotkaca.
Baca SelengkapnyaBRAJALAMATAN

BRAJADENTA

BRAJADENTA adalah putra ketiga Prabu Arimbaka, raja raksasa negara Pringgandani dengan Dewi Hadimba.
Brajadenta mempunyai tujuh orang saudara kandung bernama:
Arimba / Hidimba,
Dewi Arimbi,
Arya Prabakesana,
Brajamusti,
Brajalamatan,
Brajawikalpa dan
Kalabendana.

Brajadenta berwatak keras hati, ingin menangnya sendiri, berani serta ingin selalu menurutkan kata hatinya.
Brajadenta sangat sakti. Oleh kakaknya, Dewi Arimbi, Brajadenta ditunjuk sebagai wakil raja memegang tampuk pemerintahan negara Pringgandani selama Dewi Arimbi ikut suaminya Bima tinggal di Jadipati.

Akhir riwayatnya diceritakan, karena tidak setuju dengan pengangkatan Gatotkaca, putra Dewi Arimbi dengan Bima sebagai raja Pringgandani, Brajadenta dengan dibantu oleh ketiga adiknya, Brajamusti, Brajalamatan dan Brajawikalpa, melakukan pemberontakan karena ingin secara mutlak menguasai negara Pringgandani.

Pemberontakannya dapat ditumpas oleh Gatotkaca dengan tewasnya Brajalamatan dan Brajawikalpa.
Brajadenta dan Brajamusti berhasil melarikan diri dan berlindung pada kemenakannya Prabu Arimbaji, putra mendiang Prabu Arimba yang telah menjadi raja di negara Gowasiluman di hutan Tunggarana.Dengan bantuan Bathari Durga, Brajadenta kembali memasuki negara Pringgandini untuk membunuh Gatotkaca.

Usahanya kembali mengalami kegagalan. Brajadenta akhirnya tewas dalam peperangan melawan Gatotkaca.

Arwahnya menjelma menjadi ajian/keaktian dan merasuk/menunggal dalam gigi Gatotkaca.
Sejak itu Gatotkaca memiliki kesaktian; barang siapa kena gigitannya pasti binasa.
Baca SelengkapnyaBRAJADENTA

BRAHMA

SANGHYANG BRAHMA atau Brama adalah putra kedua Sanghyang Manikmaya, raja Tribuana dengan permaisuri pertama Dewi Umayi.

Ia mempunyai lima orang saudara kandung masing - masing bernama ; Sanghyang Sambo, Sanghyang Indra, Sanghyang Bayu, Sanghyang Wisnu dan Bathara Kala. Sanghyang Brahma juga mempunyai tiga orang saudara seayah lain ibu, yaitu putra Dewi Umarakti, masing-masing bernama ; Sanghyang Cakra, Sanghyang Mahadewa dan Sanghyang Asmara.

Sanghyang Brahma bersemayam di Kahyangan Daksinageni. Ia mempunyai tiga orang permaisuri dan dua puluh satu putra, 14 pria dan 7 wanita. Dari permaisuri Dewi Saci berputra dua orang bernama ; Bathara Maricibana dan Bathara Naradabrama. Dengan Dewi Sarasyati mempunyai lima orang putra bernama; Bathara Brahmanasa, Bathara Bramasadewa, Bathara Bramanasadara, Bathara Bramanarakanda dan Bathara Bramanaresi. Sedangkan dengan Dewi Rarasyati/Raraswati mempunyai empat belas orang putra dan putri, masing-masing bernama ; Dewi Bramani, Dewi Bramanistri, Bathara Bramaniskala, Bathara Bramanawara, Dewi Bramanasita, Dewi Bramaniyati, Dewi Bramaniyodi, Bathara Bramanayana, Bathara Bramaniyata, Bathara Bramanasatama, Dewi Bramanayekti, Dewi Bramaniyuta, Dewi Dresanala dan Dewi Dresawati.

Sanghyang Brahma adalah Dewa Api, maka bila bertikikrama ia dapat mengeluarkan prabawa api. Ia seorang panglima perang yang ulung, dan berkedudukan sebagai senapati angkatan perang Suralaya/Kadewatan. Sanghyang Brahma pernah turun ke Arcapada, menjadi raja di negara Medanggili bergelar Maharaja Sunda/Rajapati
Baca SelengkapnyaBRAHMA

BOMANTARA

PRABU BOMANTARA adalah raja negara Trajutisna/Prajatisa.
Prabu Bomantara masih keturunan Bathara Kalayuwana, putra Bathara Kala dengan Bathari Durga/Dewi Pramuni dari kahyangan Setragandamayit.
Karena ketekunanya bertapa, ia menjadi sangat sakti.

Berwatak angkara murka, kejam, bengis dan selalu menurutkan kata hatinya.
Prabu Bomantara pernah menyerang Suralaya dan mengalahkan para Dewa.
Prabu Bomantara kemudian menyerang negara Gowasiluman, menewaskan Prabu Arimbaji untuk menguasai wilayah hutan Tunggarana.

Belum puas dengan kekuasaan yang dimiliki, Prabu Bomantara kemudian menyerang negara Surateleng.Akhirnya Prabu Bomantara tewas dalam pertempuran melawan Prabu Narakasura yang waktu mudanya bernama Bambang Sitija, raja negara Surateleng, putra Prabu Kresna dengan Dewi Pretiwi.

Arwahnya manunggal dalam tubuh Prabu Sitija.

Negara Surateleng dan Prajatisa oleh Prabu Sitija/Narakasura dijadikan satu, Prabu Sitija kemudian bergelar Prabu Bomanarakasura
Baca SelengkapnyaBOMANTARA

BOGADENTA

BOGADATTA atau Bogadenta adalah putra Prabu Drestarasta, raja negara Astina dengan permaisuri Dewi Gandari, putri Prabu Gandara dengan Dewi Gandini dari negara Gandaradesa.

Ia bersaudara 100 orang --{ 99 orang pria dan 1 orang wanita} yang disebut Sata Kurawa. Diantaranya yang dikenal dalam pedalangan adalah Duryudana (raja Negara Astina), Bomawikata, Citraksa, Citraksi, Carucitra, Citrayuda, Citraboma, Durmuka, Durmagati, Dursasana (Adipati Banjarjungut), Durgempo, Gardapati (raja Negara Bukasapta), Gardapura , Kartamarma, (raja negara Banyutinalang), Kartadenta, Surtayu, Surtayuda, Wikataboma, Widandini (raja negara Purantara) dan Dewi Dursilawati.

Bogadatta menjadi raja di negara Turilaya. Ia pandai bermain gada. Selain sakti, Bogadatta juga memiliki kendaraan gajah bernama Murdiningkung dengan srati/pawang seorang prajurit wanita bernama Murdiningsih. Di medan peperangan, ketiganya merupakan pasangan yang menakutkan lawan dan tak terkalahkan. Bila salah satu diantara mereka mati, dan diloncati salah satu diantara yang hidup, maka yang mati akan hidup kembali.

Dalam perang Bharatayuda, Bogadatta maju kemedan peperangan bersama gajah Murdiningkung dan srati Murdiningsih. Mereka semua mati dalam peperangan oleh panah Trisula milik Arjuna.
Baca SelengkapnyaBOGADENTA

BIMA

BIMA atau WERKUDARA dikenal pula dengan nama;
Balawa,
Bratasena,
Birawa,
Dandunwacana,
Nagata,
Kusumayuda,
Kowara,
Kusumadilaga,
Pandusiwi,
Bayusuta,
Sena, atau Wijasena.
Bima putra kedua Prabu Pandu, raja Negara Astina dengan Dewi Kunti, putri Prabu Basukunti dengan Dewi Dayita dari negara Mandura.

Bima mempunyai dua orang saudara kandung bernama: Puntadewa dan Arjuna, serta 2 orang saudara lain ibu, yaitu ; Nakula dan Sadewa.

Bima memililki sifat dan perwatakan; gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh dan jujur.
Bima memiliki keistimewaan ahli bermain ganda dan memiliki berbagai senjata antara lain; Kuku Pancanaka, Gada Rujakpala, Alugara, Bargawa (kapak besar) dan Bargawasta, sedangkan ajian yang dimiliki adalah ; Aji Bandungbandawasa, Aji Ketuklindu dan Aji Blabakpangantol-antol.

Bima juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran yaitu; Gelung Pudaksategal, Pupuk Jarot Asem, Sumping Surengpati, Kelatbahu Candrakirana, ikat pinggang Nagabanda dan Celana Cinde Udaraga. Sedangkan beberapa anugerah Dewata yang diterimanya antara lain; Kampuh/kain Poleng Bintuluaji, Gelang Candrakirana, Kalung Nagasasra, Sumping Surengpati dan pupuk Pudak Jarot Asem.

Bima tinggal di kadipaten Jodipati, wilayah negara Amarta.
Bima mempunyai tiga orang isteri dan 3 orang anak, yaitu :

1. Dewi Nagagini, berputra Arya Anantareja,
2. Dewi Arimbi, berputra Raden Gatotkaca dan
3. Dewi Urangayu, berputra Arya Anantasena.

Akhir riwayat Bima diceritakan, mati sempurna (moksa) bersama ke empat saudaranya setelah akhir perang Bharatayuda.
Baca SelengkapnyaBIMA

BILUNG

BILUNG seorang raksasa kecil yang bersahabat dengan Togog dan kemana mana selalu berdua.Setiap bertemu dengan Petruk selalu menantang berkelahi & mengeluarkan suara kukuruyuk seperti ayam jago.

Tapi sekali dipukul oleh Petruk dia langsung kalah & menangis.
Bilung berperan menjadi Punakawan yang memihak musuh, biasanya

Bilung akan memberi masukan yang baik kepada majikannya, tetapi bila masukannya tidak didengarkan oleh majikannya dia akan berbalik memberi berbagai masukan yang buruk.
Baca SelengkapnyaBILUNG

BISMA

Sesuai takdir dewata, Bhisma berumur sangat panjang. Apalagi ia juga mewarisi Aji Swasshandamarana dari ayahnya, dimana dengan memiliki Aji Swasshandamarana, maka Bisma akan menjalani hidup di dunia sangat lama. Bhisma hidup dalam tujuh masa pemerintahan kerajaan Astina sejak jaman pemerintahan ayahnya, Prabu Sentanu, kemudian Prabu Citranggada, Prabu Wicitrawirya, Prabu Kresna Dwipayana (Abyasa), Prabu, Prabu Drestarastra dan terakhir Prabu Duryudana.

Sebagai generasi ke VI (enam) dari wangsa Kuru, Bhisma juga benar-benar melaksanakan dharma untuk wangsa Kuru, wangsa yang dibangun oleh Prabu Kuru, raja ke21 negara Astina. Prabu Kuru adalah putra Prabu Sumbarana dengan Dewi Tapati, putri Sanghyang Aditya, dan merupakan generasi ke-5 dari Prabu Hasti, atau keturunan ke-29 dari Bhatara Darma. Prabu Kuru pula yang telah membangun tanah Kurusetra sebagai tempat pemujaan bagi anak keturunannya dan rakyat Astina.

RESI BISMA yang waktu mudanya bernama Dewabrata, adalah putra Prabu Santanu, raja negara Astina dengan Dewi Gangga/Dewi Jahnawi. Karena itu ia juga dikenal dengan nama Ganggadata. Bisma yang sejak lahir ditinggal ibunya, akhirnya disusui oleh Dewi Durgandini. Ia menjadi saudara satu susu dengan Abiyasa, putra Durgandini dengan Palasara.

Bisma memiliki watak pribadi ; sangat berbakti kepada ayahnya, sayang kepada keluarganya, memegang teguh segala apa telah dijanjikan. Bisma merelakan tahta negara Astina kepada Dewi Durgandini/Dewi Setyawati sebagai persyaratan/maskawin kesediaan Dewi Durgandini menjadi istri ayahnya, Prabu Santanu. Ia melakukan sumpah wadat, tidak akan kawin karena brahmacari. Karena keluhurannya budinya itu, Bisma mendapat anugrah Dewata, tidak dapat mati kalau tidak atas kehendaknya sendiri. Ia tinggal di kesatrian Talkanda, masih dalam wilayah negara Astina.

Dengan kesaktiannya, Bisma memenangkan sayembara di negara Kasi, dan memboyong Dewi Amba, Dewi Ambika dan Dewi Ambiki/Ambalika, ketiganya putri Prabu Darmahambara dengan Dewi Swargandini ke negara Astina. Dewi Ambika dikawinkan dengan Citragada, sedangkan Dewi Ambiki dengan Wicitrawirya. Sayang, akhirnya Bisma berutang pati dengan Dewi Amba, karena tanpa sengaja telah membunuh wanita tersebut.

Sumpah Dewi Amba yang akan membalas dendam pada Bisma, dibuktikan dalam perang Bharatayuda. Arwah Dewi Amba manunggal dalam tubuh Dewi Srikandi, yang menjadi perantara kematian Resi Bisma.
Baca SelengkapnyaBISMA

BAYU

SANGHYANG BAYU disebut pula Hyang Pawaka (angin), Dewa yang melambangkan kekuatan. Ia putra ke-empat Sanghyang Manikmaya, raja Tribuana dengan permaisuri Dewi Umayi.

Sanghyang Bayu mempunyai lima orang saudara kandung masing - masing bernama; Sanghyang Sambo, Sanghyang Brahma, Sanghyang Indra, Sanghyang Wisnu dan Bhatara Kala. Ia juga mempunyai tiga orang saudara seayah lain ibu, putra Dewi Umarakti, yaitu ; Sanghyang Cakra, Sanghyang Mahadewa dan Sanghyang Asmara.

Sanghyang Bayu menurut wujudnya telah mencerminkan wataknya yang gagah berani, kuat, teguh santosa, bersahaja, pendiam dan dahsyat. Sanghyang Bayu bersemayam di Kahyangan Panglawung. Ia menikah dengan Dewi Sumi, putri Bathara Soma, dan berputra empat orang masing-masing bernama ; Bathara Sumarma, Bathara Sangkara, Bathara Sudarma dan Bathara Bismakara.

Menurut kitab Mahabharata, Sanghyang Bayu berputra pula dari Dewi Anjani, putri sulung Resi Gotama dari pertapaan Erriya/Grastina seorang anak berwujud kera putih yang diberi nama Maruti/Anoman. Sedangkan menurut pedalangan Jawa, Anoman merupakan putra Dewi Anjani dengan Bathara Guru/Sanghyang Manikmaya.

Sanghyang Bayu pernah turun ke Arcapada menjadi raja di negara Medanggora bernama Resi Boma.
Baca SelengkapnyaBAYU

BASUPATI ,Basuketi,Basuparica

PRABU BASUPATI dikenal pula dengan nama Prabu Basuparicara (Mahabharata).

Basupati Putra Bathara Srinada/Prabu Basurata, raja negara Wirata yang pertama dengan permaisuri Dewi Bramaniyuta, Putri Bathara Brahma.
Prabu Basupati mempunyai adik kandung bernama Bramananeki yang menikah dengan Bambang Parikenan, putra Bathara Bremani/Brahmanaresi dengan Dewi Srihuna/Srihunon.

Karena ketekunannya bertapa, Prabu Basupati menjadi sangat sakti , juga tahu segala bahasa binatang.

Basupati mendapat anugerah Bathara Indra berwujud sebuah kereta sakti bernama Amarajaya lengkap dengan bendera perangnya yang membuatnya kebal terhadap segala macam senjata.
Dengan kereta sakti Amarajaya, Prabu Basupati menaklukkan tujuh negara, masuk ke dalam wilayah kekuasaan negara Wirata.

Prabu Basupati menikah dengan Dewi Angati atau Dewi Girika (Mahabharata), putri Bagawan Kolagiri dengan Dewi Suktimati.Dari perkawinan tersebut, ia memperoleh tiga orang putra masing-masing bernama ; Arya Basunada, Arya Basukesti dan Arya Basumurti.
Prabu Basupati memerintah negara Wirata sampai berusia lanjut.

Basupati menyerahkan tahta Kerajaan Wirata kepada Arya Basunada, kemudian hidup sebagai brahmana sampai meninggal dalam keadaan bermudra
Baca SelengkapnyaBASUPATI ,Basuketi,Basuparica

BASUKUNTI

PRABU BASUKUNTI atau WASUKUNTI yang waktu mudanya bernama Suradewa, adalah putera sulung Prabu Wasukunteya, raja Negara Mandura dengan permaisuri Dewi Sungganawati.

Basukunti mempunyai adik kandung bernama Kuntadewa, yang setelah menjadi raja negara Boja bergelar Prabu Kuntiboja.

Prabu Basukunti menikah dengan Dewi Dayita, putri Prabu Kunti, raja Boja.
Dari perkawinan tersebut ia memperoleh 4 (empat) orang putra masing-masing bernama:

Arya Basudewa,
Dewi Prita/Dewi Kunti,
Arya Prabu Rukma dan
Arya Ugrasena.

Prabu Basukunti mempunyai sifat dan perwatakan; berani, cerdik pandai, arif bijaksana dan suka menolong.

Setelah usianya lanjut, ia menyerahkan tahta kerajaan Mandura kepada putra sulungnya, Arya Basudewa dan hidup sebagai brahmana sampai meninggal.
Baca SelengkapnyaBASUKUNTI

BASUKI

BATHARA BASUKI dikenal pula dengan nama Bathara Wasu. Ia adalah putra Bathara Wismanu, keturunan dari Sanghyang Taya, adik Sanghyang Wenang. Bathara Basuki adalah Dewa keselamatan yang berwujud ular putih. Karena ketekunannya bertapa, ia mendapat anugrah dewata berupa Aji Kawrastawan, sehingga dapat beralih rupa menjadi manusia dan dapat beradat-istiadat serta berbicara seperti manusia.

Bathara Basuki menjelma kepada satria yang berjiwa selamat/basuki yaitu Prabu Baladewa/Kakrasana, raja negara Mandura yang berkulit putih, sebagai lambang kesucian atau keselamatan, terlepas dan terluput dari segala keburukan dan kesalahan. Bathara Basuki menjelma dalam tubuh Prabu Baladewa sebagai balas jasa atas kebajikan yang pernah dilakuklanm oleh Prabu Baladewa menyelanmatkan dirinya yang berwujud ular dari kematian di hutan Krendayana .

Dengan penitisan Bathara Basuki, sehingga pada masa tuanya, Prabu Baladewa terhindar dari pertikaian keluarga yang berperang dalam Bharatayuda.

Setelah keturunan Yadawa lenyap dan Prabu Baladewa akan meninggal, Bathara Basuki keluar dari tubuh Kakrasana/Prabu Baladewa melalui mulutnya, dijemput oleh para naga, diantaranya Naga Taksaka, Kumuda, Mandarika, Hreda, Durmuka, Praweddi, kembali ke patala.
Baca SelengkapnyaBASUKI

BASUDEWA

PRABU BASUDEWA adalah putra sulung Prabu Basukunti raja negara Mandura dengan permaisuri Dewi Dayita, putri Prabu Kunti, raja Boja.
Basudewa mempunyai tiga orang saudara kandung masing-masing bernama: Dewi Prita/Dewi Kunti, Arya Prabu Rukma dan Arya Ugrasena.
Prabu Basudewa mempunyai tiga orang isteri/permaisuri dan 4 (empat) orang putra.

Dengan permaisuri Dewi Mahira ia berputra Kangsa. Kangsa sebenaranya putra Prabu Gorawangsa, raja raksasa negara Gowabarong yang dengan beralih rupa menjadi Prabu Basudewa palsu dan berhasil mengadakan hubungan asmara dengan Dewi Mahira.

Dengan permaisuri Dewi Mahindra Prabu Basudewa memperoleh dua orang putra bernama; Kakrasana dan Narayana. Sedangkan dengan permaisuri Dewi Badrahini berputra Dewi Wara Sumbadra/Dewi Lara Ireng.

Secara tidak resmi, Prabu Basudewa juga mengawini Ken Sagupi, swaraswati Keraton Mandura, dan memperoleh seorang putra bernama Arya Udawa.

Prabu Basudewa sangat sayang kepada keluarganya.
Basudewa pandai olah keprajuritan dan mahir memainkan senjata panah dan lembing.
Setelah usia lanjut, ia menyerahkan Kerajaan Mandura kepada putranya, Kakrasana, dan hidup sebagai pendeta di Pertapaan Randugumbala.
Baca SelengkapnyaBASUDEWA

BARUNA

BATHARA BARUNA sering disebut pula dengan nama Bathara Waruna. Ia masih keturunan Sanghyang Wenang dari keturunan Sanghyang Nioya. Bathara Baruna berwujud Dewa berwajah ikan dan seluruh badannya bersisik ikan. Karena itu Bathara Baruna dapat hidup di darat dan di air, mempunyai cupu berisi air kehidupan Mayausadi.

Bathara Baruna bertempat tinggal di kahyangan Dasar Samodra. Ia bertugas menjaga kesejahteraan makhluk di dalam samodra. Pada jaman Maespati, Bathara Baruna pernah mengalami kesulitan, air narmada tidak mengalir karena terhalang oleh tubung Prabu Arjunasasra yang tidur bertiwikrama menjadi brahalasewu membendung muara Narmada, sehingga mengahalangi aliran sungai dan menimbulkan banyak kematian.

Bathara Baruna dapat menyelesaikan persoalan itu dengan memberikan Cupu Banyu Panguripan (air kehidupan) kepada Prabu Arjunasasra. Air Kehidupan itu dipergunakan Prabu Arjunansasra untuk menghidupkan kembali Dewi Citrawati dan para putri Maespati yang mati bunuh diri karena hasutan/tipu daya ditya Sukasarana, anak buah Prabu Dasamuka.Bathara Baruna juga banyak berjasa membantu Ramawijaya, dengan mengerahkan ikan-ikan besar membendung samodra hingga pembuatan tambak untuk jembatan menyeberangkan jutaan laskar kera Gowa Kiskenda ke negara Alengka dapat terlaksana.
Baca SelengkapnyaBARUNA

BARATMADYA

RESI BARATMADYA atau Baratwaja (pedalangan Jawa) adalah putra Resi Maruta di Hargajembangan, jasirah Atasangin. Ia masih keturunan ke-lima dari Sanghyang Brahma dengan permaisuri Dewi Saci.

Dari perkawinannya dengan Dewi Kumbini, ia memperoleh tiga orang putra, masng-masing bernama ; Bambang Kumbayaka, Bambang Kumbayana dan Dewi Kumbayani.

Resi Baratmadya adalah seorang pendeta yang sangat dapat menguasai/ mumpuni (jawa) segala ilmu, baik lahiriah maupun batiniah. Ia juga menguasai ilmu pengetahuan tentang kehidupan kemasyarakatan, pelayaran, perbintangan, keprajuritan, kekebalan, kesaktian, keagamaan dan sebagainya. Maka tidaklah mengherankan apabila salah seorang putranya, Bambang Kumbayana/Resi Dorna sangat mahir dalam segala ilmu pengetahuan, keprajuritan dan kesaktian.

Dalam penguasaannya, perguruan Hargajembangan mempunyai pengaruh yang sangat besar di jasirah Atasangin, sehingga banyak para satria dan raja-raja seberang lautan yang berdatangan ke Hargajembangan untuk berguru kepadanya, termasuk Arya Sucitra, putra Arya Dupara, saudara sepupunya – (Arya Dupara adalah putra Arya Sengara, adik Arya Maruta, ayah Resi Baratmadya). Arya Sucitra kemudian pergi ke negra Astina mengabdi pada Prabu Pandu dan akhirnya menjadi raja negara Pancala bergelar Prabu Drupada, menggantikan kedudukan mertuanya, Prabu Gandabayu.
Baca SelengkapnyaBARATMADYA

BARATA

BARATA di sini yang tersebut dalam kitab Ramayana, adalah putra Prabu Dasarata, raja negara Ayodya dengan permaisuri ketiga Dewi Kekayi, putri Prabu Kekaya raja negara Padnapura. Ia mempunyai dua orang adik kandung bernama; Satrugna dan Dewi Kawakwa. Barata juga mempunyai dua orang saudara seayah lain ibu masing-masing bernama ; Ramawijaya, dari permaisuri Dewi Kusalya, dan Leksmana dari permaisuri Dewi Sumitra.
Barata berwajah tampan.

Oleh para brahmana ia diyakini sebagai penjelmaan Dewa Darma yang berwatak adil, jantan dan jujur. Dengan tegas Barata menolak naik tahta menjadi raja negara Ayodya menggantikan ayahnya, Prabu Dasarata yang meninggal karena sakit mendadak. Barata menentang dan menolak keinginan ibunya, Dewi Kekayi karena ia merasa tidak berhak menjadi raja negara Ayodya sebagai negara leluhur Dewi Kusalya, ibu Ramawijaya.

Barata baru bersedia menjadi raja negara Ayodya mewakili Ramawijaya setelah ia bertemu dengan Ramawijaya di atas gunung Citrakuta/Kutarunggu dan mendapat wejangan ajaran Astabrata yang berisi delapan pedoman kepemimpinan seorang raja.

Barata menjadi raja Ayodya selama 13 tahun, sampai Ramawijaya kembali dari pengasingan setelah berakahirnya perang Alengka. Ia kemudian hidup brahmacari sampai meninggalnya.
Baca SelengkapnyaBARATA

Popular Posts

Contact

Nama

Email *

Pesan *