Tampilkan postingan dengan label J. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label J. Tampilkan semua postingan

JUNGKUNGMADEYA

PRABU JUNGKUNGMADEYA adalah raja negara Awu-awulangit. Tokoh Jungkungmardeya hanya dikenal dalam cerita pedalangan Jawa dan dimunculkan dalam lakon "Cocogan".

Prabu Jungkungmardeya sangat sakti, selain memiliki aji sirep juga dapat beralih rupa.

Prabu Jungkungmardeya bercita-cita ingin memperistri Dewi Srikandi, putri kedua Prabu Drupada dengan Dewi Gandawati dari negara Pancala. Ketika lamarannya ditolak, dengan beralih rupa menjadi Arya Drestadyumna (adik Dewi Srikandi) palsu, ia berhasil memasuki keputrian Pancala dan menculik Dewi Srikandi.

Drestadyumna yang mengetahui perbuatannya, berusaha merebut Dewi Srikandi dari tangan Prabu Jungkungmardeya, tapi aklhirnya tewas terbunuh dalam peperangan.

Untuk membebaskan Dewi Srikandi, Prabu Drupada kemudian meminta bantuan keluarga Pandawa.
Karena mati sebelum takdir, Drestadyumna dapat dihidupkan kembali oleh Prabu Kresna, raja negara Dwarawati, berkat kesaktian Bunga Wjayakusuma.Arjuna yang mengejar ke negara Awu-awulangit berhasil menemukan Dewi Srikandi.

Prabu Jungkungmardeya akhirnya tewas dalam peperangan melawan Arjuna dengan panah Pasopati
Baca SelengkapnyaJUNGKUNGMADEYA

JEMBAWATI

DEWI JEMBAWATI adalah Putri tunggal Resi Jembawan (berwujud kera/Wanara) dari pertapaan Gadamadana, dengan Dewi Trijata, putri Gunawan Wibisana dengan Dewi Triwati (seorang hapsari/bidadari) dari negara Alengka/Singgela.

Sesuai janji Dewata kepada Dewi Trijata, ibunya, Dewi Jembawati dapat bersuamikan Prabu Kresna, raja negara Dwarawati, yang merupakan raja titisan Sanghyang Wisnu yang terakhir.

Dari perkawinan tersebut, ia memperoleh dua orang putra bernama ; Samba, yang berwajah sangat tampan, dan Gunadewa, berwujud sebagai wanara / kera, karena garis keturunan dari Resi Jembawan. Dewi Jembawati berwatak jujur, setia, sabar, sangat berbakti dan penuh belas kasih.

Selama menjadi permaisuri Prabu Kresna, ia lebih sering tinggal di pertapaan Gadamadana mengasuh Gunadewa, daripada tinggal di istana Dwarawati.
Dewi Jembawati meninggal dalam usia lanjut dan dimakamkan di pertapaan Gadamadana.
Baca SelengkapnyaJEMBAWATI

JEMBAWAN

JEMBAWAN adalah putra Resi Pulastya dari pertapan Grastina. Ia menjadi pengasuh Subali/Guwarsi, putra Resi Gotama dengan Dewi Indradi/Windradi. Dalam peristiwa rebutan Cupumanik Astagina, Jembawan ikut terjun kedalam telaga Sumala dan berubah wujud menjadi kera.

Saat terjadi perselisihana antara Subali dengan Sugriwa memperebutkan Dewi Tara dan kerajaan Gowa Kiskenda, Jambawan kembali ke pertapaan Grastina ikut mengasuh Anoman yang setelah ditinggal mati ibunya, Dewi Anjani, diasuh oleh Kapi Saraba. Setelah Anoman besar, mereka kemudian mengabdi kepada Prabu Sugriwa di Gowa Kiskenda.

Dalam perang besar Alengka, Jembawan ikut terjun di medan pertempuran, menjadi salah satu senapati perang tentara kera. Karena pengabdinnya itu, Jembawan kembali menjadi manusia berwajah tampan, sehingga dapat memperistri Dewi Trijata, putri Arya Wibisana dengan Dewi Triwati (Mahabharata).

Sedangkan menurut pedalangan (Jawa), Jembawan berhasil memperistri Dewi Trijata dengan cara beralih rupa menjadi Laksmana palsu yang berhasil merayu Dewi Trijata. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh seorang putri bernama Dewi Jembawati yang setelah dewasa memjadi istri Prabu Kresna, raja negara Dwarawati.

Setelah perang Alengka, Jambawan dan keluarganya hidup di pertapaan Gadamadana. Ia hidup sebagai brahmana. Resi Jambawan meninggal dalam usia lanjut, jenazahnya dimakamkan di pertapaan Gadamadana.
Baca SelengkapnyaJEMBAWAN

JAYADRATA

ARYA JAYADRATA nama sesungguhnya adalah Arya Tirtanata atau Bambang Sagara.

Arya jayadrata putra angkat Resi Sapwani/Sempani dari padepokan Kalingga, yang tercipta dari bungkus Bima/Werkudara.
Arya Tirtanata kemudian dinobatkan sebagai raja negara Sindu, dan bergelar Prabu Sinduraja.

Karena ingin memperdalam pengetahuannya dalam bidang tata pemerintahan dan tata kenegaraan, Prabu Sinduraja pergi ke negara Astina untuk berguru pada Prabu Pandu Dewanata.

Untuk menjaga kehormatan dan harga diri, ia menukar namanya dengan nama patihnya, Jayadrata.Di negara Astina Jayadrata bertemu dengan Keluarga Kurawa, dan akhirnya diambil menantu Prabu Drestarasta, dikawinkan dengan Dewi Dursilawati dan diangkat sebagai Adipati Buanakeling.
Dari perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang putra bernama; Arya Wirata dan Arya Surata.
Jayadrata mempunyai sifat perwatakan; berani, penuh kesungguhan dan setia.

Arya Jayadrata mahir mempergunakan panah dan sangat ahli bermain gada.

Oleh Resi Sapwani ia diberi pusaka gada bernama Kyai Glinggang. Jayadrata tewas oleh Arjuna di medan perang Bharatayuda sebagai senapati perang Kurawa.

Kepalanya terpangkas lepas dari badannya oleh panah sakti Pasopati.
Baca SelengkapnyaJAYADRATA

JATAYU

JATAYU adalah burung garuda yang dapat berbicara seperti manusia. Garuda Jatayu adalah putra ketiga Resi Briswawa, yang berarti masih keturunan langsung Dewi Brahmanistri, putri Bathara Brahma. Ia mempunyai tiga saudara kandung masing-masing bernama ; Garuda Harna, Garuda Brihawan dan Garuda Sempati.
Jatayu bersahabat karib dengan Prabu Dasarata, raja negara Ayodya.

Mereka bersahabat sejak kecil, karena kakek Prabu Dasarata, Bathara Kandikota bersahabat karib dengan Resi Briswawa. Ketika Jatayu mendengar jeritan Dewi Sinta yang menyebut-nyebut nama Ramawijaya dan negara Ayodya, tahulah Jatayu bahwa wanita yang dikempit oleh Prabu Dasamuka terbang di atas hutan Dandaka adalah menantu Prabu Dasarata.

Dengan mengerahkan seluruh kesaktian dan kemampuannya, Jatayu berusaha merebut Dewi Sinta dari tangan Prabu Dasamuka.

 Tapi Prabu Dasamuka yang memiliki Aji Rawarontek dan Pancasona tidak terkalahkan.

Tubuh Jatayu mengalami luka parah dan kedua sayapnya putus oleh sabetan pedang Prabu Dasamuka.
Namun dalam keadaan tak berdaya, disaat menjelang ajal, Jatayu masih sempat bertemu dengan Ramawijaya, dan memberitahukan keberadaan Dewi Sinta yang diculik Prabu Dasamuka, raja negara Alengka
Baca SelengkapnyaJATAYU

JATASURA

JATASURA berwujud harimau yang mempunyai rambut di lehernya. Karena ketekunannya bertapa, ia menjadi sangat sakti dan dapat mengerti bahasa manusia. Jatasura mempunyai saudara sepeguruan bernama Maesasura, raksasa berkepala kerbau.

Ketika Maesasura menjadi raja di negara Gowa Kiskenda, Jatasura diangkat menjadi senapati perangnya, disamping patih Lembusura (raksasa berkepala sapi) dan Diradasura (raksasa berkepala gajah).

Sebagai saudara seperguruan, Jatasura dan Maesasura hidup dalam satu jiwa. Artinya bila salah satu diantara mereka mati dan dilangkai oleh yang masih hidup, maka yang mati akan hidup kembali. Karena kesaktiannya tersebut,Jatasura sangat mendukung keinginan Prabu Maesasura untuk memperistri Dewi Tara, bidadariSuralaya putri Sanghyang Indra dari permaisuri Dewi Wiyati.

Ketika lamarannya ditolak Bathara Guru., mereka mengamuk di Suralaya dan berhasil mengalahkan para dewa.

Bathara Guru kemudian meminta bantuan Subali dan Sugriwa, putra Resi Gotama dengan Dewi Windradi/Indradi dari pertapaan Erraya/Grastina yang sedang bertapa di hutan Sunyapringga. Jatasura dan Maesasura akhirnya mati sampyuh, kepala mereka diadu kumba hingga pecah oleh Resi Subali yang memiliki Aji Pancasona.
Baca SelengkapnyaJATASURA

JATAGINI

DEWI JATAGINI berwujud raseksi. Ia istri Prabu Jatagempol, raja raksasa negara Guwabarong. Karena ketekunannya bertapa, ia menjadi sangat sakti. Berwatak kejam, bengis dan pendedam.

Bersama suaminya, Prabu Jatagempol, Dewi Jatagini menyerang negara Amarta. Ia ingin membinasakan keluarga Pandawa, sebagai upaya balas dendam atas kematian leluhurnya, Prabu Kalasasradewa, raja negara Guwamiring yang tewas dalam peperangan melawan Prabu Pandu di nergara Mandura. Dalam pertempuran tersebut, Prabu Jatagempol mati oleh Arjuna.

Dewi Jatagini kembali ke negara Guwabarong dan mendidik putra tunggalnya Kalaserenggi dengan berbagai ilmu kesaktian. Setelah Kalasernggi dewasa, Jatagini menyuruh putranya untuk melakukan balas dendam membunuh Arjuna. Kepergian Kalasrenggi bertepatan dengan awal berlangsungnya perang Bharatayuda.

Di Tegal Kurusetra, Kalasrenggi kemudian bertemu dengan Irawan, putra Arjuna dengan Dewi Ulupi, yang disangkanya Arjuna. Kalasrengi berhasil menggit mati Irawan, tetapi akhirnya ia tewas oleh panah Hrudadali yang dilepaskan Arjuna. Mengetahui putranya mati, Jatagini pergi mengamuk ke Kurusetra. Ia pun akhirnya mati oleh panah Arjuna. Tubuihnya hancur oleh hantaman Kyai Sarotama
Baca SelengkapnyaJATAGINI

JARASANDA

PRABU JARASANDA adalah raja negara Magada, masih keturunan Prabu Darmawisesa, raja raksasa dari negara Widarba.

Karenanya berbadan tinggi besar, gagah, perkasa dan berwajah setengah raksasa.

Prabu Jarasanda berwatak angkara murka, ingin menangnya sendiri, penganiaya, bengis, keras hati, berani serta selalu menurutkan kata hatinya.
Prabu Jarasanda sangat sakti, dengan dukungan sahabat karibnya yang juga sekutunya, Prabu Supala raja negara Kadi, Prabu Jarasanda berkeinginan menjadi raja besar yang menguasai jagad raya.

Untuk memenuhi ambisinya, Prabu Jarasandabermaksud menyelenggarakan persembahan darah seratus orang raja kepada Bathari Durga.

Karena niat jahatnya itu bertentangan dengan kodrat hidup dan dapat merusak ketentraman jagad raya, maka ia harus berhadapan dengan Bathara Wisnu.

Prabu Jarasanda akhirnya tewas dalam pertempuran melawan Bima/Werkudara.
Tubuhnya hancur terkena hantaman gada Rujakpolo.
Baca SelengkapnyaJARASANDA

JANAKA

PRABU JANAKA adalah raja negara Mantili atau Matila (Mahabharata), ayah Dewi Sinta. Prabu Janaka merupakan seorang raja yang masih keturunan Bathara Isyawa, putra ke – 2 Sanghyang Wisnu dengan permaisuri Dewi Sripujayanti. Prabu Janaka merupakan seorang raja yang berwatak brahmana, berperilaku adil paramarta, bijaksana, berhati lurus dan bersih.

Prabu Janaka bersahabat baik dengan Brahmana Kala, brahmana raksasa dari pertapaan Dwarawati. Dari Brahmana Kala itulah ia mendapatkan busur dan panah Dewa Siwa sebagai persyaratan mencari jodoh untuk putrinya, Dewi Sinta yang diyakini sebagai titisan Batahri Sri Widowati. Menurut Brahmana Kala hanya satria titisan Dewa Wisnu yang mampu mengangkat busur tersebut.

Apa yang dikatakan Brahmana Kala menjadi kenyataan. Dewi Sinta akhirnya diperistri oleh Ramawijaya, putra Prabu Dasarata, raja negara Ayodya dengan permaisuri Dewi Kusalya. Sebagai satria titisan Dewa Wisnu, Ramawijaya berhasil mengangkat busur Dewa Siwa dan memenangkan Sayembara Mantili..

Prabu Janaka berumur sangat panjang. Ia meninggal setelah menyerahkan tahta kerajaan Mantili kepada cucunya, Kusya, putra Dewi Sinta dengan Prabu Ramawijaya.
Baca Selengkapnya JANAKA

JAMBUMANGLI

Ditya JAMBUMANGLI adalah putra Ditya Maliawan, adik Prabu Sumali, raja negara Alengka. Meskipun memiliki bentuk tubuh agak pendek menurut ukuran raksasa, karena ketekunanya bertapa, Jambumangli menjadi sangat sakti.

Jambumangli sebenarnya ingin memperistri Dewi Sukesi, putri Prabu Sumali, yang berarti saudara sepupunya sendiri. Tetapi keinginan itu hanya disimpan dalam hati, takut mengutarakan dengan terus terang. Ketika Dewi Sukesi menjadi lamaran banyak satria dan raja-raja, dan Dewi Sukesi sendiri juga mengeluarkan persyaratan penjabaran ilmu "Sastra Harjendra Yuningrat", Jambumangli memaksakan keinginannya kepada Prabu Sumali agar dirinya dijadikan satu persyaratan : bahwa hanya mereka yang dapat mengalahkannya yang berhak memperistri Dewi Sukesi.

Akhirnya Jambumangli tewas dalam pertempuran melawan Resi Wisrawa, brahmana dari pertapaan Girijembatan yang datang melamar Dewi Sukesi untuk putranya, Prabu Danaraja raja negara Lokapala. Resi Wisrawa juga berhasil menjabarkan ilmu "Sastra Harjendra Yuningrat" Jambumangli mati dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Anggota tubuhnya terpotong-poptong.

Sebelum ajal merenggut jiawanya, Jambumangli mengeluarkan kutukan, bahwa kelak akan ada anak Wisrawa yang mati dengan cara yang sama sepertyi dirinya.
Baca SelengkapnyaJAMBUMANGLI

JAMADAGNI

JAMADAGNI adalah putra brahmana Ricika/Wisanggeni, putra Maharsi Brigu (Dewatama) dari pertapaan Jatisrana, dengan Dewi Setiawati, putri Prabu Gadi raja negara Kanyakawaya.

Ia mempunyai saudara kandung bernama Swandagni yang menjadi brahmana di pertapaan Ardisekar.

Jamadagni menjadi raja negara Kanyakawaya menggantikan kakeknya, Prabu Gadi yang meninggal karena usia lanjut. Ia menikah dengan Dewi Renuka, putri Prabu Prasnajid.

Dari perkawinan tersebut ia memperoleh lima orang putra semuanya lelaki dan yang bungsu bernama Ramaparasu atau Jamadagni Putra.

Merasa bosan dan jenuh hidup sebagai raja dengan segala kemewahan dan kemuliaannya, Jamadagni memutuskan untuk hidup sebagai brahmana. Tahta kerajaan diserahkan kepada murid dan putra angkatnya bernama Hehaya, yang naik tahta kerajaan Kanyakawaya bergelar Prabu Hehaya, istri dan semua anaknya diboyong masuk ke dalam hutan. Ia membuat pertapaan bernama Dewatama dan bergelar Resi Jamadagni.

Beberapa tahun kemudian, suatu malapetaka menimpa keluarganya. Pertapaan Dewatama diserang Prabu Hehaya. Resi Jamadagni yang membela kehormatan keluarganya, mati dibunuh Prabu Hehaya. Sedangkan Prabu Hehaya sendiri akhirnya mati dibunuh Ramaparasu.
Baca SelengkapnyaJAMADAGNI

Popular Posts

Contact

Nama

Email *

Pesan *