Tampilkan postingan dengan label S. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label S. Tampilkan semua postingan

SUMARMA

PRABU SUMARMA adaklah raja negara Trigardapura. Ia berbadan besar dan gagah perkasa. Prabu Sumarma berwatak keras hati, pemberani dan selalu menurutkan kata hati. Selain pandai dalam tata gelar perang, Prabu Sumarma juga mahir dalam olah keprajuritan, khsusunya mempergunakan senjata gada dan lembing.

Prabu Sumarma masih bersudara sepupu dengan Rupakenca dan Kencakarupa, dua orang saudara angkat Prabu Matswapati/Durgandana, dari negara Wirata. Rupakenca dan Kencakarupa tewas dalam peperangan melawan Jagalabilawa/Bima ketika mereka bemaksud merebut tahta kerajaan Wirata dari kekuasan Prabu Matswapati.

Karena dendamnya terhadap Bima, ketika pecah perang Bharatayuda, Prabu Sumarma membela keluarga Kurawa. Ia terjun ke medan perang setelah gugurnya Resi Bisma. Bersama dengan Prabu Prartipeya , raja negara Swandapura, secara curang ia menyerang kubu pertahanan keluarga Pandawa di Randuwatangan. Akhirnya ia tewas dalam peperangan melawan Bima. Tubuhnya hancur dihantam gada Rujakpala.
Baca SelengkapnyaSUMARMA

SUMANTRI

BAMBANG SUMANTRI adalah putra Resi Suwandagni dari pertapaan Argasekar dengan permaisuri Dewi Darini, seorang hapsari/bidadari keturunan Bathara Sambujana, putra Sanghyang Sambo. Ia mempunyai seorang adik bernama Bambang Sukasarana/Sukrasana, berwujud raksasa kerdil/bajang.

Sumantri sangat sakti dan memiliki senjata pusaka berupa Panah Cakra. Selain ahli dalam ilmu tata pemerintahan dan tata kenegaraan. Sumantri juga mahir dalam olah keprajuritan dan menguasai berbagai tata gelar perang. Setelah dewasa, ia mengabdi pada Prabu Arjunasasra/Arjunawijaya di negara Maespati. Sebagai batu ujian, ia ditugaskan melamar Dewi Citrawati, putri negara Magada yang waktu itu menjadi rebutan/lamaran raja-raja dari seribu negara.

Sumantri berhasil memboyong Dewi Citrawati. Tapi sebelum menyerahkan kepada Prabu Arjunasasra, ia lebih dulu ingin menguji kemampuan dan kesaktian Prabu Arjunasasra sesuai dengan cita-citanya ingin mengabdi pada raja yang dapat mengungguli kesaktiannya. Dalam perang tanding, Sumantri dapat dikalahkan Prabu Arjunasasra yang bertiwikrama. Ia kemudian disuruh memindahkan Taman Sriwedari dari Kahyangan Untarasegara ke negara Maespati bila ingin pengabdiannya diterima. Dengan bantuan adiknya, Sukasrana, Taman Sriwedari dapat dipindahkan, tapi secara tak sengaja Sukasrana mati terbunuh olehnya dengan senjata Cakra. Oleh Prabu Arjunasasra, Sumantri diangkat menjadi patih negara Maespati bergelar Patih Suwanda.

Akhir riwayat Sumantri/Patih Suwanda diceritakan; ia gugur dalam pertempuran melawan Prabu Dasamuka, raja negara Alengka yang dalam taringnya menjelma arwah Sukasrana.
Baca SelengkapnyaSUMANTRI

SUMALI

PRABU SUMALI adalah putra Prabu Suksara, raja raksasa negara Alengka dengan permaisuri Dewi Subakti. Ia mempunyai adik kandung bernama Ditya Maliawan. Prabu Sumali menjadi raja negara Alengka menggantikan kedudukan ayahnya, Prabu Suksara yang mengundurkan diri hidup sabagai brahmana.

Prabu Sumali adalah raja Aditya yang berwatak brahmana. Ia memerintah negara dengan arif dan bijaksana, adil dan jujur. Prabu Sumali menikah dengan Dewi Desidara, seorang hapsari keturunan Bathara Brahma dari permaisuri Dewi Sarasyati. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang putra masing-masing bernama ; Dewi Sukesi dan Prahasta.

Atas desakan Ditya Jambumangli, putra Ditya Maliawan, Prabu Sumali menyelenggarakan sayembara tanding untuk mencari jodoh bagi putrinya, Dewi Sukesi. Sayembara itu dimenangkan oleh Resi Wisrawa dari pertapaan Girijembatan wilayah negara Lokapala setelah menewaskan Ditya Jambumangli, dan berhasil menjabarkan ilmu "Sastra Harjendra Yuningrat" atas permintaan Dewi Sukesi.

Setelah usianya lanjut dan merasa tak mampu lagi menangani pemerintahan negara, Prabu Sumali kemudian menyerahkan kekuasaan kerajaan Alengka kepada cucunya, Rahwana, putra Dewi Sukesi dengan Wisrawa. Prabu Sumali meninggal setelah peristiwa pembakaran istana Alengka oleh Anoman.
Baca SelengkapnyaSUMALI

SUKSARA

PRABU SUKSARA adalah putra Prabu Brahmanatama, raja negara Alengka dengan permaisuri Dewi Sukati. Ia naik tahta menjadi raja negara Alengka ke-lima menggantikan ayahnya, Prabu Brahmanatama yang hidup sebagai brahmana. Raja-raja negara Alengka sebelumnya adalah: Prabu Hiranyakasipu, Prabu Banjaranjali dan Prabu Getahbanjaran, yang kesemuanya adalah keturunan Bathara Brahma.

Prabu Suksara menikah dengan Dewi Aswanti, seorang hapsari/bidadari yang masih keturunan Bathara Semeru. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang putra bernama; Ditya Sumali dan Ditya Maliawan.

Walau berwujud raksasa, Prabu Suksara berwatak brahmana. Ia memerintah negara Alengka dengan sifat adil dan bijaksana. Setelah Ditya Sumali dewasa, Prabu Suksara menyerahkan tahta negara Alengka kepada putranya. Ia kemudian hidup sebagai brahmana karena ia berharap ada anak keturunannya yang lahir satria dan berwatak brahmana, yang menjadi kekasih Sanghyang Wisnu. Keingginannya kelak menjadi kenyataan. Salah satu keturunannya, Arya Wibisana menjadi sahabat dan kekasih Prabu Rama, raja titisan Sanghyang Wisnu.
Baca SelengkapnyaSUKSARA

SUKRASANA

SUKASRANA berwujud raksasa kerdil/bajang. Ia putra Resi Suwandagni dari pertapaan Argasekar dengan permaisuri Dewi Darini, seorang hapsari keturunan Bathara Sambujana, putra Sanghyang Sambo. Ia mempunyai seorang kakak bernama Bambang Sumantri, yang berwajah sangat tampan.
Walaupun berwujud raksasa kerdil, Sukasrana memiliki kesaktian luar biasa. Ia mengabdi pada Bathara Wisnu dan bertugas sebagai juru taman Sriwedari di Kahyangan Untarasegara. Suatu ketika ia sangat merindukan keluarganya dan datang ke pertapaan Argesekar. Ia tidak menemui kakaknya yang sangat dicintainya. Setelah mendapat penjelasan dari ayahnya, bahwa Sumantri pergi ke negara Maespati untuk mengabdi pada Prabu Arjunasasra, Sukasrana pergi menyusul.

Di tengah hutan Sukasrana bertemu dengan Sumantri yang sedang sedih, karena harus memenuhi persyaratan Prabu Arjunasasra, memindahkan taman Sriwedari ke negara Maespati bila pengabdiannya ingin diterima. Sukasrana bersedia menolong kakaknya, dengan syarat ia boleh ikut mengabdi di Maespati. Tapi setelah taman Sriwedari berhasil dipindahkan, Sumantri ingkar janji, bahkan tanpa sengaja Suskarana mati terbunuh oleh panah Sumantri. Sebelum ajal, Sukasrana bersumpah akan hidup bersama-sama dengan Sumantri dalam Nirwana, dan kematiannya akan dibalasnya melalui seorang raja raksasa.

Sumpah Sukasrana terpenuhi. Ketika negara Maespati diserang balatentara Alengka, dan Sumantri berperang melawan Prabu Rahwana/Dasamuka, arwah Sukasrana menyusup/menjelma pada taring Prabu Dasamuka dan Sumantri digigit sampai mati.
Baca SelengkapnyaSUKRASANA

SUKESI

DEWI SUKESI adalah putri sulung Prabu Sumali, raja negara Alengka dengan permaisuri Dewi Desidara. Ia mempunyai adik kandung bernama Prahasta. Walau ayahnya berwujud raksasa Dewi Sukesi berwajah cantik seperti ibunya, seorang hapsari/bidadari. Ia mempunyai perwatakan, sangat bersahaja, jujur, setia dan kuat dalam pendirian.

Setelah dewasa Dewi Sukesi menjadi lamaran para satria dan raja. Untuk menentukan pilihan, Dewi Sukesi menggelar sayembara : barang siapa yang bisa menjabarkan ilmu "Sastra Harjendra Yuningrat" dialah yang berhak menjadi suaminya. Selain itu, pamannya, Ditya Jambumangli putra Ditya Maliawan, yang secara diam-diam mencintai Dewi Sukesi ikut mengajukan satu persyaratan ; bahwa hanya mereka yang dapat mengalahkan dirinya yang berhak mengawini Dewi Sukesi.

Sayembara akhirnya dimenangkan oleh Resi Wisrawa, brahmana dari pertapaan Girijembatan, yang meminang Dewi Sukesi atas nama putranya, Prabu Wisrawana/Danaraja, raja negara Lokapala.

Selain dapat menjabarkan ilmu "Sastra Harjendra Yuningrat", Resi Wisrawa juga berhasil membunuh Ditya Jambumangli. Dewi Sukesi yang menolak dinikahkan dengan Prabu Danaraja, akhirnya menikah dengan Resi Wisrawa. Dari perkawinan tersebut, ia memperoleh empat orang putra, masing-masing bernama ; Rahwana, Arya Kumbakarna, Dewi Sarpakenaka dan Arya Wibisana.

Akhir riwayat Dewi Sukesi diceritakan, ia meninggal karena sedih dan sakit seelah istana Alengka dibakar oleh Anoman.
Baca SelengkapnyaSUKESI

SUGRIWA

SUGRIWA dikenal pula dengan nama Guwarsa (pedalangan). Ia merupakan putra bungsu Resi Gotama dari pertapaan Erraya/Grastina dengan Dewi Indradi/Windardi, bidadari keturunan Bathara Asmara. Sugriwa mempunyai dua orang saudra kandung masing-masing bernama : Dewi Anjani dan Subali.

Setelah menjadi wanara/kera, dalam perebutan Cupumanik Astagina, Sugriwa diperintahkan ayahnya untuk bertapa Ngidang (hidup sebagai kijang) di dalam hutan Sunyapringga apabila menginginkan kembali berwujud manusia. Atas jasa Resi Subali yang berhasil membunuh Prabu Maesasura dan Jatasura, Sugriwa dapat memperistri Dewi Tara dan menjadi raja di kerajaan Gowa Kiskenda serta wadya/ balatentara kera. Prabu Sugriwa juga menikah dengan Endang Suwarsih, pamong Dewi Anjani dan memperoleh seorang putra berwujud kera yang diberi nama Kapi Suweda.

Dewi Tara dan kerajaan Kiskenda pernah direbut oleh Resi Subali yang terkena hasutan jahat Prabu Dasamuka, raja negara Alengka. Dengan bantuan Ramawijaya yang berhasil membunuh Resi Subali dengan panah Gowawijaya, Sugriwa berhasil mendapatkan kembali Dewi Tara dan negaranya. Sebagai imbalannya, Sugriwa mengerahkan prajurit keranya membantu Ramawijaya membebaskan Dewi Sinta dari sekapan Prabu Dasamuka.

Ketika berlangsungnya perang Alengka, Sugriwa tampil sebagai senapati perang Prabu Rama. Ia berhasil membunuh beberapa senapati perang Alengka, antara lain; Pragasa, Kampana dan Gatodara. Setelah perang berakhir, Sugriwa kembali ke Gowa Kiskenda, hidup bahagia dengan istrinya, Dewi Tara. Ia tidak bisa kembali kewujud aslinya sebagai manusia, karena penyerahan dirinya kepada Dewata belum sempurna, masih terbelenggu oleh kenikmatan duniawi
Baca SelengkapnyaSUGRIWA

SUBRAHMANIA

BATHARA SUBRAHMANIA adalah dewa bermata enam. Ia dikenal pula dengan nama Sanghyang Pitamaha. Menurut kitab ―Mahabharata‖ , Bathara Subrahmania atau Sanghyang Pitamaha termasuk satu dari delapan dewa yang lahir dari sebuah telur ajaib yang dikenal dengan nama ―Antiga Mahadwipa‖. Ketujuh dewa lainnya adalah Sanghyang Prajapati, Sanghyang Sutaguru, Sanghyang Stanu, Sanghyang Manu, Sanghyang Ka, Sanghyang Pracetas dan Sanghyang Daksa.

Bathara Subrahmania sangat sakti namun berwatak penyabar dan memilki sifat murah hati. Karena itu ia dikenal sebagai dewa lambang keadilan dan kejayaan dan menjadi tumpuhan pemujaan dan persembahan umat arcapada yang ingin mendapatkan keadilan dan kejayaan dalam hidupnya.

Bathara Subrahmana adalahdewa yang telah mm,ebntikan kaklung untaian bunga melati kepada Dewi Amba, putri Negara Kasi. Dikisahkan, Dewi Amba yang merasa sakit hati dan debdam tehadap Dewabrata / Resi Bisma karena menolak cintanya dan menghancurkan harapan hidupnya, pergi meminta keadilan kepada Bathara Subrahmania. Kepada dewi Amba, dewa bermata enam itu memberikan kalung untaian bunga melati dengan kutukan siapapun yang memakai kalung bunga melati itu ia akan menjadi lawan Dewabrata. Ketika tak seorangpun satria atau raja yang bersedia memakai kalung itu, Dewi Amba yang dalam keputusasaan menggantungkan/mencantelkan kalung itu di pintu gerbang istana kerajaan Pancala. Beberapa tahun kemudian kalung bunga melati itu ditemukan dan dipakai oleh Dewi Srikandi, putrid Prabu Drupada dengan Dewi Gandawati.

Apa yang dikutukkan dan dijanjikan Bathara Subrahmania menjadi kenyataan. Dalam perang Bharatayuda, Dewi Srikandi berhasil menewaskan Dewabrata atau Resi Bisma.
Baca SelengkapnyaSUBRAHMANIA

SUBALI

Subali dikenal pula dengan nama Guwarsi (pedalangan).Ia putera kedua Resi Gotama, dari pertapan Erraya/Grastina, dengan Dewi Indradi/Windradi, bidadari keturunan Bhatara Asmara. Subali mempunyai dua orang saudara kandung masing-masing bernama ; Dewi Anjani dan Sugriwa/Guwarsa.

Karena rebutan Cupumanik Astagina dengan kedua saudaranya, ia berubah wujud menjadi kera setelah masuk ke dalam telaga Sumala. Untuk menebus kesalahannya dan agar bisa kembali menjadi manusia, atas anjuran ayahnya, Subali melakukan tapa Ngalong (seperti kelelawar) di hutan Sunyapringga. Atas ketekunannya bertapa, Subali mendapatkan Aji Pancasona, yang berarti hidup rangkap lima.

Resi Subali pernah mengalahkan Prabu Dasamuka, raja negara Alengka, bahkan kemudian Dasamuka menjadi muridnya untuk mendapatkan Aji Pancasona. Resi Subali juga berhasil membinasakan Prabu Maesasura, raja raksasa berkepala kerbau dari kerajaan Gowa Kiskenda bersama saudara seperguruannya Jatasura, berwujud harimau yang akan menghancurkan Suralaya karena lamarannya memperisteri Dewi Tara ditolak Bhatara Indra. Atas persetujuan Subali, Dewi Tara dan kerajaan Gowa Kiskenda diberikan kepada Sugriwa.

Akibat termakan tipu daya dan hasutan Prabu Dasamuka, Resi Subali merebut Dewi Tara dan istana Gowa Kiskenda dari tangan Sugriwa. Selama berhubungan dengannya, Dewi Tara hamil. Dengan bantuan Ramawijaya, Sugriwa dapat merebut kembali Dewi Tara dan istana Gowa Kiskenda. Akibat dari dosa dan kesalahannya Resi Subali dapat dibunuh oleh Ramawijaya. Daya kesaktian Aji Pancasona lenyap terhisap oleh daya kesaktian panah Gowawijaya. Sepeninggal Resi Subali, Dewi Tara melahirkan bayi berwujud kera berbulu merah yang diberi nama , Anggada.
Baca SelengkapnyaSUBALI

STANU

SANGHYANG STANU dikenal sebagai dewa hutan. Menurut kitab ―Mahabharata‖ , Sanghyang Stanu termasuk satu dari delapam dewa yang lahir dari sebuah telur ajaib yang dikena dengan nama ―Antiga Mahadwipa‖. Ketujuh dewa lainnya adalah Sanghyang Pitamaha, Sanghyang Prajapati, Sanghyang Sutaguru, Sanghyang Manu dewa laut, Sanghyang Ka, Sanghyang Pracetas atau Sanghyang Parameswara yang dikenal sebagai dewa lambang kemuliaan dan kejayaan, dan Sanghyang Daksa.

Sanghyang Stabu sangat sakti dan berwatak keras hati sesuai dengan tempat tinggalnya di hutan dan bergaul dengan golongan asura. Bersama Resi Pulastya dan Resi Yogiswara -- pada jaman Lokapala, Sanghyang Manu bertugas memberi perlindungan serta pertolongan kepada semua makhluk yang hidup di lautan.

Sanghyang Stanu menikah dengan Dewi Arumdanu, bidadari keturunan Sanghyang Triyarta. Dari perkawinan ini lahir beberapa orang anak diantaranya para raksasa serta makhluk hutan yang berujud aneh-aneh, seperti raksasa berkepala singa, manusia berkala lembu atau sapi dan lain sebagainya. Makhkuk-makhluk aneh keturunan Sanghyang Manu yang terkenal dalam cerita pedalangan karena kesaktiannya dan perbutannya yang menggegerkan jagad raya antara lain : Maesasura dan Lembusura, raja dan patih negara Kiskenda yang pernah menyerang kahyangan karena ingin memperistri Dewi Tari, bidadari putri Sanghyang Brahma. Maesasuta mati oleh Resi Subali, sedangkan Lembusura mati dalam peperangan melawan Sugriwa.
Baca SelengkapnyaSTANU

SRITANJUNG

DEWI SRITANJUNG is the daughter of Nakula, the knight of Sawojajar, state of Amarta with Dewi Srengganawati –the daughter of Resi Badawanangala, the giant turtle who lives in Wailu river-- (base on Purwacarita, Badawanangala well known as the king of Gisiksamodra/Ekapratala). Dewi Sritajung has two half brothers that were Bambang Pramunista and Dewi Pramuniwati –as the sons of Nakula and Dewi Sayati.

Dewi Sritajung very beautiful, she is also smart, clever and strong. She is one of the woman soldier who powerful and respite. Dewi Sritanjung has will a Cupu that contain ―Banyu Panguripan / the water of life‖ the given of her mother, and magic of Pengasihan the given of her grandfather.

Since she was baby, Dewi Sritanjung lives with her grandfather, Resi Badawanangala in asceticism Wailu. In the end war of Bharatayuda, Dewi Sritanjung was gone to the state of Astina to look for her father. In her journey, Dewi Sritanjung met Prabu Ajibarang, the giant king from Gowasiluman in the forest Tunggarana who succeeding to deceive her and she was invited to attack Astina.

In Astina, Dewi Sritanjung met Bambang Widapaksa, her own cousin as the son of Sahadewa and Dewi Srengganawati. Later, they were to kill Prabu Ajibarang. By their fathers (Nakula and Sahadewa), Dewi Sritanjung and Bambang Widapaksa were made a match. STANU
Baca SelengkapnyaSRITANJUNG

SRIKANDI

DEWI SRIKANDI adalah putri kedua Prabu Drupada, raja negara Pancala dengan permaisuri Dewi Gandawati, putri Prabu Gandabayu dengan Dewi Gandini. Ia mempunyai dua orang saudara kandung bernama; Dewi Drupadi/Dewi Kresna dan Arya Drestadyumna.

Dewi Srikandi sangat gemar dalam olah keprajuritan dan mahir dalam mempergunakan senjata panah. Kepandaiannya tersebut didapatnya ketika ia berguru pada Arjuna, yang kemudian menjadi suaminya. Dalam perkawinan tersebut ia tidak memperoleh seorang putra.

Dewi Srikandi menjadi suri tauladan prajurit wanita. Ia bertindak sebagai penanggung jawab keselamatan dan keamanan kesatrian Madukara dengan segala isinya. Dalam perang Bharatayuda, Dewi Srikandi tampil sebagai senapati perang Pandawa menggantikan Resi Seta, satria Wirata yang telah gugur untuk menghadapi Resi Bisma, senapati Agung balatentara Kurawa. Dengan panah Hrusangkali, Dewi Srikandi dapat menewaskan Resi Bisma, sesuai kutukan Dewi Amba, putri Prabu Darmahambara, raja negara Giyantipura, yang mati terbunuh oleh Resi Bisma.

Akhir riwayat Dewi Srikandi diceriterakan : Ia tewas dibunuh Aswatama yang menyelundup masuk ke keraton Astina setelah berakhirnya perang Bharatayuda.
Baca SelengkapnyaSRIKANDI

SRIHUNA

DEWI SRIHUNA atau Dewi Srihunon adalah putri kesembilan Sanghyang Wisnu dengan permaisuri Dewi Sripujayanti. Ia mempunyai l2 saudara kandung, masing-masing bernama: Bathara Herumaya, Bathara Isawa, Bathara Bisawa, Bathara Isnawa. Bathara Isnapura --- yang disabda menjadi raksasa dan berganti nama Ditya Rudramurti yang menurunkan Prabu Yudakalakresna, raja raksasa dari negara Dwarawati ---, Bathara Madura, Bathara Madusena,. Bathara Madusadana, Dewi Srtihuni, Bathara Pujarta, Bathara Parwanboja dan Bathara Hardanari.

Dewi Srihuna juga mempunyai lima orang saudara lain ibu, putra-putri Sanghyang Wisnu dengan Dewi Srisekar dan Dewi Pratiwi. Mereka adalah, Bathara Srigati yang menjadi raja negara Purwacarita bergelar Prabu Sri Mahapunggung. Kemudian Bathara Srinada yang menjadi raja negara Wirata bergelar Prabu Basurata. Batara Srinadi yang menurunkan raja-jara Mandaraka, Bambang Sitija/Bomanarakasura raja negara Surateleng dan Dewi Siti Sundari.

Pada mulanya Dewi Srihuna akan dinikahkan dengan Bathara Brahmanasadara (Bremana), Putra Sanghyang Brahma dengan Dewi Sarasyati.Tapi Bathara Bremana menolak. Dewi Srihuna kemudian dinikahkan dengan Bathara Brahmanaresi (Bremani) adik Bathara Bremana. Dari perkawinan tersebut ia mempunyai seorang putra bernama Bambang Parikenan, yang merupakan cikal-bakal keturunan trah Wukir Retawu/Saptaarga.

Karena Bathara Bremana kemudian jatuh cinta pada Dewi Srihuna, maka setelah Bambang Parikenan lahir, oleh Bathara Brahmanaresi, Dewi Srihuna diserahkan kepada kakaknya, Bathara Brahmanasadara (Bremana). Dari perkawinan tersebut, Dewi Srihuna mempunyai dua orang putri, masing-masing bernama : Dewi Srini dan Dewi Satapi.
Baca SelengkapnyaSRIHUNA

SRIGATI

BATHARA SRIGATI adalah putra sulung Sanghyang Wisnu dengan permaisuri Dewi Srisekar/Dewi Sri Widowati. Ia mempunyai dua orang saudara kandung masing-masing bernama; Bathara Srinada yang turun ke Arcapada dan menjadi raja negara Wirata bergelar Prabu Basurata, dan Bathari Srinadi. Bathara Srigati juga mempunyai 15 orang saudara seayah lain ibu, putra-putri Dewi Pratiwi dan Dewi Sri Pujayanti. Diantara mereka yang dikenal adalah ; Bambang Sitija/Prabu Bomanarakasura yang menjadi raja di negara Surateleng, Dewi Siti Sundari, Bathara Bhisawa, Dewi Srihuna/Srihunon yang menikah dengan Bathara Brahmanaresi dan menurunkan trah Saptaarga, Dewi Srihuni dan Bathara Isnapura yang menurunkan Prabu Yudakalakresna, raja raksasa dari negara Dwarawati.

Bathara Srigati turun ke Arcapada dan menjadi raja di negara Purwacarita bergelar Prabu Sri Mahapungung. Ia menikah dengan Dewi Danawati dan mempunyai empat orang putra masing-msing bernama ; Dewi Sri, Sadana,Wandu dan Oya.

Bathara Srigati sangat sakti. Ia pernah dimintai bantuan ayahnya Sanghyang Wisnu yang menjadi raja di negara Medangkamulan bergelar Prabu Satmata, untuk membinasakan Prabu Watugunung raja negara Gilingwesi yang selain berani menyerang Suralaya juga telah bertindak keliru mengawini ibu kandung dan ibu tirinya.

Setelah lanjut usia dan merasa tidak mampu lagi mengendalikan roda pemerintahan, Prabu Sri Mahapunggung menyerahkan tahta kerajaannya kepada putra ketiga, yaitu Wandu yang setelah naik tahta kerajaan Purwacarita bergelar Prabu Srimahawan.
Baca SelengkapnyaSRIGATI

SRI WIDOWATI

DEWI SRI WIDOWATI dikenal pula dengan nama Dewi Srisekar. Ia adalah permaisuri utama Sanghyang Wisnu. Dewi Sri Widowati berasal dari Cupu Linggamanik, sebagai hasil semedi Hyang Anantaboga dari kahyangan Saptapratala. Dari perkawinan tersebut, ia memperoleh tiga orang putra masing-msing bernama; Bathara Srigati, Bathara Srinada dan Bathari Srinadi. Dewi Sri Widowati selain sangat cantik dan anggun juga memiliki kharisma yang tinggi sebagai wanita utama.

Dewi Sri dan Bathara Wisnu merupakan pasangan yang tak terpisahkan. Apabila Bathara Wisnu turun menitis ke Arcapada dalam mengemban tugas mengembalikan keseimbangan dunia dari tindakan keserakahan dan perbuatan keangkaramurkaan, Dewi Sri akan ikut turun menitis sebagai pasangannya, walau harus melalui berbagai rintangan. Karena itu titisan Dewi Sri selalu menjadi incaran/buruan para penyandang sifat angkara murka, sepeti Prabu Dasamuka/Rahwana, raja negara Alengka.

Pada jaman Ramayana, Dewi Sri menitis pada Dewi Kusalya, putri Prabu Banaputra, raja negara Ayodya, ibu Ramawijaya. Kemudian menitis pada Dewi Citrawati, putri Magada dan menjadi istri Prabu Arjunasasra, raja negara Maespati, selanjutnya menitis pada diri Dewi Sinta, putri Prabu Janaka raja negara Mantili dan menjadi istri Ramawijaya. Pada jaman Mahabharata, ketika Bathara Wisnu menitis pada diri Sri Kresna, raja negara Dwarawati, Dewi Sri menitis pada diri Dewi Sumbadra, adik Sri Kresna dan menjadi istri Arjuna, satria Pandawa.
Baca SelengkapnyaSRI WIDOWATI

SRI

DEWI SRI atau Dewi Sulastri (pedalangan Jawa) adalah putri sulung Prabu Sri Mahapunggung, raja negara Medangkamulan dengan Dewi Danawati. Prabu Sri Mahapunggung adalah nama gelar Bathara Srigati, putra Sanghyang Wisnu dengan Dewi Sri Sekar/Sri Widowati yang turun ke Arcapada untuk menjaga kelestarian dunia. Dewi Sri mempunyai tiga orang adik kandung, yaitu ; Sadana, Wandu dan Oya.
Dewi Sri berwajah sangat cantik. Ia diyakini sebagai titisan Bathari Sri Widowati, neneknya. Dewi Sri memiliki sifat dan perwataan: murah hat, baik budi, sabar dan bijaksana. Bersama adiknya, Sadana, ia dikenal sebagai Dewa lambang kemakmuran hasil bumi. Dewi Sri sebagai Dewa Padi, sedangkan Sadana sebagai Dewa hasil bumi lainnya, seperti : umbi-umbian, kentang, sayur-sayuran dan buah-buhanan. Oleh karena itu mereka tidak pernah dipisahkan.

Dalam lakon ―Sri Sadana‖ diceritakan, bahwa Sadana meloloskan diri pergi dari negara Medangkamulan karena dimarai oleh ayahnya. Dewi Sri setelah mengetkepergian adiknya, lalu pergi mencarinya. Setelah melalui berbagai rintangan dan pengalaman pahit karena dalam perjalanan bertemu dengan raksasa Kalagumarang/Karungkala yang terus menerus mengejarnya. Setelahselamadari nafsu jahat Karungkala, akhirnya Dewi Sri dapat bertemu kembali dengan Sadana.

Sebagai Dewa Hasil Bumi, Dewi Sri dan adiknya. Sadana diyakini hidup sampai akhir jaman, sebab mempunyai tugas memberikan kemakmuran kepada masyarakat.
Baca SelengkapnyaSRI

SRENGGINIWATI

DEWI SRENGGINIWATI adalah putri Resi Badawanangala, kura-kura raksasa yang tinggal di Sungai/narmada Wailu (menurut Purwacarita, Badawanangala dikenal sebagai raja negara Gisiksamodra/Ekacakra). Ibunya bernama Dewi Srunggarini. Dewi Srengginiwati mempunyai saudara kembar bernama Dewi Srengganawati yang menikah dengan Raden Nakula, putra keempat Pandawa.

Dewi Srenggniniwati menikah dengan Raden Sadewa, bungsu Pandawa, putra Prabu Pandu raja negara Astina dari permaisuri Dewi Madrim, putri Prabu Mandrapati dari negara Mandaraka. Dewi Srengginiwati bertemu dengan Sadewa, karena ia bersama kakaknya, Dewi Srengganawati menemukan tubuh Sadewa yang dalam keadaan tak benyawa tergeletak di pertapaan Sumur Upas. Berkat kesaktian air kehidupan yang berasal dari Cupu Tirtamanik, Sadewa dapat dihidupnkan kembali oleh Resi Badawanangala. Dewi Srengginiwati dan Dewi Srengganawati kemudian diserahkan kepada Sadewa, setelah Sadewa dapat menjabarkan dengan benar arti ―Sejatining lanang dan sejatining wadon/wanita.‖ Oleh Sadewa kedua putri tersebut dibawa ke Amarta. Dewi Srengganawati kemudian diserahkan kepada kakaknya, Nakula.

Dari pertkawinannya dengan Sadewa, Dewi Srengginiwati memperoleh seorang putra yang diberi nama Bambang Sidapaksa/Widapaksa, yang setelah dewasa menikah dengan Dewi Sritanjung, putri Dewi Srengganawati dengan Nakula.
Baca SelengkapnyaSRENGGINIWATI

SRENGGANAWATI

DEWI SRENGGANAWATI adalah putri Resi Badawanangala, kura-kura raksasa yang tingal di Sungai/narmada Wailu (menurut Purwacarita, Badawanangala dikenal sebagai raja negara Gisiksamodra/Ekapratala). Ibunya bernama Dewi Srunggarini. Dewi Srengganawati mempunyai saudara kembar bernama Dewi Srengginiwati yang menjadi istri Sadewa, bungsu Pandawa.

Dewi Srengganawati menikah dengan Raden Nakula, putra keempat Pandawa, putra Pabu Pandu raja negara Astina dari permaisuri Dewi Madrim, putri Prabu Mandrapati dari negara Mandaraka. Dewi Srengganawati dapat bertemu dengan Nakula, karena bersama-sama dengan adik kembanya, Dewi Srengginiwati menemukan tubuh Raden Sadewa dalam keadaan tak berbnyawa tergeletak di pertapaan Sumur Upas. Sadewa kemudian dihidupkan kembali oleh Resi Badawanangala bekat saktian air kehidupan dari Cupu Tirtamanik. Setelah berhasil menjabarkan makna/arti ―Sejatining lanang dan sejatining wadon/wanita‖ Dewi Srengganawati dan Dewi Srengginiwati oleh Resi Badawanangala diserahkan kepada Sadewa. Kedua putri tersebu oleh Sadewa dibawa ke Amarta. Oleh Sadewa, Dewi Srengganawati diserahkan kepada kakaknya, Nakula.

Dari perkawinannya dengan Nakula, Dewi Srengganawati memperoleh seorang putri bernama Dewi Sritanjung, yang setelah dewasa menikah dengan Bambang Sidapaksa/Widapaksa, putra Dewi Srengginiwati dengan Sadewa.
Baca SelengkapnyaSRENGGANAWATI

SODA

PRABU SODA adalah raja negara Sodapura, sebuah negara kecil masuk dalam wilayah kekuasaan negera Maespati. Prabu Soda naik tahta kerajaan Sodapura menggantikan kedudukan ayahnya, Prabu Herutama, raja keturunan Bathara Sambo. Prabu Soda mempunyai adik kandung bernama Dewi Sintren yang menjadi istri Prabu Kalinggapati, raja negara Kalinggapura yang masih keturunan Bathara Surya.

Sebagai lazimnya satria keturunan Hyang Sambo, Prabu Soda memiliki sifat dan perwatakan arif bijaksana, setia, pemberani dan teguh dalam pendirian. Ketika terjadi perang di negara Magada memperebutkan Dewi Citrawati, Prabu Soda ikut mendampingi Bambang Sumantri yang merupakan utusan resmi Prabu Arjunasasrabahu membantu negara Magada menghadapi serbuan persekutuan seribu negara pimpinan Prabu Darmawisesa dari Widarba, dan memboyong Dewi Citrawati ke Maespati.

Prabu Soda pernah tewas dalam peperangan melawan Rahwana / Dasamuka, ketika raja raksasa negera Alengka itu menyerang Maespati. Penyerangan terjadi akibat pesanggrahan Rahwana di bukit Nusamanik terendam luapan air sungai yang dibendung oleh tubuh Prabu Arjunasasrabahu yang bertiwikrama, sehingga menjadi sebuah danau untuk mandi dan bercengkerama Dewi Citrawati dan delapan ratus selirnya. Tapi berkat kesaktian Bathara Pulasta, kakek buyut Prabu Dasamuka, Prabu Soda dapat dihidupkan kembali.

Setelah Prabu Arjunasasra tewas dalam pertempuran melawan Ramaparasu, Prabu Soda kembali ke negara Sodapura. Ia meninggal dalam usia lanjut.
Baca SelengkapnyaSODA

SIWAHJAYA

BATHARA SIWAHJAYA adalah putra sulung dari lima bersaudara putra Bathara Kala dengan Bathari Durga dari kahyangan Setragandamayit. Ke-empat adiknya yang lain adalah Dewi Kalayuwati --- menikah dengan Ditya Rudramurti mempunyai anak lelaki (berujud raksasa) yang diberi nama Wisnungkara, yang kemudian menurunkan para raja raksasa, diantaranya Arya Kunjarakresna yang berputra Prabu Yudakalakresna serta Arya Singamulangjaya, raja dan patih negara Dwarawati --- , Bathara Kalayuwana, Bathara Kalagotama dan Bathara Kartinea.

Mengandalkan kesaktiannya, Bathara Siwahjaya pernah pergi ke Jonggringsaloka menghadap Baftara Guru dan meminta untuk dijodohkan dengan Dewi Uruwaci, bidadari kecintaan Bathara Guru. Ketika lamarannya ditolak, Bathara Siwahjaya mengamuk, kemudian mengerahkan pasukan raksasa dari kahangan Selamangumpen dan para silumn dari Stragandamayit menyerang Suralaya. Perang seru terjadi. Ketika para Dewa tak dapat mengalahkan Bathara Siwahjaya, Sanghyang Narada turun ke arcapada dan meminta bantuan Resi Palasara dari pertapaan Paremana, gunung Saptaarga.

Dalam peperangan tersebut Parasara berhasil mengalahkan Bathara Siwahjaya dan mengusir para raksasa dari Selamangumpen dan siluman Setragandamayiit dari Suralaya.
Baca SelengkapnyaSIWAHJAYA

Popular Posts

Contact

Nama

Email *

Pesan *