Tampilkan postingan dengan label S. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label S. Tampilkan semua postingan

SUWANDAGNI

RESI SUWANDAGNI adalah brahmana di pertapaan Argasekar. Ia putra kedua dari Resi Wisanggeni yang dalam Serat Ramayana dikenal dengan nama Ricika --- Resi Wisanggeni merupakan putra bungsu dari dua bersaudara putra Bagawan Dewatama,yang berarti cucu Bathara Dewanggana, turun ke-3 dari Bathara Surya. --- Kakak kandungnya, Jamadagni yang sebelum menjadi brahmana di pertapaan Dewasana, lebih dulu menjadi raja negara Kanyakawaya menggantikan Raja Gadi, kakeknya.

Resi Suwandagni menikah dengan Dewi Darini, seorang hapsari/bidadari keturunan bathara Sambujana, putra Sang Hyang Sambo. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang putra masing-masing bernama; Bambang Sumantri yang berparas tampan, dan Bambang Sukasarana/Sukasrana, berwujud raksasa kerdil/bajang.

Resi Suwandagni sangat sayang kepada putra-putranya. Pendidikannya diarahkan kepada hal-hal yang bersifat kesantikan, kesaktian dan menanamkan rasa kebaktian kepada umat. Olah keprajuritan sangat diutamakan, sehingga kedua putranya sangat mendalami jiwa keprajuritan dan kepahlawanan. Setelah dewasa, Bambang Sumantri mengabdi pada Prabu Arjunasasra / Arjunawijaya dan menjadi patih di negara Maespati. Sedangkan Sukasrana mengabdi pada Bathara Wisnu dan ditugaskan menjadi juru Taman Sriwedari di Kahyangan Untarasegara.

Resi Suwandagni moksa setelah mendengar, bahwa Bambang Sumantri/Patih Suwanda gugur dalam pertempuran melawan Prabu Dasamuka, raja negara Alengka, dan Sukasrana mati oleh tangan kakaknya sendiri.
Baca SelengkapnyaSUWANDAGNI

SUSARMA

PRABU SUSARMA adalah raja negara Trigarta. Bertubuh besar dan berwajah setengah raksasa. Konon ia masih keturunan Prabu Nilarudraka dari negara Gluguhtinatar.

Prabu Susarma pernah berselisih dengan Prabu Matswapati dari negara Wirata. Akibatnya negara Trigarta diserang dan diobrak-abrik oleh Rajamala, senapati perang negara Wirata yang juga adik ipar Prabu Matswapati. Prabu Susarma kalah dan menyatakan takluk kepada Rajamala.

Setelah Rajamala tewas terbunuh oleh Jagalabilawa/Bima, Prabu Susarma bersengkongkol dengan Prabu Duryudana, raja negara Astina untuk menyerang negara Wirata. Prabu Duryudana ingin membongkar persembunyian keluarga Pandawa di negara Wirata, sedangkan Prabu Susarma ingin balas dendam atas perbuatan Rajamala. Dalam penyerbuan tersebut, Prabu Susarma mati oleh Jagalabilawa/Bima.
Baca SelengkapnyaSUSARMA

SURYAWATI

DEWI SURYAWATI adalah putri Sanghyang Surya dari pemaisuri Dewi Ngruni. Ia mempunyai saudara kandung bernama Bambang Suryanirada. Dewi Setyawati juga mempunyai dua saudara seayah lain ibu, putra-putra Dewi Ngruna (kakak Dewi Ngruni) yang berwujud burung garuda masin-masing bernama ; Garuda Sempati dan Garuda Jatayu (Pedalangan Jawa). Sedangkan menurut kitab Mahabharata, saudara Dewi Setyawati bernama Batara Rawiatmaja, putra Sanghyang Surya dengan Dewi Prasti/Dewi Haruti, putri Hyang Ramaparwa (putra Sanghyang Wening), yang menurunkan raja-jara negara Maespati (Prabu Kartawirya, Prabu Arjunasasra/Arjunawijaya dan keturunannya).

Oleh Sanghyang Surya, Dewi Suryawati dianugrahkan/dinikahkan dengan Gatotkaca, raja negara Pringgandani, putra Bima./Werkudara dengan Dewi Arimbi, sesuai janji Sanghyang Manikmaya/Bathara Guru kepada Gatotkaca yang ketika masih bayi (bernama Bambang Tetuka) berhasil membinasakan Prabu P:racona dan patihnya Sakipu, raksasa-raksasa dari negara Gilungwesi yang mengamuk di Suralaya karenangin memperistri Dewi Gagarmayang.

Dari perkawinannya dengan Gatotkaca, Dewi Suryawati memperoleh seorang putra yang sangat mirip dengan Gatotkaca dalam keberanian dan ketangguhan dan tangkas dalam medan perang, yang diberi nama Bambang Suryakaca, yang sesudah berakhirnya perang Bharatayuda diangkat menjadi senapati perang negara Astina pada masa pemerinrtahan Prabu Parikesit.
Baca SelengkapnyaSURYAWATI

SURYAKESTU

PRABU SURYAKESTU adalah putra Prabu Mandrakestu, raja negara Kidarba dari perwaisuri Dewi Isnawari. Di dalam sarasilah Parisawuli, Mandrakestu dikenal dengan nama Bramakestu, putra Bathara Bramanadewa, keturunan Bathara Brama, dengan Dewi Srinadi, putri Bathara Wisnu. Prabu Suryakestu mempunyai saudara kembar yang merupakan adiknya bernama Candrakestu, yang menjadi raja di negara Takiya. Suryakestu menjadi raja negara Kidarba menggantikan ayahnya yang meninggal karena usia lanjut.

Prabu Suryakestu dan negara Sakiya masuk dalam wilayah kekuasaan negara Maespati di bawah kekuasaan Prabu Arjunawijaya/Arjunasasra. Karena itu selain menjadi raja negara Kidarba, Prabu Suryakestu juga menjabat senapati perang negara Maespati. Karena kesaktian dan kesetiaannya, Prabu Suryakestu ditugaskan untuk membantu Bambang Sumantri berperang menghadapi raja-raja dari 25 negara di negara Magada dalam upaya mendapatkan Dewi Citrawati.

Prabu Suryakestu pernah mati dalam pertempuran melawan Prabu Dasamuka, saat menjaga keselamatan Prabu Arjunasasra yang sedang tidur bertiwikrama membendung aliran sungai menjadi telaga buatan untuk tempat pemandian Dewi Citrawati dan 800 orang selir berikut para dayangnya. Tapi berkat kesaktian Bathara Pulasta, kakek buyut Prabu Dasamuka, Prabu Suryakestu dapat dihidupkan kembali.
Setelah Prabu Arjunasasra tewas dalam pertempuran melawan Ramaparasu, Prabu Suryakestu kembali ke negara Kidarba. Ia meninggal dalam usia lanjut.
Baca SelengkapnyaSURYAKESTU

SURYAKACA

ARYA SURYAKACA adalah putra Gatotkaca. raja negara Pringgandani dengan permaisuri Dewi Suryawati, putra Bathara Surya dengan Dewi Ngruni. Ia mempunyai dua orang saudara seayah lain ibu, yaitu; Arya Jayasupena, putra Dewi Sumpani, dan Bambang Sasikirana, putra Dewi Pregiwa, putri Arjuna dengan Dewi Manuhara.

Seperti ayahnya, Suryakaca mempunyai watak seorang pemberani, sopan santun, teguh, tangguh dan senang melindungi yang lemah. Selain sakti, ia juga bisa terbang ke dirgantara.

Seperti dua orang saudaranya, Arya Jayasupena dan Bambang Sasikirana, Suryakaca juga tidak ikut terjun kekancah pertempuran perang Bharatayuda. Setelah berakhirnya perang Bharatayuda dan Parikesit naik tahta negara Astina menggantikan kakeknya, Prabu Karimataya/Prabu Yudhistira, Suryakaca diangkat menjadi senapati negara Astina.
Baca SelengkapnyaSURYAKACA

SURYA

BATHARA SURYA adalah Dewa Matahari yang bertugas menerangi Arcapada, memberi perkembangan hidup dan kesehatan kepada semua makhluk yang terjadi disiang hari. Bathara Surya adalah putra keenam Sanghyang Ismaya dengan Dewi Senggani. Ia mempunyai sembilan orang saudara kandung, masing-masing bernama; Bathara Wungkuam, Bathara Tambora, Bathara Wrahaspati, Bathara Siwah, Bathara Kuwera, Bathara Candra, Bathara Yama/Yamadipati, Bathara Kamajaya dan Dewi Darmanasti.

Bathara Surya mempunyai tempat tinggal di Kahyangan Ekacakra. Ia mempunyai tiga orang permaisuri yaitu; kakak beradik Dewi Ngruna dan Dewi Ngruni, serta Dewi Prati/Dewi Haruni, putri Hyang Ramaparwa, putra Sanghyang Wening. Dengan Dewi Ngruna, Bathara Surya berputra Resi Suwarna yang kemudian menurunkan bangsa Garuda. Dengan Dewi Ngruni berputra ; Dewi Suryawati yang kemudian diperistri oleh Gatotkaca, dan Bathara Suryanirada. Sedangkan dengan Dewi Prati, Bathara Surya berputra Bathara Rawiatmaja yang kemudian menurunkan raja-raja Maespati, trah pertapaan Argasekar, trah pertapaan Grastina/keturunan Resi Gotama dengan Dewi Indradi.

Secara tidak resmi, Bathara Surya juga mengawini Dewi Kunti dan berputra Suryatmaja/Adipati Karna. Bathara Surya juga memberikan Cupu Manik Astagina kepada Dewi Indradi yang mengakibatkan ketiga putra Dewi Indradi, yaitu ; Dewi Anjani, Subali dan Sugriwa berubah wujud menjadi kera.

Bathara Surya mempunyai kereta yang ditarik oleh tujuh ekor kuda dan pernah dipinjam Batahra Wisnu untuk memusnahkan Prabu Watugunung, raja Gilingwesi. Bathara Surya pula yang mengetahui tatkala Ditya Kalarahu mencuri Tirta Amerta, hingga persembunyiannya dapat diketahui dan dapat dibinasakan oleh Bathara Wisnu.
Baca SelengkapnyaSURYA

SURTIKANTI

DEWI SURTIKANTI adalah putri kedua Prabu Salya, raja negara Mandaraka dengan permaisuri Dewi Pujawati/Setyawati, putri tunggal Bagawan Bagaspati dari pertapaan Argabelah. Ia mepunyai empat saudara kandung masing-masing bernama; Dewi Erawati, Dewi Banowati, Arya Burisrawa dan Bambang Rukmarata.

Dewi Surtikanti menikah dengan Basukarna/Adipati Karna, raja negara Awangga/Angga (Mahabharata) putra Dewi Kunti dengan Bathara Surya. Dari perkawinan tersebut, ia memperoleh dua orang putra bernama : Warsasena dan Warsakusuma.

Dewi Surtikanti berwatak ; penuh belas kasih, setia, sabar dan sangat berbakti. Ia mati bunuh diri untuk bela pati atas kematian suaminya. Dewi Surtikanti tewas sebelum Adipati Karna gugur dalam perang tanding dengan Arjuna dalam perang Bharatayuda karena kesalahan dan keteledoran ucapan Adimangala. patih negara Awangga yang mengucapkan ; Adipati Karna minta sedah / sirih terucapkan menjadi Adipati Karna Seda / Mati.
Baca SelengkapnyaSURTIKANTI

SURATIMANTRA

DITYA SURATIMANTRA adalah adik Prabu Gorawangsa, raja negara Gowabarong. Ia naik tahta menjadi raja Gowabarong setelah Gorawangsa mati terbunuh oleh Arya Prabu Rukma di kerajaan Mandura, akibat dari perbuatannya beralih rupa menjadi Prabu Basudewa palsu dan menggauli Dewi Mahira/Maerah permaisuri Prabu Basudewa, raja negara Mandura.

Suratimatra sangat sakti. Ia mempunyai kesaktian berwujud air/banyu semangka sebagai air kehidupan. Apabila mati, tubuhnya kemudian dimasukkan kedalam kolam air tersebut ia akan hidup kembali. Dengan mengandalkan kesaktiannya, Suratimantra menghasut Prabu Kangsa, putra Dewi Maerah dengan Gorawangsa yang telah diakui sebagai putra oleh Prabu Basudewa dan diberi kedudukan di kadipaten Sengkapura, merebut tahta negara Mandura dari tangan Prabu Basudewa. Jalan yang ditempuhnya dengan cara adu jago manusia dengan taruhan tahta negara Mandura dan Sengkapura.

Suratimatra yang menjadi jago Sengkapura, akhirnya mati dalam pertempuran melawan Bima/Werkundara. Tubuhnya robek oleh Kuku Pancanaka, setelah terlebih dahulu daya kesaktian air kehidupan banyu semangka ditawarkan oleh keris pusaka Arjuna, bahkan berubah menjadi air keras yang menghancurkan. Sedangkan Prabu Kangsa, mati dalam pertempuran melawan Kakrasana dan Narayana, putra Prabu Basudewa dengan permaisuri Dewi Mahendra/Maekah.
Baca SelengkapnyaSURATIMANTRA

SURATA

ARYA SURATA adalah anak kedua dari dua bersaudara putra Arya Jayadrata/Tirtanata, raja negara Sindu dengan Dewi Dursilawati, satu-satunya wanita dari seratus orang keluarga Kurawa, putra Prabu Destrarasta dengan Dewi Gandari dari negara Astina. Ia mempunyai seorang kakak kandung benama Arya Wiruta. Sejak kecil sampai dewasa, ia tinggal di kesatrian Banakeling, wilayah negara Astina.
Arya Surata mempunyai sifat perwatakan, berani, penuh kesungguhan, sertia, dan sangat berbakti. Selain sakti, karena menjadi murid Resi Sapwani – guru dan ayah angjkat Jayadrata, Arya Surata juga mahir mempergunakan panah dan sangat ahli bermain gada.

Ketika pecah perang Bharatayuda, Arya Surata tidak ikut terjun ke medan peperangan. Selain karena masih kecil dan belum layak terjun ke medan perang, ia juga sangat patuh pada keinginan ibunya, Dewi Dursilawati yang tidak menghendaki punahnya Wangsa Kuru.

Setelah perang Baharatayuda berakhir, Arya Surata dan ibunya pergi ke negara Sindu. Ia kemudian diangkat sebagai raja negara Sindu, mewarisi tahta dan kerajaan ayahnya. Sampai akhir hidupnya, Arya Surata tetap menjalin hubungan kekelurgaan dengan negara Astina, sejak masa pemerintahan Prabu Kalimataya/Puntadewa sampai masa pemerintahan Prabu Parikesit.
Baca SelengkapnyaSURATA

SURAKESTI

ARYA SURAKESTI adalah putra Arya Sakuni, patih negara Astina dengan Dewi Sukesti, putri Prabu Keswara raja negara Plasajenar. Ia mempunyai dua orang saudara kandung masing-masing bernama ; Arya Surabasa dan Dewi Antiwati yang kemudian diperistri Arya Udawa, patih negara Dwarawati.

Arya Surakesti menikah dengan Dewi Aswati dan mempunyai seorang putra bernama Arya Kestawa. Arya Surakesti memiliki perwatakan; berani, pendian, baik tingkah lakunya dan ingin selalu berbuat kebenaran.

Ketika pecah perang Bharatayuda, Arya Surakesti yang tadinya bersikap netral, akhirnya memutuskan untuk memihak keluarga Pandawa. Sebagai bukti kesetiaannya pada Pandawa, Arya Surakesti membeberkan/membuka rahasia kesaktiaanya dan kematian ayahnya, Arya Sakuni. Setelah berakhirnya perang Bharatayuda, ia dinobatkan menjadi raja negara Gandara menggantikan Prabu Gandara yang telah mangkat.
Baca SelengkapnyaSURAKESTI

SURAGURU

SANGHYANG SURAGURU adalah dewa perang, karena itu ia sering juga disebut dengan nama Dewa Surapati. Menurut kitab ―Mahabharata‖ , Sanghyang Suraguru atau Dewa Surapati termasuk satu dari delapan dewa yang lahir dari ―Ant6iga Mahadwipa‖, yang berujud sebuah telur ajaib. Ketujuh dewa lainnya adalah Sanghyang Pitamaha, Sanghyang Prajapati, Sanghyang Stanu, Sanghyang Manu, Sanghyang Ka, Sanghyang Pracetas dan Sanghyang Daksa.

Sanghyang Suraguru sangat sakti. Sebagai dewa perang, ia menguasai berbagai ilmu kesaktian serta menguasi berbagai tata gelar perang. Bersama Sanghyang Pancaresi dan Sanghyang Senggana, Sanghyang Suraguru selalu menjadi senapati perang para dewa apabila Suralaya mendapat serbuan dari golongan asura (para raksasa).

Karena kesaktiannya dan penguasaanya tentang berbagai ilmu peperangan, Sanghyang Suraguru sering menjadi tumpuhan pemujaan dan persembahan umat arcapada yang ingin mendapatkan kesakian dan kejayaan dalam hidupnya. Sanghyang Suraguru juga pernah turun ke arcapada menitis pada beberapa satria. Pada jaman Lokapala, ia pernah menitis pada Bambang Sumantri, satria dari pertapaan Ardisekar, putra Resi Suwandagni yang mengabdikan diri pada Prabu Arjunasasrabahu, raja negara Maespati. Sedang pada jaman Mahabharata, Sanghyang Suraguru pernah menitis pada Basukarna atau Adipati Karna, putra Dewi Kunti dengan Bathara Surya yang menjadi raja di negara Awangga dan menjadi senapati perang Kurawa dalam perang Kurusetra.
Baca SelengkapnyaSURAGURU

SUPRABA

DEWI SUPRABA adalah bidadari yang sangat terkenal karena kecantikannya. Ia masih keturunan Dewi Kanika, putri Sanghyang Taya, adik Sanghyang Wenang. Banyak titah Arcapada yang tergila-gila ingin memperistri Dewi Supraba. Dengan mengandalkan kesaktian, mereka nekad datang melamar ke Suralaya dengan pertaruhan nyawa.

Dari sekian banyak titah Arcapada yang sangat bernafsu dan juga karena dendam ingin memperistri Dewi Supraba adalah Prabu Niwatakawaca, raja raksasa negara Manikmantaka. Mata kanan Prabu Niwatakawaca yang waktu mudanya bernama Arya Nirbita menjadi buta karena ditusuk dengan kacip (pemotong buah gambir) oleh Dewi Supraba saat ia sedang mengintip tingkah pola para bidadari di kahyangan Kaideran. Prabu Niwatakawaca yang sangat sakti dan tak terkalahkan oleh para dewa, akhirnya mati oleh panah Pasopati yang dilepas Arjuna, setelah rahasia kesaktiannya/kematiannya berupa noktah hitam dilangit-langit mulutnya diceritakan sendiri kepada Dewi Supraba.

Oleh Sanghyang Manikmaya, Dewi Supraba dihadiahkan kepada Arjuna yang atas jasanya membunuh Prabu Niwatakawaca dinobatkan sebagai raja Kaideran bergelar Prabu Kariti. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh seorang putra yang diberi nama ; Prabakusuma. Dewi Supraba adalah salah seorang bidadari upacara Suralaya yang terdiri dari tujuh orang, yaitu ; Dewi Supraba, Dewi Lenglengdanu, Dewi Gagarmayang, Dewi Tunjungbiru, Dewi Irimirin, Dewi Warsiki, dan Dewi Wilutama.
Baca SelengkapnyaSUPRABA

SUPALAWA

RESI SUPALAWA berujud manusia kera/wanara berbulu puith. Ia bersaudara kembar (dampit) gondangkasih dengan Wisnukapiwara yang berbulu hitam (lutung). Mereka adalah sahabat Sanghyang Wisnu dan tinggal di Kahyangan Untarasegara. Oleh Sanghyang Wisnu, Supalawa ditugaskan sebagai pengasuh Bathara Parikenan, cucu Sanghyang Wisnu, putra Bathari Srihunon dengan Bathara Bramanaresi (Bremani), putra Sanghyang Brahma.

Ketika Manumayasa/Kanumayasa, putra Bathara Parikenan dengan Dewi Bramaneki turun ke Arcapada, oleh Sanghyang Wisnu, Supalawa diperintahkan untuk menyertainya. Ia ikut membantu Manumayasa membangun padepokan Retawu di salah satu puncak Gunung Saptaarga. Sebagai andel kepercayaan Resi Manumayasa, Supalawa berhasil menjaga ketenteraman padepokan Retawu. Dengan kesaktiannya ia juga berhasil mengusir raksasa-raksasa Pringgandani dibawah pimpinan Prabu Arimbaka yang menyerang padepokan Retawu.

Setelah usianya lanjut, Supalawa meninggalkan padepokan Retawu, mendahului Resi Manumayasa, untuk tinggal di Paremana, masih di kawasan Gunung Saptaarga, di bekas pertapaan Bathara Bramanaresi (Bremani), kakek Resi Manumayasa. Atas perkenan Sanghyang Wisnu, ia menikah dengan seorang hapsari, dan menurunkan para wanara/manusia kera, diantaranya Resi Mayanggaseta/Pracandaseta, kera putih yang tinggal di pertapaan Pandansurat, wilayah kerajaan Jodipati, negara Amarta.
Akhir riwayatnya diceritakan, Resi Supalawa mati moksa dalam usia sangat lanjut, dan arwahnya kembali ke nirwana.
Baca SelengkapnyaSUPALAWA

SUPALA

ARYA SUPALA adalah putra Prabu Kandiraja, raja negara Kadi. Ia mempunyai cacad tubuh sejak lahir. Bertangan empat, berkaki empat, dan bermata tiga, satu mata berada di tengah dahi. Wangsit dewata yang diterima Prabu Kandiraja, cacad Supala hanya dapat disembuhkan oleh tangan Dewa Wisnu, tapi di tangan penyembuhnya itulah hidup mati Supala berada.Cacad tubuh Supala akhirnya dapat disembuhkan oleh Narayana/Prabu Kresna, putra Prabu Basudewa dengan Dewi Mahindra dari negara Mandura. Saat itu Narayana berjanji tidak akan membunuh Supala sampai Supala menghina dan merendahkan martabatnya di hadapan seratus raja.

Setelah dewasa, Supala menjadi raja negara Kadi menggantikan kedudukan ayahnya. Ia menjalin hubungan yang sangat dekat dengan Prabu Jarasanda, raja negara Magada. Supala berwatak; angkuh, keras hati, pandai bicara dan selalu menuruti kata hati.

Akhir riwayatnya diceritakan, Supala tewas oleh Prabu Kresna. Kepalanya hancur terkena hantaman senjata Cakra, akibat dari kelancangan Supala menghina dan merendahkan martabat Prabu Kresna di hadapan lebih dari 100 raja yang hadir dalam acara Sesajirajasuya, pesta besar penobatan Puntadewa menjadi raja negara Amarta.
Baca SelengkapnyaSUPALA

SUMPANI

DEWI SUMPANI adalah seorang hapsari keurunan Sanghyang Pancaresi, putra Sanghyang Darmajaka, adik Sanghyang Wenang. Ia turun ke arcapada dan menjadi putri angkat Resi Maruta di pertapaan Daksina. Dewi Sumpani mempunyai sifat perwatakan; pemberani, teguh dalam pendirian, setia, baik budi dan cinta terhadap sesamanya.

Dengan restu Resi Maruta, Dewi Sumpani menghadang perjalanan Gatotkaca, raja negara Pringgandani, putra Bima/Werkudara dengan Dewi Arimbi yang baru saja memperoleh Aji Narantaka dari gurunya, Resi Seta di pertapaan Cemarasewu. Dengan keteguhan hatinya Dewi Sumpani ingin mencoba keampuhan Aji Narantaka yang mempunyai daya kesaktian, siapapun yang terkena ajian tersebut tubuhnya akan hacur menjadi debu. Gatotkaca menolak keinginan Dewi Sumpani, tapi ia terus mendesaknya dan akan mengikuti terus kemana Gatotkaca pergi. Menghadapi keteguhan hati Dewi Sumpani, Gatotkaca akhirnya meluluskan keinmginannya dan berjanji akan memperistri Dewi Sumpani buila ia selamat dari hantaman Aji Narantaka.

Karena keluhuran budinya, Dewi Sumpani berhasil selamat dari hantaman Aji Narantaka. Ia kemudian diperistri oleh Gatotkaca. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh seorang putra yang diberi nama, Arya Jayasupena.
Baca SelengkapnyaSUMPANI

SUMITRA

BAMBANG SUMITRA adalah putra Arjuna, salah satu dari lima satria Pandawa, dengan Dewi Rarasati/Larasati, putri Arya Prabu Rukma/Prabu Bismaka, raja negara Kumbina dengan Ken Sagupi dari padepokan Widarakandang. Ia mempunyai 13 (tiga belas) orang saudara lain ibu, yaitu;
Abimanyu, Bratalaras, Bambang Irawan, Kumaladewa, Kumalasakti, Wilugangga, Endang Pregiwa, Endang Pregiwati, Prabakusuma, Wijarnaka, Antakadewa dan Bambang Sumbada.

Bambang Sumitra ikut pula terjun ke medan perang Bharatayuda. Bersama-sama dengan Prabakusuma, Wilungangga, Wijanarka dan Antakadewa, gugur di medan peperangan melawan Resi Bisma. Versi lain menyebutkan Sumitra gugur ditangan Karna, ini dilakukan oleh Karna supaya Abimanyu yg bersama Sumitra menjadi takut dan pergi dari medan pertempuran.
Baca SelengkapnyaSUMITRA

SUMITRA

DEWI SUMITRA dikenal pula dengan nama Dewi Priti. Ia putri dari Bathara Hira/Prabu Ruryana, raja negara Maespati, yang berarti cucu Prabu Arjunawijaya atau Prabu Arjunasasra dengan permaisuri Dewi Citrawati. Dewi Sumitra berwajah sangat cantik. Ia memilki sifat dan perwatakan; setia, murah hati,baik budi, sabar, jatmika (selalu dengan sopan santun) dan sangat berbakti.

Dewi Sumitra menjadi permaisuri ketiga Prabu Dasarata, Raja negara Ayodya. Kedua permaisuri Prabu Dasarata yang lain ialah; Dewi Kusalya/Dewi Ragu, ibu Ramawijaya, dan Dewi Kekayi, ibu Barata. Dari perkawinannya dengan Prabu Dasarata, Dewi Sumitra memperoleh seorang putra yang berwajah sangat tampan bernama, Raden Lesmana yang diyakini sebagai penjelmaan Bathara Suman. Tigabelas tahun lamanya Dewi Sumitra harus berpisah dengan putra tunggalnya, Lesmana yang pergi mengikuti Ramawijaya, meninggalkan negara Ayodya untuk menjalani hukum buang atas kehendak Dewi Kekayi. Selama masa itulah ia dengan setia dan sabar mendampingi seta menghibur hati Dewi Kusalya.

Dewi Sumitra meninggal dalam usia lanjut. Ia masih sempat ikut menyaksikan dan menikmati masa kejayaan negara Ayodya di bawah pemerintahan Prabu Ramawijaya dengan pendamping Lesmana, putra tunggalnya.
Baca SelengkapnyaSUMITRA

SUMERU

DEWI SUMERU dikenal pula dengan nama Dewi Merusupadmi. Dewi Sumeru adalah bidadari keturunan Sanghyang Taya yang turun ke marcapada bersama adiknya, Dewi Sumbaga dan tinggal di Goa Windu di lereng gunung Warawendya. Dewi Sumeru menikah dengan Wisakarma, raksasa ahli racun yang kemudian menciptakan kerajaan Kotawindu dan bergelar Prabu Wisakarma.

Dewi Sumeru memiliki sifat dan perwatakan ; setia, baik budi, sabar dan jatmika (selalu dengan sopan santun). Dari perkawinannya dengan Prabu Wisakarma, ia mempunyai seorang putri yang diberi nama Dewi Sayempraba yang kecantikannya tak ubahnya seorang bidadari. Sedangkan adiknya, Dewi Sumbaga menikah dengan Indrajid/Megananda, putra sulung Prabu Dasamuka/Rahwana, raja raksasa negara Alengka dari permaisuri Dewi Tari, dan mempunyai seorang putra yang diberi nama, Begasura
Aklibat dari kesombongan Prabu Wisakarma yang membangun taman kerajaaan Kotawindu lengkap beserta istananya dengan mengambil pola Taman Indraloka, taman dan istana Bathara Indra, telah membangkitkan kemarahan Bathara Indra. Panah angin dilepaskan Dewa Indra dari pintu kahyangan, menghantam dan memporak-porandakan istana Kotawindu. Prabu Wisakarma dan Dewi Merusupadmi/Dewi Sumeru tewas dalam peristiwa tersebut. Bekas istana Kotawindu kemudian berubah menjadi Goawindu dan dihuni oleh Dewi Sayempraba yang selamat dari tragedi panah angin Bathara Indra. Beberapa tahun kemudian setelah selesainya perang Alengka dengan kahancuran Rahwana, Dewi Sayempraba menikah dengan Anoman.
Baca SelengkapnyaSUMERU

SUMBAGA

DEWI SUMBAGA adalah bidadari keturunan Sanghyang Taya. Ia merupakan adik Dewi Merusupadmi/Dewi Sumeru, istri Prabu Wisakarma, raksasa ahli racun dari Goawindu atau Kotawindu.

Dewi Sumbaga memiliki sifat dan perwatakan ; setia, baik budi, sabar dan jatmika (selalu dengan sopan santun). Ia turun ke marcapada mendampingi kakaknya, Dewi Sumeru dan tinggal di istana Goawindu yang terletak di gunung Warawendya.

Dewi Sumbaga menikah dengan Indrajid/Megananda, putra sulung Prabu Dasamuka/Rahwana, raja raksasa negara Alengka dengan permaisuri Dewi Tari. Dari perkawinan tersebut ia mempunyai seorang putra yang diberi nama, Begasura Setelah Indrajid dan Begasura tewas dalam perang Alengka melawan Laksmana, Dewi Sumbaga kembali ke kahyangan Kainderan, hidup sebagai bidadari.
Baca SelengkapnyaSUMBAGA

SUMBADRA

DEWI SUMBADRA atau Dewi Sumbadra (pedalangan Jawa), dikenal pula dengan nama Dewi Mrenges, Dewi Rara Ireng, Dewi Bratajaya dan Dewi Kendengpamali. Ia adalah putri Prabu Basudewa, raja negara Mandura dari permaisuri Dewi Rohini/Dewi Badrahini.
Dewi Sumbadra mempunyai 4 orang saudara lain ibu, yaitu; Kakrasana dan Narayana dari Dewi Mahindra/Maerah (Ped.Jawa), Kangsa, dari Ibu Dewi Mahira/Maekah — (Kangsa sebenarnya putra Dewi Mahira dengan raksasa Gorawangsa yang menyaru/beralih rupa menjadi Prabu Basudewa palsu dan bermain asmara dengan Dewi Mahira), Udawa, dari ibu Ken Sagupi, seorang swaraswati Keraton Mandura.

Dewi Sumbadra diyakini sebagai titisan Bathari Sri Widowati, istri Bathara Wisnu. Ia mempunyai watak; setia, murah hati, baik budi, sabar dan jatmika (selalu dengan sopan santun), menarik hati/merakati dan mudah tersinggung. Sumbadra menikah dengan Raden Arjuna, satria Pandawa putra Prabu Pandu, raja negara Astina dengan Dewi Kunti, dan dikaruniai seorang putra yang diberi nama Angkawijaya/Abimanyu. Ia tinggal di taman Banoncinawi, Kadipaten Madukara wilayah negara Amarta.

Akhir riwayatnya diceritakan, ia mati moksa bersama keluarga Pandawa setelah Parikesit, Putra Abimanyu dengan Dewi Utari, dinobatkan sebagai raja Astina menggantikan Prabu Kalimataya/Prabu Puntadewa.
Baca SelengkapnyaSUMBADRA

Popular Posts

Contact

Nama

Email *

Pesan *