Tampilkan postingan dengan label W. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label W. Tampilkan semua postingan

WRESAYA

PRABU WRESAYA pada masa mudanya bernama Dredasetra. Ia adalah salah satu dari l00 (seratus) orang keluarga Kurawa, putra Prabu Destrarasta, raja negara Astina dengan Dewi Gandari, putri Prabu Gandara dengan Dewi Gandini dari Gandaradesa. Diantara 99 orang saudaranya yang dikenal dalam cerita pedalangan adalah; Duryudana (raja negara Astina), Bogadatta (raja Turilaya), Bomawikata, Citraksa, Citraksi, Citrayuda, Cirtaboma, Dursasana (Adipati Banjarjungut), Durmuka, Durmagati, Gardapura, Gardapati (raja Bukasapta), Wikataboma, Kartamarma (raja Banyutinalang), Kertipeya (raja Purwaganti), Windandini (raja Purantara) dan Dewi Dursilawati.

Dresdasetra berwatak keras hati, cerdik dan pandai, tangkas dan trengginas, juga licik. Sebagai murid Resi Drona, ia pandai dalam olah ketrampilan mempergunakan senjata khususnya gada. Akibat terpental dalam peristiwa ‗timbangan‘ – adu berat badan antara keluarga Kurawa melawan keluarga Panadawa – Dresdasetra terus pergi mengembara. Dengan kesakiannya akhirnya ia berhasil merebut negara Glagahtinalang, dan mengangkat dirirnya sebagai raja begelar Prabu Wresaya.

Saat berlangsungnya perang Bharatayuda, Prabu Wresaya diangkat menjadi senapati perang Kurawa, mendampingi saudara tuanya, Prabu Gardaparti, raja negara Bukaspta. Ia tewas dalam peperangan melawan Bima. Tubuhnya hancur oleh hantaman gada Rujakpala.
Baca SelengkapnyaWRESAYA

WRATSANGKA

ARYA SANGKA atau Arya Wratsangka adalah putra ketiga Prabu Matswapati/Durgandana, raja negara Wirata dengan permaisuri Dewi Ni Yutisnawati/Rekatawati, putri angkat Resi Palasara dengan Dewi Durgandini. Ia mempunyai tiga orang saudara kandung masing -masing bernama ; Arya Seta, Arya Utara dan Dewi Utari.

Arya Wratsangka adalah kesatria yang gagah berani, cerdik pandai, tangkas dan mahir mempergunakan senjata panah. Ia seorang satria yang selalu memegang teguh rasa keperwiraannnya. Arya Wratsangka menikah dengan Dewi Sindusari, putri Prabu Tasikraja, raja negara Tasikretna, ia mempunyai tempat kediaman di kesatrian Cemaratunggal.

Arya Wratsangka menikah dengan Dewi Sindusari, putri Prabu Tasikraja, raja negara Tasikretna. Ia menikah berbarengan dengan kakaknya, Arya Utara yang menikah dengan Dewi Tirtawati, kakak Dewi Sindusari setaleh mereka berhasil membunuh Arya Girikusuma dan ayahnya Prabu Prawata dari negara Bulukapitu.

Ketika pecah perang Bharatayuda antara keluarga Pandawa dan Kurawa, Arya Wratsangka terjun ke medan perang sebagai senapati Pandawa, mendampingi Senapati Agung, Resi Seta. Dalam pertempuran itu ia gugur oleh Resi Drona yang mempergunakan senjata pusakanya Kiai Cundamanik.
Baca SelengkapnyaWRATSANGKA

WRAHASPATI

BATHARA WRAHASPATI adalah putra keempat Sanghyang Ismaya dengan Dewi Senggani, putri Sanghyang Wening/Darmayaka. Ia mempunyai sembilan orang saudara kandung, masing-masing bernama : Bathara Wungkuam, Bathara Tembora/Patuk, Bathara Kuwera, Bathara Syiwah, Bathara Surya, Bathara Candra, Bathara Yama/Yamadipati, Bathara Kamajaya dan Bathari Darmayanti.

Bathara Wrahaspati sangat sakti dan berwatak penyabar. Karena itu ia menjadi guru para dewa. Bathara Wrahaspati bersahabat baik dengan Resi Sukra, seorang brahmana sakti yang yang telah bertapa selama l.000 tahun memuja Bathara Prameswara sehingga memperoleh Ajian Sanjiwani, yaitu mantra sakti yang dapat menghidupkan orang yang sudah mati, walau telah menjadi abu sekalipun.

Ketika mengetahui Resi Sukra menjadi guru bangsa raksasa dan berusaha memenangkan golongan raksasa dari para dewa, Wrahaspati menyururh murid kesayanagan, Kaca untuk berguru pada Resi Sukra. Dengan bantuan Dewi Dewayani, putri tunggal Resi Sukra dengan Dewi Jayanti, yang mencintainya, Kaca berhasil mendapatkan mantra sakti Sanjiwani. Setelah itu Kaca kembali menghadap Wrahaspati.

Dengan mengetahui rahasia ilmu Sanjiwani yang sebagian dijabarkan oleh Wrahaspati kepada para dewa, maka para dewa yang memang sudah ditakdirkan berumur panjang (tidak bisa mati), tetap tidak terkalahkan oleh golongan raksasa.
Baca SelengkapnyaWRAHASPATI

WISRAWA

RESI WISRAWA adalah putra Resi Supadma dari pertapaan Giri Jembatan, masih keturunan Bathara Sambodana, putra Bathara Sambu. Resi Wisrawa sangat sakti dan termashur dalam ilmu Kasidan. Ia kemudian dinikahkan dengan saudara sepupunya. Dewi Lokawati, putri Prabu Lokawana raja negara Lokapala dengan permaisuri Dewi Lokati. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh seorang putra bernama Wisrawana.

Setelah Prabu Lokawana mangkat, atas perkenan Dewi Lokawati, Resi Wisrawa dilantik menjadi raja negara Lokapala. Ia tidak lama memerintah. Setelah Wisrawana dewasa, tahta kerajaan diberikan kepada putranya. Resi Wisrawa kemudian hidup sebagai brahmana di pertapaan Girijembatan. Wisrawana menjadi raja negara Lokapala bergelar Prabu Danaraja/Danapati atau Prabu Wisawarna.
Resi Wisrawa menikah dengan Dewi Sukesi, putri Prabu Sumali raja negara Alengka dengan Dewi Desidara. Perkawinan terjadi setelah Resi Wisrawa berhasil menjabarkan ilmu "Sastra Harjendra Yuningrat" dan membunuh Ditya Jambumangli dalam satu sayembara. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh empat orang putra masing-masing bernama; Rahwana/Dasamuka, Arya Kumbakarna, Dewi Sarpakenaka dan Arya Wibisana.

Prabu Danapati yang juga menginginkan Dewi Sukesi, begitu mengetahui Dewi Sukesi diperistri ayahnya sendiri, segera menyerang negara Alengka. Terjadilah pertempuran antara anak dan ayah. Akhirnya Resi Wisrawa tewas lemas kehabisan nafas.
Baca SelengkapnyaWISRAWA

WISNUNGKARA

WISNUNGKARA berwujud raksasa hitam. Ia adalah putra Ditya Rudramurti (penjelmaan Bathara Isnapura putra Sanghyan Wisnu dengan Dewi Sri Pujayanti) dengan Bathari Kalayuwati, putri Bathara Kala dengan Dewi Pramuni. Wisnungkara menjadi kerabat dekat Sanghyang Wisnu yang sebenarnya kakeknya sendiri. Ia bertugas memberi kesejahteraan di dalam lingkungan raksasa, gandarwa dan Asura. Tugasnya sangat berat karena pada umumnya para gandarwa, raksasa dan Asura tidak mengenal ajaran kebajikan dan adat-istiadat, sehingga tindakan mereka serba penuh dengan kerusuhan. Untuk menyadarkan mereka bilamana perlu harus berani bertindak dengan kekerasan dan kekejaman.

Pada jaman Lokapala/Alengka, Wisnungkara menjelma sebagai Resi Pulasiya, untuk mengajarkan fatwa kebajikan kepada para raksasa Alengka dan Lokapala. Sedangkankan pada jaman Ramayana, Wisnungkara menjelma sebagaui Brahmana Kala, brahmana raksasa di pertapaan Dwarawati. Ia bertugas menjaga keselamatan Dewi Shinta, putri Prabu Janaka dari negara Mantili yang merupakan penjelmaan Bathari Sri Widowati dan berusaha mempertemukannya dengan satria penjelmaan Sanghyang Wisnu. Brahmana Kala juga bertugas menyerahkan pusaka-pusaka Sanghyang Wisnu seperti panah Gowawijaya kepada Ramawijaya.

Wisnungkara juga menitis atau manunggal pada Resi Pulastya, ayah dari Jembawan di pertapaan Grastina, dan menjadi sahabat karib Resi Gotama, ayah dari Dewi Anjani, Subali dan Sugriwa. Sedangkan pada jaman Mahabharata, Wisnungkara menitis pada Resi Parasurama, guru dari Resi Bisma/Dewabrata, Resi Drona dan Adipati Karna di pertapaan Daksinapata.
Dari perkawinannya dengan Dewi Mayangsari, hapsari keturunan Sanghyang Nioya ia mempunyai seorang putra yang diberi nama Ditya Mayangkara.
Baca SelengkapnyaWISNUNGKARA

WISNUKAPIWARA

WISNUKAPIWARA adalah kerabat Sanghyang Wisnu, berwujud wanara/kera berwarna hitam (lutung). Ia mempunyai saudara kembar gondangkasih (karena perbedaan warna) bernama Supalawa yang berbulu putih, yang turun ke arcapada sebagai andel kepercayaan Resi Manumayasa, cucu buyut Sanghyang Wisnu.

Meskipun berwujud kera, Wisnukapiwara sangat sakti. Ia dapat mengecilkan tubuhnya menjadi sebesar lanceng (lebah kecil putih). Dengan kesaktiannya Wisnukapiwara pernah membebaskan Sanghyang Wisnu dari penjara baja sebagai tawanan Prabu Kalakeya, raja negara Dwaraka, putra Bathara Kalayuwana yang berarti cucu Bathara Kala dengan Dewi Pramuni. Dengan petunjuk dan bantuan Prabu Nagaraja, raja ular/taksaka yang bersemayam di Sumurjalatunda, Wisnukapiwara berhasil mengetahui rahasia kekuatan penjara baja ciptaan Prabu Kalakeya.

Pada jaman Ramayana, ketika Sanghyang Wisnu menitis pada diri Ramawijaya, Wisnukapira ikut terjun ke arcapada menjelma sebagai kera hitam bernama Winata yang bertugas memberi fatwa tentang arti kebajikan dan mengobarkan semangat perang dikalangan prajurit kera Gowa Kiskenda. Sedangkan pada jaman Mahabharata, Wisnukapirawa pernah turun ke arcapada, menjadi andel Resi Padmanaba (penjelmaan Wisnu Anjali) di pertapaan Untarayana, yang menjadi guru Sri Kresna dan Arjuna.
Baca SelengkapnyaWISNUKAPIWARA

WISNU ANJALI

WISNU ANJALI adalah kerabat Sanghyang Wisnu yang berkewajiban membina kesejahteraan di dalam lingkungan para pendeta. Ia lebih banyak tinggal di arcapada, menjelma sebagai brahmana atau satria mendamping penjelmaan Sanghyang Wisnu dalam melaksanakan tugas menjaga ketentaraman dan kesejahteraan dunia.

Pada jaman Lokapala (sebelum jaman Ramayana), Wisnu Anjali menitis pada Resi Supadma, ayah Resi Wisrawa atau kakek Rahwana di pertapaan Girijembatan. Tugasnya memberi ajaran kebajikan di kalangan para raksasa yang waktu itu menjadi penduduk terbesar di wilayah Lokapala dan Alengka. Pada jaman Ramayana, Wisnu Anjali menjelma sebagai Resi Sutikna di pertapaan Kutarunggu/Citrakuta untuk menyampaikan ajaran ilmu Asthabrata yang berisikan delapan ajaran kepemimpinan yang bersumber dari derlapan unsur alam kepada Ramawijaya. Ia kemudian manuksma dan bersatu dengan Arya Wibisana, putra Bagawan Wisrawa dengan Dewi Sukesi, dan saudara muda Prabu Rahwana, raja Alengka.

Pada jaman Mahabharata, Wisnu Anjali menjelma sebagai Resi Padmanaba di pertapaan Untarayana dan menjadi guru Arjuna dan Narayana/Sri Kresna. Setelah memeberikan bunga Wijayakusuma dan senjata Cakra kepada Narayana, Resi Padmanaba kemudian manukswa dan bersatu dengan diri Sri Kresna. Beberapa tahun kemudian, Wisnu Anjali sejiwa dan manuksma di dalam diri Resi Kesawasidi di gunung Kutarunggu, untuk memberikan wejangan ajaran ilmu Asthabrata kepada Arjuna.
Baca SelengkapnyaWISNU ANJALI

WISNU

SANGHYANG WISNU adalah Dewa keadilan atau kesejahteraan. Badannya berkulit hitam sebagai lambang keabadian. Ia mempunyai kendaraan berwujud garuda bernama Garuda Briawan, mempunyai pusaka bernama Kembang Wijayakusuma danCangkok Wijayamulya. Bila bertiwikrama, Sanghyang Wisnu mempunyai prabawa yang sangat dahsyat dan berganti rupa menjadi Brahalasewu
Sanghyang Wisnu adalah putra kelima Sanghyang Manikmaya, raja Tribuana dengan Dewi Umayi. Ia mempunyai lima saudara kandung masing-masing bernama; Sanghyang Sambo, Sanghyang Brahma, Sanghyang Indra, Sanghyang Bayu dan Bhatara Kala. Sanghyang Wisnu juga mempunyai tiga orang saudara seayah lain ibu, putra Dewi Umarakti, yaitu ; Sanghyang Cakra, Sanghyang Mahadewa dan Sanghyang Asmara.

Sanghyang Wisnu bersemayam di Kahyangan Untarasegara. Mempunyai 3 orang permaisuri dan 18 orang putra (14 pria dan 4 wanita). Dengan Dewi Sri Widowati/Srisekar, Sanghyang Wisnu berputra ; Bathara Srigata, Bathara Srinada dan Bathari Srinadi. Dari Dewi Pratiwi berputra ; Bambang Sitija dan Dewi Siti Sundari. Sedangkan dengan Dewi Sri Pujawati berputra 13 orang masing-masing bernama ; Bathara Heruwiyana, Bathara Ishawa, Bathara Bhisawa, Bathara Isnawa, Bathara Isnapura, Bathara Madura, Bathara Madudewa, Bathara Madusadana, Dewi Srihuna, Dewi Srihuni, Bathara Pujarta, Bathara Panwaboja danBathara Sarwedi/Hardanari.

Untuk membasmi angkara murka, Sanghyang Wisnu pernah menjelma/menitis menjadi ; Matswa (ikan) untuk membunuh raksasa Hargragiwa yang mencuri Kitab Weda. Menjadi Narasingha (orang berkepala hariamau) untuk membinasakan Prabu Hiranyakasipu, berupa Wimana (orang kerdil) untuk mengalahkan Ditya Bali. Sanghyang Wisnu juga menitis pada Ramaparasu untuk menumpas para gandarwa, menitis pada Arjunasasra/Arjunawijaya untuk mengalahkan Prabu Dasamuka. menitis pada Ramawijaya untuk membinasakan Prabu Dasamuka, dan terakhir menitis pada Prabu Kresna untuk menjadi parampara/penasehat agung para Pandawa guna melenyapkan keserakahan dan kejahatan yang dilakukan oleh para Kurawa.

Sanghyang Wisnu juga pernah turun ke Arcapada menjadi raja negara Medangpura bergelara Maharaja Suman untuk menaklukan Maharaja Balya, raja negara Medanggora penjelmaan Bathara Kala. Menjadi raja di negara Medangkamulan bergelar Prabu Satmata, untuk menaklukan Prabu Watugunung yang bertindak keliru dan nyasar mengawini ibunya sendiri.
Baca SelengkapnyaWISNU

WISATA

WISATA adalah putra sulung Prabu Baladewa, raja negara Mandura dengan permaisuri Dewi Erawati, putri sulung Prabu Salya dari negara Mandaraka. Ia mempunyai adik kandung bernama Wimuka.

Wisata beparas tampan. Tidak seperti ayahnya yang berwatak keras hati dan mudah naik darah, Wisata mempunyai sifat dan perwatakan ; pemberani, cerdik pandai, baik tingkah lakunya dan besar rasa tanggung jawabnya. Seperti ayahnya, Prabu Baladewa, Wisata juga pandai dalam ilmu pemerintahan dan ketatanegaraan. Ia juga pandai dalam olah keprajuritan, khsusunya dalam mempegunakan senjata gada.

Wisata tidak ikut terjun dalam perang Bharatayuda, karena keluarga Mandura bersikap netral dalam pertikaian antara keluarga Kurawa dan Pandawa. Setelah berakhirnya perang Bharatayuda, Wisata dinobakan menjadi raja negara Mandura, menggantikan ayahnya, Prabu Baladewa yang dalam usia lanjut menjadi pengasuh dan penasehat Prabu Parikesit, di negara Astina, begelar Resi Balarama.
Akhir riwayat Wisata diceitakan: Ia ikut tewas dalam peristiwa perang gada sesama wangsa Yadawa, yang membinasakan semua keturunan wangsa Yadawa, Wresni dan Andaka, keturunan Prabu Yadu, pendiri negara Mandura dan cikal-bakal Wangsa Yadawa.
Baca SelengkapnyaWISATA

WISANGGENI

RESI WISANGGENI adalah pertapa dari pertapaan Ardisekar. Dalam Serat ―Ramayana‖, Resi Wisanggeni dikenal dengan nama Bagawan Ricika, Resi Wisanggeni merupakan putra bungsu dari dua bersaudara putra Bagawan Dewatama, yang berarti cucu Bathara Dewanggana, turun ke-3 dari Bathara Surya. Kakaknya, Prabu Heriya menjadi raja di negara Maespati, negara yang dibangun besamanya dari puing-puing bekas kerajaan Masywa yang hancur akibat kemurkaan Dewa Siwa.
Resi Wisanggeni menikah dengan Dewi Setyawati, putri tunggal Raja Gadi dari negara Kanyakawaya.

Perkawinan dapat berlangsung berkat bantuan Bathara Waruna yang berhasil memenuhi semua persyaratan yang diajukan Raja Gadi. Persyaratan itu antara lain ; Pertama ; calon pengantin pria mengadakan seribu ekor kuda berbulu merah yang sebelah telinganya berwarna hitam. Kedua, wajah valon pengantin pria harus mengesankan kecakapan yang dapat menembus hati yang melihatnya. Ketiga, calon pengantin pria datang ke negara Kanyakawaya diiringi para dewa, dan keempat ; Dewa Waruna sendiri yang bersabda kepada Raja Gadi bahwa sesungguhnya calon pengantin pria memang jodoh Dewi Setyawati.

Dari pekawinannya dengan Dewi Setyawati, Resi Wisanggeni mempunyai dua orang putra lelaki, yaitu Jamadagni dan Suwandagni. Karerna Resi Wisanggeni tidak menginginkan tahta, maka ketika Raja Gadi meninggal yang naik tahta sebagai raja negara Kanyakawaya adalah Jamadagni. Sedangkan Suwandagni mengikuti jejaknya hidup sebagai pertapa di pertapaan Ardisekar
Baca SelengkapnyaWISANGGENI

WISANGGENI

BAMBANG WISANGGENI adalah putra Arjuna, salah satu dari lima satria Pandawa, dengan Dewi Dresanala, putri Bathara Brahma dari permaisuri Dewi Sarasyati. Ia lahir di Kahyangan Daksinageni, kahyangannya Bathara Brahma, saat Arjuna menjadi raja di Kahyangan Kainderan bergelar Prabu Karitin. Ia lahir berwujud gumpalan api yang menyala, kemudian menjadi anak yang luar biasa, baik kecerdikannya, kepandaiannya, maupun kesaktiaanya. Sedangkan menurut pedalangan Jawa, Wisanggeni lahir di pertapaan Kendalisada, tempat Resi Mayangkara/Anoman.

Wisanggeni berwajah tampan dan berwatak sangat bersahaja, Kepada siapa pun ia selalu nungkak Kromo (Jawa), ngoko/tidak bisa berbahasa halus, walau kepada Sanghyang Wenang sekalipun. Ia mempunyai 13 orang saudara lain ibu, bernama; Abimanyu, Sumitra, Bratalaras, Bambang Irawan, Kumaladewa, Kumalasakti, Wilugangga, Endang Pregiwa, Endang Pregiwati, Prabakusuma, Wijanarka, Antakadewa dan Bambang Sumbada.

Wisanggeni menikah dengan Dewi Mustikawati, putri Prabu Mustikadarma, raja negara Sonyapura. Akhir riwayatnya diceritakan, ia mati moksa/lenyap dengan raganya atas kehendak Sanghyang Wenang, menjelang perang Bharatayuda.
Baca SelengkapnyaWISANGGENI

WISAKTI

DEWI WISAKTI adalah raseksi dari Goa Windu yang terletak di lereng gunung Warawendya. Berkat ketekunannya bertapa memuja Hyang Cakra, hilang wujud keraksesian Dewi Wisakti dan berubah menjadi manusia biasa.

Sebagaimana dengan kakaknya,. Prabu Wisakarma, Dewi Wisakti juga memiliki keahlian dalam ilmu racun. Karena keahliannya dalam ilmu racun inilah maka Wisakti diambil istri oleh Dasamuka/Rahwana, raja raksasa dari kerajaan Alengka. Dari perkarinan ini ia mempunyai dua orang putra kembar yang diberi nama Trikaya dan Trimuka.

Dewi Wisakti selalu berpenampilan halus dan sopan santun, tapi dalam hatinya terkandung sifat kejam dan senang mencelakakan orang lain.

Perang Alengka merupakan malapetaka bagi Dewi Wisakti. Kedua putra kembarnya, Trimuka dan Trikaya tewas dalam peperangan melawan Anoman dengan jalan diadu kumba (saling dibenturkan) kepalanya. Sedangkan Dasamuka, suaminya tewas oleh panah Goawijaya Sri Rama dan tubuhnya ditimun gunung oleh Anoman. Karena merasa tidak mungkin tinggal di Akengka, Dewi Wisakti memutuskan kembali ke Goa Windu dan tinggal bersama Dewi Sayempraba, kemenakannya. Bebarapa tahun kemudian, Dewi Wisakti mati dalam keputusasaan, bunuh diri dengan jalan meminum racun buatannya sendiri.
Baca SelengkapnyaWISAKTI

WISAKARMA

PRABU WISAKARMA adalah raja raksasa negara/kerajaan Kotawindu yang terletak di lereng Gunung Warawendya. Ia menikah dengan Dewi Merusupadmi/Dewi Sumeru (Mahabharata) salah seorang keturunan Sanghyang Taya. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh seorang anak bernama Dewi Sayempraba. Adik Prabu Wisakarma yang bernama Dewi Wisakti menjadi istri Prabu Dasamuka, raja negara Alengka dan berputra kembar yang diberi nama Trikaya dan Trimuka.

Prabu Wisakarma adalah raksasa ahli racun. Ia menjadi sahabat dan orang kepercayaan Prabu Dasamuka. Prabu Wisakarma mempunyai sifat serakah, wataknya kejam, bengis dan mau benarnya sendiri. Dengan kesaktiaannya, Prabu Wisakarma membangun taman lengkap beserta istananya dengan mengambil pola taman dan istana Bathara Indra. Bahkan keindahan dan kemegahan taman istana Kotawindu melebihi keindahan Taman Indraloka.

Perbuatan Prabu Wisakarma membangkitkan kemarahan Bathara Indra. Panah angin dilepaskan Dewa Indra dari pintu kahyangan, menghantam dan memporak-porandakan istana Kotawindu. Prabu Wisakarma dan Dewi Merusupadmi/Dewi Sumeru tewas dalam peristiwa tersebut. Bekas istana Kotawindu kemudian berubah menjadi Goawindu dan dihuni oleh Dewi Sayempraba yang selamat dari tragedi panah angin Bathara Indra.
Baca SelengkapnyaWISAKARMA

WIRUTA

ARYA WIRUTA adalah putra truggal Arya Jayadrata dengan Dewi Dursilawati, putri Prabu Destrarasta dengan Dwi Gandari. Setelah Arya Jayadrata tewas di medan perang oleh Arjuna dalam perang Baratayuda, Arya Wiruta kemudian diangkat sebagai pengganti ayahnya, menjadi raja di negara Banakeling.

Setelah era perang Baratayuda, Arya Wiruta tetap mengabdikan diri kepada negara Astina. Ketka Parikesit, putra Abimanyu dengan Dewi Utari, naik tahta kerajaan Astina menggantikan Prabu Yudhistira (Prabu Kalimataya), Arya Wiruta diangkat menjadi Patih Jero kerajaan Astina. Pengangkatan ini dalam kaitanya untuk membina kekeluargaan dikalangan keluarga besas Astina dengan melupaka segala peristiwa yang terjadi sebelum Baratayuda.

Pengabdian Arya Wiruta kepada kerajaan Astina cukup baik. Namun ia pernah berniat melakukan balas dendam terhadap anak keturunan Arjuna setelah ia melihat patung Jayadrata, ayahnya, yang tanpa kepala, dan mendapat cerita dari Sarawita, kalau ayahnya mati ole Arjuna dengan kepala terpenggal. Niat jahat Arya Wirutac dapat digagalkan oleh Sasikirana, putra Gatotkaca dengan Dewi Pregiwa. Arya Wiruta kemudian menjadi sadar akan kesalahannya setelah mendapat berapa nasehat dan penjelasan dari Semar.
Baca SelengkapnyaWIRUTA

WIRAKSI

DEWI WIRAKSI adalah raseksi dari hutan Dandaka. Berkat ketekunanya bertapa memuja Hyang Wrahaspati, Dewi Wiraksi memiliki berbagi ilmu kesaktian, diantaranya dapat berubah wujud menjadi wanita cantik.

Dewi Wiraksi menyaksikan terjadinya peristiwa berdarah di petapaan Puncakmolah, yaitu ketika Dasamuka/Rahwana membunuh Resi Rawatmaja dan menyiksa Garuda Sempati dengan mancabuti semua bulunya hanya karena ingin merebut Dewi Kusalya, putri Prabu Banaputra dari Kerajaan Ayodya.

Tertarik akan kegagahan kesaktian Rahwana, secara diam-diam Dewi Wiraksi membuntuti Rahwana ketika raja raksasa dari Alengka itu mengejar Dewi Kusalya ke pertapaan Yogisrama. Berkat aji panglimunanannya, Dewi Wiraksi mengetahui kalau Dewi Kuslya yang diserahkan Resi Yogiswara kepada Rahwana adalah Dewi Kusalya palsu. Dewi Wiraksi yang menghadang di perjalanan berusaha mengingatkan Rahwana bahwa yang dibawanya hanyalah Dewi Kusalya palsu ciptaan Resi Yogiswara, sedangkan Dewi Kusalya yang asli masih ada dipertapaan Yogisrama. Namun peringatan Dewi Wiraksi ini tidak digubris Rahwana. Rahwana baru menyadari kebenaran peringatan Dewi Wiraksi setelah sampi dikeputrian Alengka, Dewi Kusalya yang ingin dirayunya berubah menjadi selembar daun.

Rahwana yang marah keluar istana dan akan kembali ke pertapaan Yogisrama. Lagi-lagi Dewi Wiraksi mencegatnya dan mengingatkan Rahwama akan janjinya kepada Resi Yogiswara. Tertarik akan kecerdikan dan kesaktian Dewi Wiraksi, Rahwana kemudian mengambilnya sebaagi istri. Dari perkawinabn ini mereka mendapatkan seorang anak lelaki yang diberi nama Trimurda.
Baca SelengkapnyaWIRAKSI

WINATA

DEWI WINATA adalah putra Hyang Daksa. Ia mempunyai saudara kandung sebanyak 49 orang, dua belas orang diantaranya wanita. Diantara kedua belas saudara perempuannya yang dikenal dalam cerita pedalangan antara lain; Dewi Aditi (ibu Bathara Waruna), Dewi Muni (ibu dari Dewi Mumpuni, istri Bathara Yama yang kemudian menjadi istri Nagatatmala) dan Dewi Kadru.Dewi Winata beserta keduabelas saudara kandungnya menjadi istri Resi Kasyapa. Dari perkawinannya dengan Resi Kasyapa. Dewi Winata memperoleh dua orang putra berwujud burung garuda masing-masing bernama ; Garuda Aruna dan Garuda Aruni/Garuda Suwarna/Brihawan.

Dewi Winata pernah terkena kutuk pastu putranya sendiri, Garuda Aruna sebagia akibat ketidak sabarannya memecah telur Aruna sebelum waktunya menetas. Aruna yang merasa kesakitan kerena menetas sebelum waktunya membalas mengutuk ibunya, bahwa Dewi Winata akan menjadi budak saudaranya sendiri. Kutukan itu menjadi kenyataan. Dewi Winata diperbudak oleh Dewi Kadru akibat kalah menebak warna kuda Ucirawas, karena Dewi Kadru dibandu anak-anaknya yang berwujud ular melilit tubuh kuda Ucirawas, hingga tubuh kuda yang putih mulus menjadi belang-belang.

Bertahun-tahun Dewi Winata diperbudak Dewi Kadru untuk mengasuh ribuan ular anak Dewi Kadru dengan Resi Kasyapa. Penderitaan Dewi Winata akhirnya dapat dibebaskan oleh putranya, Garuda Aruni yang dapat memenuhi permintaan Dewi Kadru dengan memberikan tebusan berupa air Saktiwisa yang diperoleh Garuda Aruni dengan meminjamnya dari Bathara Brahmanayana, atas seijin Sanghyang Brahma.
Baca SelengkapnyaWINATA

WIMUKA

WIMUKA adalah putra kedua Prabu Baladewa, raja negara Mandura dengan permaisuri Dewi Erawati, putri sulung Prabu Salya dari negara Mandaraka. Ia mempunyai kakak kandung bernama Wisata.

Wimuka beparas cakap. Ia banyak mewarisi watak ayahnya yang keras hati dan mudah naik darah. Wimuka memiliki sifat pemberani, cerdik pandai dan besar rasa tanggung jawabnya. Selain pandai dalam olah keprajuritan khusunya dalam mempergunakan senjata gada dan lembing, Wimuka juga pandai dalam ilmu pemerintahan dan ketatanegaraan.

Wimuka tidak ikut terjun dalam perang Bharatayuda, karena keluarga Mandura bersikap netral dalam pertikaian antara keluarga Kurawa dan Pandawa. Setelah berakhirnya perang Bharatayuda, Wimugka mendampingi kakaknya, Wisata yang menjadi raja negara Mandura. – Wisata dinobatkan menjadi raja Mandura menggantikan ayahnya, Prabu Baladewa yang dalam usia lanjut menjadi pengasuh dan penasehat Prabu Parikesit, di negara Astina, begelar Resi Balarama.

Akhir riwayatnya diceitakan: Wimuka ikut tewas dalam peristiwa perang gada sesama wangsa Yadawa, yang membinasakan semua keturunan wangsa Yadawa, Wresni dan Andaka, keturunan Prabu Yadu, pendiri negara Mandura dan cikal-bakal Wangsa Yadawa.
Baca SelengkapnyaWIMUKA

WIMANA

WIMANA berujud buruing garuda. Konon ia merupakan penjelmaan dari Garuda Harna yang mati dalam peperangan melawan Prabu Hiranyakasipu, raja negara Alengka. Garuda Harna adalah anak sulung dari empat bersaudara putra Resi Bhiswawa. Ketiga adiknya yang juga berujud garuda adalah ; Garuda Brihawan, Garuda Sempati dan Garuda Jatayu.

Ketika masih menjadi Garuda Harna, ia terlibat peperangan melawan Prabu Hiranyakasipu. Peperangan terjadi karena ia membela sahabatnya. Prabu Nasa dari negara Banapura yang ketika itu mendapat serangan dari negara Alengka. Dalam peperangan itu Garuda Harna bersama Prabu Nasa tewas, sedangkan Dewi Narti, putri Prabu Nasa diboyong paksa ke negara Alengka oleh Prabu Hiranyakasipu untuk dijadikan istrinya.

Karena kesaktiannya, mayat Garuda Harna yang jatuh di tepi samodra tidal menjadi rusak, melainkan hanya menghitam dan berubah menjadi kecil. Beberapa puluh tahun kemudian, ketika Bambang Sitija, putra Sanghyabng Wisnu dengan Dew Pertwi keluar dari Sumur Jalatunda untuk mencari ayahnya yang turun ke arcapada menjelma sebagai Prabu Kresna di negara Dwarawati, menemukan bangkai burung yang telah membatu di tepi samodra. Dengan kesaktian Cangkok Wjayamlya, bangkai buring itu dapat dihidupkan kembali oleh Bambang Sitija,, dan kembali kewujud aslinya sebagai burung Garuda. Oleh Bambang Sitija burung garuda yang pandai berbicara layaknya manusia itu diberi nama Wimana.

Sejak saat itu Garuda Wimana menjadi kendaraan dan sahabat Bambang Sitija yang setelah menjadi raja di Trajutisna bergelar Prabu Bomanarakasura. Kelak ketika Prabu Bomanaraksura tewas oleh senjata Cakra yanjg dilepas ayahnyar sendiri, Prabu Kresna dalam pertikaian dengan Raden Samba memperebutkan Dewi Hagnyanawati, oleh Hyang Wisnu, Garuda Wimana diperintakan menetap di Kahyangan Untarasegara dengan tugas menjaga keselamatan Taman Sriwedari.
Baca SelengkapnyaWIMANA

WILUTAMA

DEWI WILUTAMA adalah salah seorang dari tujuh bidadari upacara Suralaya yang terdiri dari ; Dewi Supraba, Dewi Lenglengdanu, Dewi Gagarmayang, Dewi Tunjungbiru, Dewi Irimirin dan Dewi Warsiki. Karena kecerdasannya oleh Sanghyang Manikmaya, Dewi Wilutama ditetapkan sebagai kepala dari ketujuh bidadari upacara Suralaya tersebut.

Dewi Wilutama pernah turun ke Arcapada melaksanakan perintah Sanghyang Manikmaya untuk mempertemukan titisan Bathara Derma dengan Bathari Dermi. Waktu itu Bathara Derma menitis pada Raden Samba, Putra Prabu Kresna dengan Dewi Jembawati. Sedangkan Bathari Dermi, menitis pada Dewi Hagnyanawati, putri Prabu Narakasura raja negara Surateleng, yang telah menjadi istri Prabu Bomanarakusra, raja negara Prajatisa/Surateleng.

Menurut cerita pedalangan, Dewi Wilutama pernah turun ke Arcapada menjelma menjadi kuda sembrani betina dan membawa terbang Bambang Kumbayana/Resi Drona menyeberangi lautan yang waktu itu sedang mencari Arya Sucitra. Dalam peristiwa itu terjalin hubungan asmara antara Dewi Wilutama dengan Bambang Kumbayana. Akibatnya Dewi Wilutama hamil, dan melahirkan seorang putra lelaki yang mempunyai ciri-ciri berambut dan bertelapak kaki kuda, yang diberi nama Bambang Aswatama.
Baca SelengkapnyaWILUTAMA

WILKATAKSINI

Ditya WILKATAKSINI adalah punggawa raksasa negara Alengka. Karena kesaktiaannya ia ditugaskan oleh Prabu Dasamuka untuk menjaga keamanan pantai negara Alengka. Sedangkan saudaranya bernama Tatakini yang ahli menyelam, mendapat tugas menjaga keamanan samodra.

Karena memiliki pandangan mata yang sangat tajam, Wilkataksini berhasil menangkap bayangan tubuh Anoman yang terbang tinggi di balik gumpalan mega dalam upaya menyelusup masuk negara Alengka. Waktu itu Anoman sedang melaksanakan tugas sebagai duta Prabu Rama menuju negara Alengka untuk mencari kebenaran keberadaan Dewi Sinta sebagai tawanan Prabu Dasamuka.

Dengan kesaktiaannya Wilkataksini menyedot tubuh Anoman masuk ke dalam mulutnya untuk dikunyah. Wilkataksini akhirnyua mati sebelum melaksanakan niatnya. Anoman yang bertiwikrama berhasil menjebol rongga mulutnya sampai hancur.
Baca SelengkapnyaWILKATAKSINI

Popular Posts

Contact

Nama

Email *

Pesan *