Oleh Dewata, Sakutrem telah ditetapkan sebagai satria yang akan menurunkan Trah Witaradya (silsilah para raja). Karena saat mengandung dirinya, Dewi Retnowati telah makan buah Sumarwana (= buah sorga) yang berada di puncak pohon rukem di hutan Wanasaya yang dijaga oleh raksasa sakti bernama Satrutama.
Selain gemar bertapa, Sakutrem juga senang berburu dan mahir menggunakan senjata panah. Bersama Resi Manumayasa, ayahnya, ia menjadi jago kadewatan membinasakan Prabu Kalimantara, Arya Dadali dan Arya Sarotama, raksasa-raksasa dari negara Nusahantara. Karena jasanya kepada Dewa dan Suralaya, oleh Bathara Guru, Sakutrem diberi kehormatan gelar ―Bathara Darma―, yang mempunyai arti ; berkorban untuk Dewa dan Keluhuran. Ia juga seorang yang menyebabkan mulai timbulnya pusaka-pusaka Keprabon (= Keprabu - an) dimasa datang.
Sakutrem menikah dengan Dewi Nilawati, putri Prabu Nilantaka raja negara Pujangkara, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Sakri. Setelah usia lanjut, Sakutrem menyerahkan Padepokan Retawu kepada Bambang Sakri. Ia kemudian tinggal di pertapaan Girisarangan (Gunung cadas/karang), salah satu dari tujuh puncak gunung Saptaarga.
Sakutrem meninggal dalam usia sangat lanjut, jenasahnya dimakamkan di pertapaan Girisarangan.
1 komentar:
Tapi lakon Bambang sakutrem jarang di pagelarkan.
Posting Komentar