Bima Swarga

Nararya Werkudara telah berada di surga, di Padang Bunga ditemani oleh kedua pelayanannya Twalen dan Mredah. Ia ingin mengeluarkan ayahnya, Pandu, yang dimasukkan ke neraka Aweci dalam Bejana Tembaga Yang Berkepala Sapi oleh Batara Yama.

Setelah Nararya Werkudara mengalahkan pasukan Kingkara yang diantaranya terdapat Suratma,
Jogormanik, Dorakala dan Mahakala, - mereka adalah penjaga kerajaan Yama-, yang menyerang Wrekudara karena telah menyalahi janji. Werkudara hanya diperkenankan mengeluarkan tiga roh, namun yang dikeluarkan adalah semua roh yang dineraka, karena ketika mencari roh Pandu hampir-hampir tidak diketemukan, maka bejana itu isinya dituangkannya keluar, roh Pandu diketemukan didasar bejana.
Menurut Werkudara mereka memang hanya merupakan tiga (macam) roh, yaitu laki-laki, wanita, dan banci.

Setelah ia mengeluarkan tulang-tulang Pandu, tulang-tulang itu disembah oleh Kunti dan saudara-saudara Werkudara, demikian juga Werkudara yang ditipu oleh Nakula sehingga memberi sembah. Pandu hidup lagi,dapat berjalan, namun tidak dapat berbicara. Kunti minta kepada Werkudara agar mencari air suci yang berada di tempat kedudukan Siwa, untuk menyucikan Pandu. Air suci itu dijaga oleh dewa-dewa, Penjaga Dunia Yang Empat dan Sembilan Penjaga Arah Mata-angin, dan terutama Dewa Ludra, dikitari oleh ular,hantu-kepala dan hantu-perut, sedangkan pintunya merupakan roda yang berputar.

Citra Werkudara digambarkan oleh Twalen sebagai manusia kadua setelah Prama-Siwa, serupa dengan Dewa Bayu, dan ia amat mengenal akan hal-hal yang lahir bersamanya, yaitu air ketuban yang disebut Mrajapati terletak di sebelah Timur, bersama Anggapati di Utara, Banaspati di Barat, dan Banaspati-raja di Selatan.Ia mempunyai kemampuan yang besar karena ia adalah Dewa Kahidupan. Ia menguasai panca tanmatra yaitu daya penciuman, daya rasa, daya penglihatan, daya peraba, dan daya pendengaran. Ia menguasai pengetahuan. Ia seorang yang tidak peduli terhadap hidupnya, mati juga baik, demikian pula hidup juga baik. Ia mau mengorbankan dirinya untuk memenuhi permintaan ibunya yaitu mencari air suci.

Setelah sampai di kahyangan Batara Siwa, ia minta air suci tersebut. Dewa-dewa penjaga air suci itu marah dan menyerangnya, namun dapat dikalahkan oleh Werkudara. Mereka minta bantuan Dewa Bayu yang disebutnya Pramajnana, karena atas bantuannyalah Wrekudara lahir ke dunia. Bayu kemudian memerangi Wrekudara, Wrekudara bahkan menyerahkan gadanya, pemberian Kalamaya, anak arsitek Wismakarma yang dapat melarikan diri dari hutan Kandawa yang terbakar pada zaman dahulu ketika ia membangun Indraprasta. Wrekudara dipukulnya dengan gada,lalu mati. Namun Nawaruci yang cintanya kepada Werkudara tidak berkurang, menghidupkannya lagi. Setyiap kali ia dipulul hingga mati oleh Bayu, Nawaruci selalu menghidupkannya. Kemudian muncul Siwatma di atas Werkudara dan Nawaruci di atas Bayu.

Siwatma mengatakan kepada Bayu agar ia tidak memerangi Werkudara. Ia mengijinkan Werkudara
mendapatkan air suci, meskipun hanya sedikit, dan memberinya dalam sebuah botol. Dan segera
menyuruhnya pergi, karena manusia yang bertulang tidak boleh berada berada di kahyangan.
Twalen memujinya, hanya manusia seperti Werkudara-lah yang dapat melakukan pekerjaan ini secara
sempurna, karena dia adalah anak dari Dewa Penguasa Kehidupan Di Tiga Dunia, anak dari Dewa
Kehidupan, anak dari Bayu atau Prabajnana (Sic !).
Dengan mendapat air suci itu, Werkudara merasa terbebas, yang juga akan melepaskan Pandu dari neraka dan menghidupkannya.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Contact

Nama

Email *

Pesan *