Dewa Ruci

Arya Sena berguru kepada Dahyang Durna. Iia disuruh menceri tirtamarta untuk mensucikan dirinya. Ia meminta diri kepada saudara-saudaranya, meskipun mereka menahan agar sena tidak berangkat, namun ia berangkat juga. Tidak ada yang menemaninya, kecuali angin ribut. Ia minta diri kepada Dahyang durna,yang diberi ansehat bila ia mendapatkan air itu maka akan mempunyai pengetahuan yang sempurna,menonjol di dunia dan akan melindungi orang tuanya yang dihormati karena dirinya. Dikatakan oleh dahyang durna air itu ada di hutan Tikbrasara, di gadamadana pada lereng gunung Candramuka. Suyudana (pura-pura) menahan kepergian Werkudara, namun Werkudara berangkat juga.

Setelah sampai di gunung Candramuka, dibongkarnya gunung itu namun ia tidak mendapatkan iar yang dicari, tetapi bertemu dengan raksasa Rukmuka dan rukmalkala, yang ketika melihat Werkudara amat marah sehingga kelihatan seperti Batara Berawa yang akan menggempur bumi. Werkudara membanting kedua raksasa itu di batu hingga hancur luluh. Tiba-tiba muncul Hyang Indra dan Hyang Bayu yang menyatakan terima kasih kepada Werkudara karena telah meruwatnya.

Mereka kena tulah Hyang Pramesti sehingga berupa raksasa. Ia mendengar suara dari Hyang Indra dan Bayu) yang memberitahukan bahwa ia kehidupan itu memang ada tetapi tempatnya bukan di gunung Candramuka. Ia disuruh minta penjelasan kepada dahyang Durna lagi.

Ketika kembali ke Astina dahyang durna mengatakan bahwa ia hanya diuji keteguhan hatinya dan baktinya kepad agurunya, lalu diberitahu bahwa iar itu ada di pusat samudra.
Sebelum berangkat lagi ia lebih dahulu pergi ke Amarta. Ia menolak permintaan saudara-saudaranya agar mngurungkan niatnya dan ia segera berangkat. Setelah sampai di pinggir samudera lalu terjun ke laut. Ia ingat bahwa mempunyai Aji Jalasengara. Ia bertemu dengan seekor naga besar yang membelitnya, naga itu ditusuk dengan kuku Pancanaka hingga tewas.

Karena saudara-saudara Werkudara amat bersedih, Kresna menenangkannya dengan mengatakan bahwa Werkudara tidak akan mati, bahkan akan mendapat anugerah dewata, ia akan kembali dalam keadaan suci.
Werkudara naik ke sebuah pulau dan bertemu dengan mahkluk kecil yang menyerupai dirinya, dan yang mengatakan bernamma Dewaruci. Setelah berdialog, karena kekagumannya ia minta diberi wejangan. Ia disuruh masuk ke perun Dewaruci melalui telinag kirinya.

Di dalam perut Dewaruci ia melihat laut amat luas, seolah-olah tidak bertepi. Ketika ditanya apa yang dilihatnya, ia menjawab bahwa ia merasa bingung sehingga tidak jelas penglihatannya. Tiba-tiba ia telkah berhadapan dengan Dewaruci, lalu ia dapat melihat Timur, Barat, selatan dan Utara atas dan bawah. Di dalam dunia yang terbalik (jagad walikan) ia juga melihat matahari.

Ketika ia disuruh melihat lainnya, ia melihat empat macam warna yaitu hitam, merah kuning dan putih. Dewaruci mengatakan bahwa warna merah, kuning, merah dan putih itu menjadi penghalang tindakannya yang baik, yang menuju ke penyatuan dengan Hyang Suksma. Bila ketiga hal itu dapat dihilangkan ia akan dapat bersatu dengan Hyang illahi.

Putih menunjukkan kesucian dan kesejahteraan, hanya yang putihlah yang dapat menerima petunjuk ke arah kesatuan antara manusia dengan Tuhan (pamoring Kawula Gusti). Bila warna yang empat itu telah menghilang akan terlihat atu nyala dengan delapan warna yaitu kesatuan sejati (sejatining tunggal). Selanjutnya dikatakan bahwa semua warna itu ada dalam dirinya, berupa isi bumi yang digambarkan sebagai badannya, dan bahwa jagad besar dan jagad kecil itu tidak ada bedanya. Bila semua wwarna itu telah menghilang yang tinggal adalah bentuk yang sebenarnya. Ketika Werkudara melihat sebuah boneka putih, ia bertanya apakah itu zat yang sedang ia cari. Dijawab oleh Dewaruci bahwa bukan itu yang dicari. Yang dicari itu tak dapat dilihat, tak berwujud,tak berwarna, dan tak bertempat tinggal. Ia hanya dapat dilihat oleh orang yang telah jernir pandangannya.

Yang kelihatan itu disebut Pramana, yang ada dalam tubuhnya.
Werkudara minta diberi ajaran sampai tuntas, dan ia tidak mau keluar dari perut Dewaruci, karena disitu ia merasa nikmat. Namun Dewaruci tidak mengijinkannya, Karena hanya dengan kematian hal itu dapat dicapai. Ia diberi busana berupa cawat kain poleng bang bintulu yang sebenarnya telah diterimanya dari Hyang Guru sejak masih berada di dalam bungkus. Cawat poleng bang bintulu itu akan menyebabkan ia mampu menghilangkan kesombongan. Akhirnya Werkudara kembali ke Amarta.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Contact

Nama

Email *

Pesan *