Kumbayana-1

Syahdan prabu Kurupati mengadakan pembicaraan dengan para Korawa, tampak hadir patih Sakuni, raden arya Dursasana, Durmagati, Kartamarma, Surtayu, Citraksa dan Citraksi. Masalahnya berkisar pada kehendak raja untuk mendapatkan pusaka mendiang prabu Pandudewanata ( Gandawastra ) yang bernama cupu Madiwara, konon berisi lisah (minyak) tala, sangat sakti dan bertuah. Barang siapa yang dapat memilikinya, akan terkabul segala permintaannya, sayang sekali pusaka tersebut sekarang jauh di dalam sumur Jalatundha. Kehendak raja tiada berubah untuk memilikinya, patih arya Sakuni beserta para Korawa ditugaskan oleh raja untuk pergi ke sumur Jalatundha mendapatkan cupu Madiwara tersebut, maka berangkatlah mereka menunaikan tugasnya.

Raja pun segera pergi melapor kepada ayah dan ibundanya, ialah bagawan Dastarastra dan Dewi Anggendarim bahwasanya hari itu telah mengutus arya Sakuni dan para Korawa pergi ke sumur Jalatundha untuk mendapatkan cupu Madiwara yang berisi lisah Tala. Bagawan Dastarastra beserta permaisuri sangat bersukacita mendengarnya.

Di kerajaan Bulukatiga, prabu Krepaya berputra dua orang, yang tertua bernama raden Krepa, dan yang muda adiknya bernama Dewi Krepini, yang sudah dewasa juga. Prabu Krepaya berkehendak akan mengawinkan anaknya raden Krepa, patih Dendapati mendukung akan maksud raja. Raja bersabda pula bahwasanya tersiar berira, di seberang daratan negara tetangga, ada suatu kerajaan namanya Cempalareja, raden arya Gandamanalah yang memerintahnya. Pada waktu ini raden Gandamana mengadakan sayembara prang, barang siap yang dapat mengalahkannya dalam pertempuran dengan raden Gandamana, akan mendapat putri boyongan adiknya, yang bernama Dewi Gandawati, lagipula akan dinobatkan menjadi raja di kerajaan Cempalareja.

Kepada raden Krepa, ayahandanya menanyakan apakah bersedia dikimpoikan dengan Dewi Gandawati, dijawab bersedia. Selanjutnya raja bertitah kepada wadyabala raksasanya, utnuk memasuki sayembara prang, kelak jika mereka menang, kepadanya akan diberikan hadiah dan penghargaan. Berangkatlah utusan raja, wadyabala rotadanawa terdiri dari Kalasaramba, Kalasarana, Kalakardana, dan pandu jalannya kyai Togog dan Sarawita, berangkat menuju Cempalareja. Dipertengahan jalan, mereka bertemu dengan wadyabala Astina, sehingga terjadi peperangan.Mereka masing-masing berkehendak untuk melibatkan lebih jauh dalam perselisihan, sehingga kedyua-duanya pun melanjutkan perjalanannya masing-masing.

Di pertapaan Retawu begawan Abyasa duduk di sanggar pemujaan dihadap cucundanya raden Pamade, beserta para panakawan kyai lurah Semar, Nalagareng, dan Petruk. Telah putus segala ilmu pengetahuan kebijaksanaan dan keperwiraan yang diberikan begawan Abyasa kepada cucunya raden Pamade, kepadanya diperintahkan pada hari itu juga harus cepat-cepat kembali ke praja Amarta. Selanjutnya diberitakan pula, bahwasanya bagawan Abyasa mendapat petunjuk dewata, bahwasanya akan datang di tanah Jawa, pandita yang sangat arif dan bijaksana, lagipula pandita tersebut sangat menguasai segala ilmu dan aji kawijayan. Kepada Para Pandawa ditugaskan untuk mendekati begawan pandita tersebut, dan kepadanya hendaknya yang berisi lisah (minyak) Tala, konon cupu Madiwara tersebut milik prabu Pandudewanata yang dibuwangnya kedalam sumur Jalatunda. Radem Pamade setelah menerima segala sabda sang begawan Abyasa, segera bermohon diri, untuk segera menuju praja Amarta, tak ketinggalan kyai lurah Semar, Nalagareng dan Petruk turut mengiringkannya. Dalam perjalanan menuju Amarta, di tengah hutan bertemu dengan raksasa, terjadilah peperangan, raden Pamade dapat membunuhnya.

Ada seorang raja 'namanya Baratmeja, sangat arif dan bijaksana , algipula sang raja juga seorang resi dan padanya sifat-sifat kepanditaannya sangat menonjol, terkenallah sudah dengan sebutannya raja pandita gunung Jebangan, di tanah Atasangin.Pada suatu ketika raja pandita Baratmeja berkenan berbincang-bincang dengan putranya, yang bernama Bambang Kumbayana, dia tak ubahnya dengan sang raja pandita, muda bijaksana dan sangat sakti memiliki segala ilmu keprajuritan, lagi pula rupawan dan baik hati. Kepadanya raja pandita Baratmeja menyampaikan keinginannya, Bambang Kumbayana diharapkan dengan sangat untuk mencari jodoh, manakala pula sudah waktunya mempersunting kenya. Agaknya Bambang Kumbayana tak dapat memenuhi anjuran ayahandanya untuk segera mencari pasangan hidupny, kepadanya diceritakan pula oleh sang raja pandita bahwasanya di kerajaan Cempalareja tersiar kabar diadakan sayembara prang. Maksud sayembara prang. Maksud sayembara tersebut, barang siapa dapat bertanding dan mengalahkan ksatriya Cempalareja yang bernama Gandamana, si pemenang akan dirajakan di Cempalareja, lagipula akan diperjodohkan dengan saudara tuanya yang bernama retna Gandawati, raja pandita selanjutnya menjelaskan bahwasanya banyak raja-raja yang menginginkan retna andawati, malahan keponakannya sendiri, ialah raden Sucitra malahan telah mendahului pergi memasuki sayembara, Bambang Kumbayana segera diseyogyakan untuk menyusul keberangkatan raden sucitra.Setelah jelas segala yang dipesankan oleh ayahandanya, berangkatlah Bambang Kumbayana ke kerajaan Cempalareja.

Dalam perjalanannya, sampailah sudah Bambang Kumbayana di tepian bengawan yang baru pasang airnya, sangat susahlah Bambang Kumbayana menghadapi keadaan yang demikian itu, sehingga tercetuslah ungkapan janjinya, barang siapa saja yang dapat membawanya ke seberang, kalau lelaki akan dijadikan saudaranya, dan kalau wanita akan dijadikan jodohnya. Janji Bambang Kumbayana didengar pula oleh para Dewa, maka muncullah seekor kuda betina dihadapan Bambang Kumbayana. Sangat senang Bamabng Kumbayana menemukan seekor kuda tinggangan, segera dinaikinya dan dibawanya menyeberang. Manakala sedang di atas kuda, Bambang Kumbayana melamun akan keindahan paras Dewi Gandawati, sehingga dengan tak disadarinya keluarlah airmaninya.

Airmani yang jatuh berubah menjadi buih-buih, k uda betina menjilatinya buih-buih tadi, selama dalam penyeberangan, sudah menjadi kehendak Dewa kuda betina mengandung. Sampailah sudah di seberang bengawan. Bamabng Kumbayana turun dari punggung kuda, namun kuda yang telah dileas, tak mau juga untuk pergi menjauh. Berjkali-kali diusir, sekian kali mendekat pula. Bambang Kumbayana ingat akan janji yang telah diucapkannya, menjadari tindakan kuda betina sangat mencurigakan, jika sekiranya bukan kuda tentu saja gerak-geriknya mengajak untuk bermain asmara. Sangat malu Bambang Kumbayana melihat kejadian tersebut, diunusnya kerisnya dan ditikam, mati.
Keluarlah dari bekas goresan keris yang diperut kuda seorang bayi menangis merengek-rengek, namun bangkai kuda hilang tak berbekas. Bamabng Kumbayana terheran-heran, bayi didekatinya. Tak lama tampaklah seorang bidadari amat cantik turun ke bumi mendekati Bambang Kumbayana, namanya Dewi Wilutama. Sang Dewi mengata-katai Bambang Kumbayana, di mana sudah ingkar akan janjinya. Sadar akan kekeliruannya, Bambang Kumbayana segera memungut bayi, dan menamakan Bambang Aswatama, melanjutkan perjalannya.

Prabu Krepaya, raja dari kerajaan Bulukatiga yang sedang dihadap oleh petihnya yang bernama Dendapati, menerima laporan inang karaton. Bahwasanya putra raja bernama Dewi Krepini, tak sadarkan diri, apa yang menyebabkan inang pengasuh tadi tak dapat melaporkan, tentu saja raja sangat gugup mendengar laporan tersebut, segera raja pergi ke tempat parduan putrinya di dalam kraton.

Setelah raja bertemu dengan permaisuri ialah Dewi Astuti, segera dilaporkannya bahwa putri raja telah sadarkan diri, dan bahwasanya putri raja dalam tidurnya telah bermimpi bertemu dengan seorang ksatriya yang sangat rupawan bernama Bambang Kumbayana, berasal dari Atasangin. Mendengar laporan permaisuri, raja bertekad menemukan Bambang Kumbayana , dan kepada permaisuri raja bersabda akan pergi sendiri, kepada putrinya diperintahkan untuk bersuci diri, memandikan seluruh anggota badannya dengan
Wewangian.

Bambang Kumbayana yang merasa dirinya sangat letih menggendong bayi Bambang Aswatama, beristirahat di bawah pohon yang rindang di tengah hutan. Datanglah prabu Krepaya, setelah dipersilahkan duduk, mereka terlihat dalam percakapan-percakapan yang menarik. Bambang Kumbayana setelah memperkenalkan diri, kepadanya diajukan pengusulan apakah bersedia dijodohkan dengan putri prabu Krepaya yang bernama Dewi Krepini, Bambang Kumbayana menolak. Akhirnya terjadilah peperangan, Bambang Kumbayana dapat ditundukan, dan dibawanya ke kerajaan Bulutiga.

Sesampai di istana, Bambang Kumbayana diperintahkan menunggu di luar kadhataon, prabu Krepaya menemui Dewi Astuti sang permaisuri dan putrinya Dewi Krepini, kepada mereka dijelaskan bahwasanya Bambang Kumbayana telah berada di luar kedhaton. Raja memutuskan mereka segera dijodohkan, Dewi Krepini menjadi istri Bambang Kumbayana. Pada suatu malam penganten, Bambang Kumbayana terpaksa menerangkan kepada istrinya ialah Dewi Krepini, bahwasanya bayi yang dibawanya adalah putra Bambang Kumbayana, Dewi Krepini menyadarinya, kepadanya segera disarankan untuk mengambil putra dan untuk disusui bayi bayi Bambang Aswatama, sudah menjadi kehendak dewa. Bayi yang tidak terlahir dari rahim Dewi Krepini, namun keluar juga air susuibu dari Dewi Krepini.

Seluruh istana, para kawula praja, prabu Krepaya dan permaisuri Dewi Astuti, sangat bergembira mendapatkan cucu seorang bayi rupawan, menganggapnya sebagai putra pujan (ciptaan). Bambang Kumbayana, pada suatu malam, dikala seluruh isi penghuni istana lelap tidur, pergi meninggalkan istri dan istana Bulutiga, untuk melanjutkan perjalanannya, tak seorangpun yang tahu kemana perginya.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Contact

Nama

Email *

Pesan *