Pandawa Apus

Prabu Suyudana, dari negara astina menerima kedatangan saudara-saudaranya Pandawa, prabu Yudistira raden Wrekudara, Arjuna Nakula dan Sadewa. Mereka diundang untuk suatu keperluan pesta-pora di Astina, tetapi maksud yang sebenarnya kedatangan mereka di Astina, akan dibunuh kesemuannya. Terlaksanalah maksud prabu Suyudana, setelah minuman dan makanan diedarkan dan diminum, disantap oleh para Pandawa, matilah mereka. Prabu Suyudana segera memerintahkan, untuk melabuh jenazah Yudistira, Nakula, dan Sadewa ke gua Srigangga, jenazah Wrekudara ke sumur Jalatunda, Arjuna jenasahnya dilabuh ke samudra.

Syahdan Hyang Baruna menemukan jenazah raden Arjuna, segera dihidupkan kembali, kepadanya dipertemukan dengan puterinya Dyah Suyakti, dan dianjurkan untuk segera pergi ke gua Srigangga untuk menemui Dewi Suparti istri Hyang Anantaboga, berangkatlah Raden Arjuna ke gua Srigangga.

Di tengah hutan, bertemulah dengan sepasang yaksa, terjadilah peperangan, akhirnya mereka ditewaskan oleh Raden Arjuna, sehingga jenazah sepasang raksasa tersebut, kelihatanlah Hyang Kamajaya dan Dewi ratih. Arjuna diberi penjelasan-penjelasan yang perlu dan kepadanya dipersilahkan melanjutkan perjalanannya ke gua Srigangga.

Di Saptapratala, Hyang Anantaboga menerima kedatangan Dewi Nagagini, yang membawa jenazah Raden Werkudara. Segera oleh Hyang Anantaboga dihidupkan kembali dan kepadanya diberitakan untuk segera berkumpul dengan saudara-saudaranya di gua Srigangga sebab semuanya telah selamat. Berangkatlah Werkudara menuju gua Srigangga.

Raden Arjuna yang telah menghadap Dyah Suparti, memohon hendaknya berkenan menghidupkankembali ketiga jenasah saudara-saudaranya, sang dewi menyanggupinya, segera mereka dihidupkan kembali. Dyah Superti segera bersabdakepada mereka, “ wahai puteraku Pandawa, pergilah kalian kembali ke negaramu Amarta, sebab dipati Karna telah merampas Amarta,” sebelum mereka memohon diri, randen Sena pun telah menghadap mereka kesemuanya memohon diri.

Di Amarta, Karno bersepakat dengan Patih Arya Sakuni dan para Korawa untuk membawa Dewi drupadi dan para wanita di istana Amarta, sebelum maksudnya terlaksana, Gatotkaca dan Antasena masuk istana, terjadilah peperangan. Dipati Karna maju, karena merasa para Korawa kalah perangnya dengan Gatotkaca, dilepasinya Gatotkaca dengan senjata panah Wijayadanu, matilah Gatotkaca, bangkainya terbuang jauh.

Diperjalanan, ditengah hutan, Prabu Yudistira menemukan jenasah kedua kemenakannya raden gatotkaca dan Antasena. Melihat bahwasanya kedua putera kemenakannya telah tewas, marahlah semuanya, bertekad bulad akan membalsa kematianmereka, akan membunuh para Korawa. Bertemulah mereka dengan para Korawa, terjadilah peperangan, Korawa kalah, Adipati Karna berlaga dengan raden Arjuna, rame sekali. Resi Abiyasa, segera meniup dari akasa, melerai peperangan antara Arjuna dan Adipati Karna, belum masanya mereka bertempur mati-matian. Segera resi Abiyasa membawa semua cucunya ke Saptaarga. Dipati Karna yang mengetahui campur tangan resi Abiyasa,, merasa dirugikan segera mngerahkan prajurit Kurawa, untuk segera menyusulnya ke Saptaarga.

Terjadilah peperangan di Gnung Saptaarga, Korawa dapat diundurkan Rwerkudara dam Arjuna. Banyak petuah-petuah yang diberikan Abiyasa kepada para Pandawa, kepada mereka selalu diingatkan hendaknya selalu merendahkan diri, ingat kepada Hyang Sukmakawekas, berhati-hati dalam segala ucap dan langkah.

Para Pandawa kesemuanya menyanggupkan diri menaati petuah Resi abiyasa, demikian pula jenasah Antasena telah diserahkan kepada Hyang Antaboga untuk dihidupkan kembali. Selesai peperangan ereka merayakan dengansenang hati, sebab terhindar dari malapetaka yang menimpanya.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Contact

Nama

Email *

Pesan *