Semar Gugat

Semar merasa sakit hati atas perlakukan Arjuna yang berani memegang dan mengelus-elus kuncungnya. Ia lalu meninggalkan Amarta dengan diikuti Bagong menuju pertapaan Wukiratawu guna mengadukan perlakuan Arjuna kepada Begawan Abiyasa, Kakek Arjuna.

Mendengar pengaduan Semar, atas nama cucunya,Begawan Abiyasa meminta maaf. Tetapi Semar belum puas dan pergi mengembara entah kemana.

Hal itu membuat Begawan Abiyasa Khwatir, karena ia tahu benar jika Semar meninggalkan Amarta, berarti kerajaan itu akan mendapat mara bahaya.

Semar ternyata pergi ke Jonggring Kalasa untuk melampiaskan kekesalan hatinya. Ia juga menuntut agar dikembalikan ke wujud aslinya, yang tampan dan gagah. Betara Guru dan Betara Narada berusaha menyadarkan Semar,bahwa takdir memang sudah menggariskan Semar berwajah demikian.

Namun, Semar tidak peduli dengan penjelasan Batara Guru dan Batara Narada, ia tetap bersikeras agar dikembalikan ke ujud semula. Para dewa pun berusaha membantu mengubah ujud Semar menjadi ksatria perkasa. Ia kemudian menamakan dirinya, Bambang Dewalelana, sedangkan Bagong yang juga menjadi tampan dinamakan Bambang Lengkara.

Mereka berdua kemudian turun ke dunia, menaklukan Prabu Setiwijaya dan mengambil alih Kerajaan Pudaksategal. Prabu Dewalelana kemudian memerintahkan patihnya, Dasapada mencuri Jamus Kalimasada, pusaka Amarta.

Patih Dasapada berhasil mengambil pusaka Amarta itu dan dibawa ke Pudaksategal untuk diberikan kepada Prabu Dewalelana.

Pandawa tentu kebingungan karena pusaka kerajaan hilang. Dengan petunjuk Kresna, para Pandawa lalu datang ke Pudaksategal, mohon maaf pada Dewalelana. Prabu Dewalelana kemudian mengubah ujudnya kembali menjadi Semra dan dengan senang hati Semar menyerahkan Jamus Kalimasada pada Prabu Puntadewa.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Contact

Nama

Email *

Pesan *