Merupakan lakon yang menjadi bagian dari serial Baratayuda. Lakon ini tergolong lakon pakem yang mengisahkan tentang kematian Burisrawa oleh Setyaki dengan bantuan tak langsung Kresna dan Arjuna.
Sebelumnya, pada awal lakon ini diceritakan tentang sumpah Arjuna, yang akan mati bunuh diri untuk belapati gugurnya Abimanyu, bila tidak dapat membunuh Jayadrata pada esok harinya.
Karenanya, para Kurawa menyembunyikan Jayadrata, agar tidak terbunuh, dan dengan demikian Arjuna tentu akan mati bunuh diri, sesuai sumpahnya. Selain itu, ayah angkat Jayadrata menciptakan seribu Jayadrata jadi-jadian untuk mengelabuhi Arjuna.
Sewaktu matahari mulai menggelincir ke barat, Prabu Kresna merasa khawatir, jangan-jangan sumpah Arjuna itu akan dilaksanakan.
Prabu Kresna lalu melepaskan senjata Cakra ke langit, menutup matahari, sehingga suasana di medan perang menjadi redup, seperti senja hari. Semua yang terlibat perang mengentikan kegiatannya, dan semua menunggu untuk menyaksikan Arjuna bunuh diri. Demikian juga Jayadrata. Ia keluar dari persembunyiannya, untuk melihat. Namun pada saat itu Kresna memberi isyarat pada Arjuna, yang segera tanggap, dan melepaskan anak panah Pasopati, memenggal kepala Jayadrata.
Semua orang seolah akan menyalahkan Arjuna, yang dianggap melanggar sumpahnya sendiri. Namun, Prabu Kresna saat itu juga menarik senjata Cakranya, sehingga matahari bersinar terang kembali.
Penggalan kepala Jayadrata jatuh di pangkuan ayah angkatnya, Begawan Sapwani. Pertapa sakti itu lalu menyisipkan sebatang cis (tombak berkait) di antara gigi Jayadrata. Setelah itu, dengan ilmunnya, ia mengirim kepala Jayadrata kembali ke medan perang dan mengamuk membunuh banyak prajurit Pandawa.
Arjuna melepaskan Pasopati sekali lagi untuk menghancurkan kepala Jayadrata itu.
Setelah itu, barulah dikisahkan mengenai kematian Burisrawa.
Sebenarnya, pada perang tanding di antara Burisrawa dan Setyaki yang merupakan musuh bebuyutan, Setyaki sudah kewalahan.
Melihat hal itu, Prabu Kresna berupaya menolong adik iparnya itu. Ia lalu bertanya Arjuna yang sedang sedih karena kematian Abimanyu, apakah Arjuna masih sanggup memanah dengan tepat. Arjuna menjawab sanggup. Kresna lalu merentangkan sehelai rambut dan menyuruh Arjuna memanah rambut itu. Ternyata, Kresna sengaja mengarahkan panah yang dilepaskan Arjuna ke arah Burisrawa. Waktu anak panah itu dilepaskan, meluncur dan membuntungkan tangan kanan Burisrawa yang hendak memenggal kepala Setyaki.
Setyaki lalu memungut tangan lawannya yang masih menggenggam pedang itu dan membabatkan ke leher Burisrawa, mati seketika.
Popular Posts
-
DITYA KALASRENGGI adalah putra Prabu Jatagempol, raja raksasa dari negara Gowabarong dengan Dewi Jatagini. Ia mempunyai rasa dendam terha...
-
Dikisahkan ing pertapan Jatisrana, ana pandhita aran Begawan Suwandhagni. Sang Begawan nduwe anak loro lanang kabeh aran Bambang Sumantri la...
-
DEWI SITI SUNDARI sesungguhnya putri Bathara Wisnu dengan Dewi Pratiwi, putri Prabu Nagaraja dari kerajaan Sumur Jalatunda. Ia mempunyai k...
-
PANCAWALA dalam cerita pedalangan Jawa dikenal sebagai putra tunggal Prabu Yudhistira/Puntadewa raja negara Amarta dengan Dewi Drupadi, p...
-
ARYA SETYAKI juga dikenal dengan nama Arya Wresniwara, yang berarti perwira dari suku Wresni. Sedangkan julukan Singamulangjaya, karena a...
0 komentar:
Posting Komentar