Hyang Narada melaporkan kepada sang hyang Girinata, bahwasanya, gara-gara terjadi disebabkan oleh sumpah Dewi Hanggendari, bahwa kelak putra-putranya akan berhadapan denagn putra-putra Dewi Kunti dan Dewi Madrim dalam perang Baratayuda. Syahdan di istana Astina berkumpullah para sesepuh, di samping prabu Kresnayana untuk menantikan kelahiran putra dewi Hanggendari.
Di kisahkan , Hyang Narada yang ditugaskan oleh Hyang Girinata untuk menghadiri akan kelahiran putra-putra Dewi Hanggendari berkata, Ketahuilah anakku Kresnadipayana, atas kehendak hyang Suksmana Kawekas, anakku Hanggendari akan melahirkan anak 100 jumlahnya diantaranya 1 akan terlahir wanita, itulah namanya Korawa, dan ketahuilah memang sudah menjadi kehendak dewa, putra-putra Hanggendari akan bermusuhan dengan putra-putra Dewi Kunti dan Madrim besok dalam perang Baratayuda segera terlahirlah kawah dari rahim Dewi Hanggendari, atas kehendak dewa pula suksma Dasamuka menjiwainya, sudah berujud bayi dan dinamakan Raden Arya Jayapitana ialah yang tertua, Darah mengalir mengiringi kelahirannya, pula ari-ari bayi keluar. Atas kehendak dewa genaplah bayi seratus terseling 1 wanita bernama Dursilawati, segera hyang Narada menyerahkan bayi-bayi tersebut kepada Sri Kresnadipayana.
Raden arya Drestarasta tak dapat mengelak lagi akan nasib yang menimpanya atas kehendak dewa, bahwasanya kelak putra-putra beliau akan bermusuhan dengan saudara-saudaranya sendiri, Pandawa.
Sekembalinya hyang Narada, di Astina raja Kresnadipayana bersabda, Hari ini aku menyerahkan tahta kerajaan kepada putraku Pandudewanata, semoga dewa melindunginya.
Setelah menyerahkan tahta kerajaan, prabu Kresnadipayana berkehendak berdiam di gunung Retawu untuk bertapa, berganti nama Begawan Abiyasa.
0 komentar:
Posting Komentar