Syahdan putri Prabu Kuntiboja yang bernama Dewi Kunti mengadung tak berbapa, sang prabu Basuketi sanagt murung dan susah hatinya. Pada suatu hari berkatalah sang dewi kepada prabu Kuntiboja, Ayah, sebenarnya kami telah bertemu denagn seorang Begawan, Druwasa namanya, yang telah memberi aji wekasing tunggal kepada saya, tetapi karena larangan sang Begawan saya langgar, kejadian inilah yang menimpa diri saya.
Dengan melalui aji dupa papanggil Begawan Druwasa didatangkan Dewi Kunti, berkatalah sang Begawan, Sang prabu, hamba bernama Druwasa dari padepokan Jagadwetan. Perihal kandungan Dewi Kunti janganlah sang prabu kawatir, akan hamba usahakan mengeluarkannya.
Dengan batang bawang lanang, telinga sebelah kiri Dewi Kunti dimasukinya, dan keluarlah melalui lobang telinga sang dewi, seorang bayi laki-laki, diberi nama Raden Karna. Begawan Druwasa berpesan kepada sang prabu Kuntiboja, bahwa kelak Dewi Kunti akan menjadi wadah menurunkan raja-raja, tetapi kepada siapapun sang dewi kelak akan diperistrikan, ia tak akan dapat melahirkan anak lagi. Bayi yang bernama raden Karna dibawa oleh Begawan Druwasa, diletakkan di suatu tempat di atas sebuah batu, dengan diberi secarik kertas bertuliskan namanya raden Karna.
Prabu Radeya dari negara Petapralaya menemukan raden Karna, diserahkan kepada istrinya yang sangat merindukan anak, berbahagialah prabu Radeya beserta istrinya.
Syahdan, terlaksanalah impian Dewi Pujawati untuk bertemu dengan raden Narasoma. Atas jasa-jasa ayahandanya, Begawan Bagsaspati dari pertapaan Argabelah. Jadilah merekan suami istri dengan bergati nama Raden Narasoma menjadi Salya, Dewi Pujawati menjadi Setyawati. Berkatalah pada suatu saat raden Narasoma kepada Dewi Pujawati,
Duhai, dinda Pujawati, sampaikanlah kepada ayahanda Begawan Bagaspati, kanda mempunyai teka-teki, jika kanda melihat ke arah Timur terang tampaknya, tetapi sebaliknya gelap yang terlihat di sebelah Barat. Menghadaplah Dewi Pujawati.
Oleh ayahandanya diperintahkanlah, hendaknya raden Narasoma dating, dan dimulailah jawaban teka-teki oleh bagawan Bagaspati, raden, apa yang raden kandung dalam hati, sebenarnya kami mengetahuinya, baiklah raden, hanya kami memohon kepada raden hendaknya berganti nama Salya, demikian pula Pujawati, kami beri nama Setyawati.
Begawan Bagaspati rela mati di tangan menantunya sendiri Narasoma, karena raden Narasoma malu mengaku sang Begawan sebagai menantunya. Sulitlah matinya bagawan Bagaspati oleh raden Narasoma, tetapi setelah melepas aji Candhabirawa, akhirnya matilah bagawan Bagaspati. Lalu tercetuslah kata-katanya,
Wahai raden Narasoma, kelak pembalasanku akan terlaksana dalam perang Baratayuda. Raden Narasoma yang telah memiliki Dewi Pujawat, juga memiliki aji Candhabirawa, keduanya langsung menuju kerajaan ayahanda raden, di Mandraka. Dihadapan ayahandanya prabu Mandrapati, raden Narasoma menyatakan bahwa tak berayah dan berbunda, sehingga hal tersebut menimbulkan kemurkaan ayahandanya, sang prabu Mandrapati, katanya,
Hai Narasoma, jika kau merasa diperanakkan, sudah selayaknya Pujawati tentu berayah dan berbunda, tetapi kau telah menipu aku, tak mempunyai rasa malu, enyahlah dari pandanganku. Pergilah raden Narasoma, atas Semar ke Mandura, untuk memasuki sayembara. Kata orang putrid raja yang bernama Dewi Kunti akan dikimpoikan. Adik raden Narasoma, yang bernama Dewi Madrim turut mengikuti kepergian kakandanya ke Mandura. Setibanya di Mandura, banyak sudah raja-raja yang juga memasuki sayembara, tak seorangpun berkenan di hati sang Dewi Kunti.
Tibalah giliran raden Narasoma, sayembara akhirnya dimenangkan oleh raden Narasoma, selanjutnya sang prabu Kuntiboja berkenan mempertemukannya. Di tepi Begawan Silugangga, raden Narasoma yang tengah akan melakukan niat mandi sesuci diri, bertemu dengan Prabu Abiyasa beserta putra beliau raden Pandu, dan berkatalah raden Narasoma,
Sayembara pilih di negara Mandura telah selesai, sayalah pemenangnya, tetapi jika putra sang prabu bisa mengalahkan saya, relalah Dewi Kunti akan saya serahkan kepadanya, selanjutnya terjadilah peperangan. Prabu Abiyasa berakta kepada raden Pandu,
Jika kau berhadapan dengan raden Narasoma, janganlah kau lawan, berdirilah tegak dan tenanglah. Raden Narasoma memasang Aji Candhabirawa, kali ini aji tak dapat menguasai raden Pandu, akhirnya peperangan dimenangkan oleh raden Pandu. Kecuali Dewi Kunti, Dewi Madrim adik raden Narasoma juga diserahkan kepada raden Pandu. Sekembalinya dari memenangkan sayembara, dipertengahan jalan, raden Pandu bertemu dengan raden Hanggendara, yang berkata,
Hai, Pandu, jika kenyatannya kau memenagkan sayembara pilih dari negara Mandura, dengan ini Dewi Kunti kuminta, jika engkau menolak permintanku, akan kubunuh kau, terjaldilan peperangan.
Dewi Hanggendari menangis tersedu-sedu memintakan ampun kepada raden Pandhu, hendaknya kakandanya raden Hanggendara jangan dibunuh, untuk itu relalah Dewi Hanggendari menyerahkan diri kepada raden Pandhu, arya Dhastharastra dipersilahkan memilih satu diantara tiga putri boyongan, pilihan jatuh pada Dewi Hanggendari, seraya berkata,Inilah yang kupilih, wanita yang kelak akan mempunyai banyak anak.
Kepada raden Pandhu Dewi Madrim memohon, dapat diwujudkannya kerbau Handini, konon milik hyang bathara Guru, dan disanggupi.
0 komentar:
Posting Komentar