DEWI UTARI adalah putri bungsu Prabu Matswapati/Durgandana, raja negara Wirata dengan permaisuri Dewi Ni Yutisnawati/Rekatawati, putri angkat Resi Palasara dengan Dewi Durgandini. Ia mempunyai tiga orang saudara kandung masing-masing bernama, Arya Seta, Arya Utara dan Arya Sangka/Wratsangka.
Dewi Utari mempunyai sifat perwatakan halus, wingit, jatmika (selalu dengan sopan santun) dan sangat berbakti. Ia wanita kekasih Dewata yang mendapatkan anugrah Wahyu Hidayat. Dewi Utari menikah dengan Raden Abimanyu/Angkawijaya, putra Arjuna dengan Dewi Sumbadra, yang telah mendapat anugrah Dewata berupa Wahyu Cakraningrat. Dengan demikian mereka telah dikodratkan akan menurunkan raja-raja besar.
Saat Dewi Utari hamil dan kandungannya memasuki usia sembilan bulan, Raden Abimanyu, suaminya gugur di medan perang Bharatayuda. Ia melahirkan di Istana Astina, sesudah berakhirnya perang Bharatayuda dan keluarga Pandawa sudah boyongan dari Amarta ke Astina. Oleh Resi Wiyasa/Bagawan Abiyasa, putra Dewi Utari tersebut diberi nama Parikesit, yang setelah dewasa menggantikan kedudukan Prabu Karimataya/Yudhistira menjadi raja negara Astina.
Baca Selengkapnya → UTARI
Dewi Utari mempunyai sifat perwatakan halus, wingit, jatmika (selalu dengan sopan santun) dan sangat berbakti. Ia wanita kekasih Dewata yang mendapatkan anugrah Wahyu Hidayat. Dewi Utari menikah dengan Raden Abimanyu/Angkawijaya, putra Arjuna dengan Dewi Sumbadra, yang telah mendapat anugrah Dewata berupa Wahyu Cakraningrat. Dengan demikian mereka telah dikodratkan akan menurunkan raja-raja besar.
Saat Dewi Utari hamil dan kandungannya memasuki usia sembilan bulan, Raden Abimanyu, suaminya gugur di medan perang Bharatayuda. Ia melahirkan di Istana Astina, sesudah berakhirnya perang Bharatayuda dan keluarga Pandawa sudah boyongan dari Amarta ke Astina. Oleh Resi Wiyasa/Bagawan Abiyasa, putra Dewi Utari tersebut diberi nama Parikesit, yang setelah dewasa menggantikan kedudukan Prabu Karimataya/Yudhistira menjadi raja negara Astina.