Di Kerajaan Astina, prabu Duryudana mengkhawatirkan keamanan negaranya dengan adanya pendeta baru
di perbatasan Astina (Sumur Jalatunda/Gunung Argakelasa) yang bernama Begawan Bimasuci.
Semakin hari
semakin banyak rakyat Astina yang berguru pada pendeta tersebut. Hal ini dipandang Duryudana akan
mengurangi kewibawaan bahkan bisa dianggap merongrong kedudukannya. Kekawatiran ini didukung
Sengkuni yang selanjutnya menyalahkan Pandita Drona.
Karena sudah bisa diketahui bahwa Begawan
Bimasuci tidak lain adalah Werkudara yang merupakan murid Drona. Kenapa Drona yang bersedia
mencelakakan Bima tapi justru sebaliknya, Bima telah berhasil mendapatkan ilmu kasampurnan dan
setelah itu tidak langsung kembali ke Amarta tapi justru mendirikan pertapaan di wilayah Astina.
Semua
tuduhan Duryudana maupun Sengkuni dibantah oleh Drona, bahwa keberhasilan Bima mendapatkan ilmu
kasampurna adalah berkat ketekunan dan ketabahan Bima dalam menghadapi segala cobaan dan rintangan
hal ini lain dengan Kurawa. Sedang kenapa Bima tidak langsung kembali ke Amarta dan justru mendirikan
pertapaan di wilayah Astina ini merupakan strateginya, satu sisi ini justru menguntungkan Astina karena
Bima berperan ikut mendidik dan membina moral rakyat Astina disisi lain untuk meringkihkan negara
Amarta. Karena kekuatan Pandawa terletak pada Bima, kalau Bima tidak berada di kerajaan berarti
kerajaan Amarta kehilangan kekuatannya sehingga akan mudah dihancurkan.
Maka untuk menunjukkan
kebenaran pendapatnya dan kesetiaannya pada raja, Drona memanggil siswa barunya untuk datang dan
membantu menyerang Amarta. Sedang dirinya justru akan menemui Bima supaya selalu tekun tetap berada
di pertapaan.
Duryudana menyetujuinya, selanjutnya memerintahkan Sengkuni membawa para Kurawa
membantu Raja sabrang untuk menyerbu Amarta.
Di Kerajaan Amarta, Pandawa dirundung kesedihan karena kepergian Bima yang sehabis mendapatkan ilmu
kasampurna tidak kembali ke kerajaan tapi malah menghilang entah dimana keberadaannya disamping itu
juga disusul kepergian Arjuna yang tampa pemberitahuan saudara-saudaranya pergi entah kemana.
Hal ini
akan membahayakan keselamatan negara. Tidak lama kemudian datanglah Patih Tambak Ganggeng yang
melaporkan adanya musuh yang akan menyerang Negara Amarta. Selanjutnya Puntadewa memerintahkan
para putra-putra Pandawa untuk menghadapi serangan musuh.
Dalam peperangan para putra-putra Pandawa kewalahan menghadapi raja sabrang yang didukung prajurit
Astina, semua dibentak jadi terlempar entah kemana jatuhnya. Sedang prajurit lainya kocar-kacir
menyelamatkan diri.
Di Kahyangan Jonggring Saloka, Batara Guru mengkawatirkan keberadaan Bimasuci yang mengajarkan ilmu
kasampurnan. Hal ini akan mengurangi eksistensi keberadaan dan kedudukan para dewa. Karena dengan
mendalami ilmu kasampurnan, manusia tidak lagi mau menyembah dan berbakti pada Dewa. Untuk itu
Batara Guru memerintahkan para prajurit Dewa untuk mengusir Bimasuci dari pertapaannya. Yang
menerima perintah selanjutnya sama berangkat yang dipimpin Batara Bayu, Brama, Endra dll.
Ditengah hutan Arjuna merasa sedih mencari keberadaan Bima yang sehabis memperoleh ilmu
kasampurnan tidak pulang tapi justru menghilang pergi entah kemana keberadaannya. Atas saran Semar
Arjuna disuruh pergi ke wilayah negara Astina nanti akan menemukan dimana Bima berada.
Di Gunung Argakelasa/Sumur Jalatunda Bima sedang menerima kedatangan Anoman, niat awal Anoman
mengingatkan Bima untuk segera pulang ke Amarta namun setelah tahu kedudukan Bimasuci sebenarnya
justru Anoman malah berguru kepadanya. Tidak lama kemudian datanglah Drona, dengan maksud
menyanjung dan mendorong Bima untuk tetap berada di pertapaan. Tak lama kemudian datang
juga Arjuna yang bermaksud juga mengingatkan kakaknya untuk segera pulang ke Amarta, karena kalau
ditinggal terlalu lama akan membayakan keselamatan negara. namun setelah menerima alas an dan
wejangan dari Bima, Arjuna justru berguru sama Bimasuci dan ingin tetap tinggal bersama di pertapaan.
Untuk sementara Drona,
Anoman dan Arjuna diminta meninggalkan tempat oleh Bimasuci karena akan
kedatangan para dewa. Batara Bayu, Brama, Endra datang ingin mengusir Bima karena lewat perdebatan
para dewa kewalahan selanjutnya para dewa menjatuhkan guntur api, angin, air namun semuanya dapat
diatasi Bimasuci. Karena para prajurit Dewa tidak berhasil mengusir Bimamsuci, Batara Guru menghadapi
sendiri. Terjadilah Bantah tentang kedudukan dan eksistensi para dewa sebenarnya yang dikaitkan dengan
ketauhitan.
Batara Guru kewalahan menghadapi Bimasuci dan mengetahui siapa sebenarnya yang sedang
bersemayan dalam jiwa Bima suci yang tidak lain adalah Sang Hyang Wenang. Setelah bertobat akhirnya
pergi Batara Guru pergi mmeninggalkan Bimasuci. Setelah itu Sang Hyang Wenang keluar dari dalam tubuh
Bima kembali ke Kahyangan.
Arjuna, Anoman,
Drona menghadap Bimasuci kembali, tak lama kemudian datanglah Kresna yang
mengingatkan Bimasuci, bahwa usaha untuk mencapai kesempurnaan tidak harus dengan laku ibadat yang
terus meninggalkan keduniaan. Tapi juga dengan darma dengan kehidupan sehari-hari . Siapa yang berbuat
baik ikut memayu hayuning bawana ddilandasi dengan rasa iklas dan pasrah pada Tuhan maka insya Allah
amalnya akan diterima dan akan mencapai kesempurnaan hidupnya baik di dunia maupun di akhirat.
Selanjutnya Kresna juga mengingatkan bahwa Kerajaan Amarta sekarang dalam bahaya karena mendapat
serangan dari musuh untuk itu Bima diminta segera pulang ke Amarta menyelamatkan negara dan
rakyatnya menuju kedamaian dan ketentraman yang abadi. Tiba-tiba Gatutkaca, Antarja tiba (jatuh) tanpa
sadarkan diri, setelah disadarkan Bima, mereka melaporkan keadaan negara Amarta yang porak poranda
diserbu Musuh. Bima segera tergugah hatinya segera berangkat ke Amarta dengan para putera-puteranya.
Setelah tiba di Amarta, Bima, Arjuna dan para putra-putra Pandawa segera mengusir para musuh.
Namun
untuk menghadapi raja sabrang semua kewalahan akhirnya Semar yang menghadapinya. Raja sabrang
dapat ditundukkan dan kembali ke wujudnya asli yakni Batara Kala. Tujuan Batara Kala menyamar lalu
membuat onar tidak lain adalah ingin mengingatkan Bima supaya segera kembali ke Amarta. Para Kurawa
merasa malu terus mengamuk namun dapat diusir Bima.
Para pandawa bersyukur dengan kembalinya Bima dan bersatunya kembali Pandawa, sehingga
ketentraman, kedamaian dan kesejahteraan dapat hidup kembali di bumi Amarta. Amiin.
Popular Posts
-
PUNTADEWA adalah putra sulung Prabu Pandudewanata, raja negara Astina dengan permaisuri Dewi Kunti, putri Prabu Basukunti dengan Dewi Dayi...
-
RAMAWIJAYA dikenal pula dengan nama Ramayana, Ramaragawa, Ramacandra, Ramabadra, Rawadewa dan Raguputra. Ia merupakan putra tunggal Prabu...
-
ARYA SETYAKI juga dikenal dengan nama Arya Wresniwara, yang berarti perwira dari suku Wresni. Sedangkan julukan Singamulangjaya, karena a...
-
PANCAWALA dalam cerita pedalangan Jawa dikenal sebagai putra tunggal Prabu Yudhistira/Puntadewa raja negara Amarta dengan Dewi Drupadi, p...
-
ADIPATI KARNA yang nama lengkapnya Basukarna, adalah putra Dewi Kunti/Dewi Prita --- Putri Prabu Basukunti, raja Negara Mandura, dengan B...
0 komentar:
Posting Komentar