Arjuna Lahit - bagian dua

Di kisahkan Hyang Siwahbuja, menerima Hyang Narada dan mendengarkan laporannya, bahwasanya gara-gara terjadi, dikarenakan Dyah Maerah permaisuri raja Mandura dan Dyah Kuntinalibrata permaisuri prabu Pandudewanata dari kerajaan Astina, keduanya mereka mengandung dan sudah masanya bayi lahir, akan tetapi hal tersebut hanya menunggu sabda Hyang Siwahbuja. Kepada Hyang Narada, Hyang Guru bersabda,”Wahai kakanda Hyang Narada, sampaikanlah pesanku kepada Hyang Wisnu dan Sri, bahwasanya kepada mereka saya perintahkan untuk menitis kepada Dyah Maerah dan Dyah Kuntinalibrata.

Wisnu, seyogyanya kehalusannya nanti pada Pandawa, yaitu bayi yang akan terlahir berilah nama raden Arjuna, juga Pamadi, , kewadagannya nantinya pada bayi yang akan terlahir dari Dyah Maerah, berikan nama raden Narayana, juga Kesawa. Sri juga demikian, kehalusannya pada Dyah Wara Subadra, dan kewadagannya pada Dyah Jembawati berikan juga nama Dyah Nawangsasi.”, mundurlah Hyang Narada, dan setelah kepada mereka dijelaskan perintah Hyang Padawinenang, keduanya dibawa oleh Hyang Narada, turun ke bumi, bukan lagi berujud dewa, akan tetapi dalam bentuk cahaya.

Prabu Basudewa, raja Mandura, mendapatkan wisik dewata, bahwasanya kelak Dewi Maerah permaisuri raja, akan melahirkan bayi “gundangkasih”, satu nantinya berwujud putih dan satu hitam, pula dewa bersabda nantinya yang putih adalah penjelmaannya Hyang Basuki, adapun yang hitam Hyang Wisnu. Adapun permaisuri yang muda, Dewi Badrahini, akan melahirkan seorang puteri, itu pula besok akan ada bidadari,

Dewi Sri yang menjelmanya kepada sianak yang akan terlahir. Terdengar berita, bahwasanya Dewi Kuntilanibrata, permaisuri raja Astina, Pandudewanata sudah masanya akan melahirkan bayi, akan hal itu sang prabu Basudewa berkehendak akan menghadirinya ke Astina.

Di Astina Pandudewanata menungguhi Dewi Kuntinalibrata melahirkan bayinya. Hayu-hayu, bersabdalah Hyang Narada kepadanya dengan diiring para bidadari, dengan mengheningkan cipta, suatu cahaya berlalu sudah masuk ke kandungan Dyah Kunti, terlahirlah bayi dari kandunagn Dewi Kunti, dengan disaksikan pula bagawan Kresnadipayana, demikian pula Hyang Endra. Seorang bayi terlahir lelaki, oleh Hyang Endra bayi diangkat menjadi putera, diberinya nama Endratanaya, pula diberi senjata yang berupa panah bernama Bramasta.

Hyang Endra dan Hyang Narada setelah selesai menunaikan tugasnya segera kembali ke kahyangan. Pada kalanya prabu Pandudewanata menjamu prabu Basudewa, prabu Bismaka, dengan dihadap pula para Pandawa, seorang prajurit juga melaporkan kepada sang prbau, musuh dari negara Srawantipura, prabu Ardawalika dating, maksud akan membalas dendam kematian bapaknya dari Palasara.

Prabu Pandudewanata memerintahkan kepada segenap wadya supaya menanggulangi musuh yang dating, resi Abiyasa memerintahkan kepada Arya Widura, dan Arjuna supaya dibawa pula dalam medan peperangan melawan Ardawalika. Prabu Ardawalika dapat dibunh Arjuna, dan mengancam,”Hai Arjuna, akan kubalas kematianku pada kalanya Baratayuda”’ sang Arjuna menjawabnya,”Besok ataupun sekarang, bagiku siap menanggulanginya.” Widura dan patih Arya Gandamana memunahkan musuh-musuh dari Srawantipura, bala yaksa mati terbunuh kesemuanya. Seluruh istana Astina, sangat bersenang hati, musuh telah sirna, mereka merayakannya dengan segenap anggota keluarga istana. 

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Contact

Nama

Email *

Pesan *